Fimela.com, Jakarta Sebuah survei telah mengungkapkan meningkatnya kekerasan terhadap perempuan secara online di lebih dari 20 negara. Responden terpapar pesan eksplisit, foto pornografi, cyberstalking, dan bentuk penyalahgunaan internet lainnya.
Kekerasan terhadap perempuan secara online paling umum terjadi di Facebook, diikuti Instagram, dan WhatsApp, menurut survei yang dilakukan oleh Plan International. Badan amal yang berfokus pada kesetaraan untuk anak perempuan melakukan survei terhadap 14.071 remaja dan perempuan muda berusia 15 sampai 25 tahun di 22 negara, termasuk Australia, Kanada, Brasil, Benin, Jepang, Zambia, dan Amerika di tanggal 1 sampai 5 Mei 2020 lalu.
Survei ini menemukan bahwa di Australia, 65% dari 1.000 responden telah terpapar spektrum kekerasan online, dibandingkan dengan angka global sebesar 58%. Separuh dari mereka yang pernah mengalami pelecehan di Australia menderita tekanan mental dan emosional sebagai akibatnya, seperti dilansir dari theguardian.com.
1 dari 5 perempuan dan anak perempuan di Australia mengkhawatirkan keamanan fisik mereka karena ancaman online. Dari semua perempuan dan anak perempuan yang disurvei, jenis kekerasan terhadap perempuan secara online yang paling umum adalah bahasa yang kasar dan menghina, diikuti oleh pelecehan yang disengaja, penghinaan pada tubuh, dan ancaman kekerasan seksual.
Dampak dari kekerasan terhadap perempuan yang terjadi secara online
Selain itu, 1 dari 5 responden yang pernah menjadi korban kekerasan online mengaku mengurangi penggunaan media sosial mereka secara signifikan, 1 dari 10 responen mengubah cara mereka mengekspresikan diri secara online, sementara 44% dari semua perempuan dan anak perempuan yang disurvei menyatakan bahwa perusahaan media sosial perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka.
1 dari 5 responden mengatakan bahwa mereka atau seorang teman mengkhawatirkan keamanan fisik mereka karena bahaya online, 39% melaporkan harga diri yang rendah, dan 38% lainnya menyatakan bahwa pelecehan telah menyebabkan tekanan mental dan emosional. Pelecehan juga menyebabkan masalah di sekolah untuk 18% responden.
Ketika ditanya siapa yang melakukan kekerasan, 40% mengatakan pernah mengalami pelecehan dari orang-orang di sekolah atau tempat kerja, 29% mengatakan teman, dan 16% mantan pasangan. Sedangkan 38% mengatakan mereka telah dilecehkan oleh pengguna media sosial anonim.
Pelecehan karena identitas seksual juga banyak terjadi secara online
Untuk anak perempuan yang diidentifikasi sebagai LGBTIQ secara online, hampir setengahnya mengatakan mereka mengalami pelecehan karena identitas seksual atau gender mereka dan 60% anak perempuan yang diidentifikasi sebagai etnis minoritas mengatakan bahwa mereka telah menjadi sasaran khusus karena hal ini.
Kekerasan telah berkembang ke titik di mana bagi banyak perempuan, pelecehan adalah kenyataan sehari-hari. Akibatnya, tidak sedikit perempuan yang melaporkan masalah kesehatan mental jangka panjang dan dalam banyak kasus, memilih untuk tidak mengekspresikan diri, serta pendapat merkea karena takut akan pembalasan, bahkan terkadang menghapus diri mereka dari platform media sosial sama sekali.
Inilah mengapa penting bagi kita semua untuk mengambil pendekatan preventif terhadap pelecehan secara online. Bagaimana menurutmu, Sahabat FIMELA?
#ChangeMaker