Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.
***
Oleh: Nia Retno
Sejauh mana jarak yang terbentang antara ibu dan anak, hati mereka pasti akan selalu bertaut dalam benang tak kasat mata. Jangka waktu sembilan bulan lah yang mampu menciptakan benang tak kasat mata itu.
Aku lahir dari sebuah keluarga yang sangat aku harapkan, dengan banyak saudara yang ada di sisiku. Tapi, nampaknya Tuhan lebih menyayangi aku. Sampai aku harus kembali dititipkan kepada orang lain.
Hidup berjauhan dengan wanita yang dulu melahirkan aku di dunia, bukan suatu hal menyenangkan. Tiap hari harus menahan tangis di dalam bilik kamar karena rindu yang membuncah.
Sampai pada satu kisah, saat tangis tak bisa ditahan ada kabar duka yang merenggut senyumku dengan paksa. Pagi itu, perasaanku dilanda gelisah. Entah berita buruk apa yang akan menyambangi hidupku.
Ternyata benar, siangnya aku mendapatkan kabar dari kakak kandung aku bahwa ibu baru saja selesai dioperasi. Duniaku seakan berhenti berputar. Air mata langsung mengalir deras di kedua pelupuk mataku. Rasanya sakit. Aku seperti anak durhaka kepada ibu aku sendiri. Mengapa pada saat posisi beliau seperti itu, aku tidak bisa berada di dalam jangkauannya?
Mensyukuri Semua yang Ada
Sore hari aku menghubungi beliau lewat video call. Pertahananku runtuh. Aku tak dapat mengucapkan apa pun selain kata maaf sembari menangis.
Dan sampai pada kalimat beliau yang sekarang masih aku simpan. Dan aku ingat jika aku tengah dilanda kerinduan pada beliau. "Kamu selalu anak Ibu. Meskipun jauh, tapi kamu dekat di hati Ibu." Lagi dan lagi aku menangis. Aku yang tiap malam selalu menangis sebelum tidur karena selalu menggerutu kepada takdir, mengapa aku harus ditempatkan di posisi yang tidak aku inginkan. Aku yang selalu ingin berada di dekat ibu. Bertemu tatap dengan beliau, tapi sepertinya aku kurang bersyukur.
Tujuh belas tahun dirawat oleh tangan orang lain, ternyata tak menyurutkan kasih sayang beliau. Dari sini aku sadar bahwa aku selalu ada tempat di hati orang tuaku. Dan sebagai anak angkat bukanlah suatu takdir yang buruk. Melainkan takdir terbaik yang telah digariskan kepada Tuhan pada ku. Ibu yang tidak melahirkan aku di dunia pun menganggap aku seperti anaknya sendiri. Kasih sayang mereka berdua tak pernah surut.
Untuk saling menyayangi bukan karena status dan jarak. Tapi karena ketulusan yang selalu melekat di dalam hati. Dan dilahirkan dan dirawat dari dua perempuan yang berbeda adalah suatu kebanggaan yang sampai sekarang selalu aku syukuri.
#ChangeMaker