Pentingnya Peran Orangtua dalam Perkembangan Bayi Prematur

Anisha Saktian Putri diperbarui 28 Jun 2024, 13:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Berdasarkan data kesehatan badan dunia (WHO) di situs resminya di tahun 2018, setiap tahunnya terjadi 15 juta kelahiran bayi prematur di seluruh dunia. Indonesia sendiri menempati urutan ke 5 sebagai negara dengan kelahiran prematur tinggi, yakni sekitar 675.700 kelahiran.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menunjukan, 48% kelahiran bayi prematur di Indonesia disebabkan oleh kondisi anemia ibu selama kehamilan.

Dr. dr. Risma K. Kaban, Sp. A (K) selaku Kepala Dokter Penanggungjawab NICU RSIA Bunda Jakarta mengatakan kelahiran prematur merupakan kelahiran bayi yang terjadi sebelum masa kehamilan 37 minggu selesai. Berdasar fakta medis diketahui bahwa paru-paru janin baru berfungsi dengan baik setelah usia kehamilan 35 minggu, dan otak janin baru sempurna di usia kehamilan 37 minggu.

"Maka bayi yang lahir sebelum akhir usia kehamilan 37 minggu, akan menghadapi risiko kesehatan jangka pendek dan jangka panjang,” ungkap dr Risma.

Risiko ini yang menyebabkan bayi yang lahir prematur perlu mendapatkan perhatian dan perawatan khusus sejak lahir. Perawatan bayi prematur sebagian besar dilakukan di instalasi Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Dalam 10 tahun terakhir ini, NICU-RSIA Bunda telah melayani lebih dari 1000 pasien.

“Para pasien adalah bayi baru yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus pada 28 hari pertama kehidupan, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Selain itu, NICU RSIA Bunda telah dilengkapi sarana pemantauan dan penanganan tumbuh kembang bayi premature atau lahir kecil secara komprehensif,” ungkap Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp. A (K).

Sebagian besar bayi yang dirawat adalah pasien dengan gangguan pernafasan, prematur, kelainan congenital, dan lain sebagainya. Selain itu, bayi prematur perlu perlakuan dan nutrisi yang berbeda agar dapat mengejar proses pertumbuhan mereka.

2 dari 2 halaman

Peran orang tua

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Berbagai penelitian medis mengungkapkan, pelukan, sentuhan, suara, bahkan aroma tubuh orang tua merupakan rangsang sensorik terbaik bagi bayi baru lahir.

Namun bayi prematur banyak kehilangan momen bersama orang tua karena harus dirawat di ruang NICU. Bayi baru lahir yang membutuhkan tindakan darurat juga harus kehilangan haknya untuk mendapatkan kolostrum dan ASI.

“Kondisi yang menjadi kendala tersebut dikenali dengan baik oleh RSIA Bunda Jakarta. Kami, tim medis, tidak hanya menangani permasalahan bayi prematur tersebut namun juga memberi dukungan sepenuhnya kepada orangtua. Kami memberikan informasi tentang kondisi dan resiko kesehatan bayi yang mudah dipahami disertai dengan solusi agar para orang tua tetap optimis dengan kondisi bayi,” jelas Prof. Dr. dr. Rini.

Tidak hanya dokter dan perawat, orang tua sangat berperan penting dalam perawatan anak prematur. Misalnya saja menyediakan ASI, Kangguru mother care, serta support untuk bayi. Jika orang tua stres, akan mempengaruhi kondisi bayi.

"Walau ibu pasti dalam kondisi yang stres karena anak harus di NICU, tapi sebaiknya ibu lebih tenang dan bahagia agar bisa support bayinya. Dengan ibu yang senang, anak akan aman-aman saja kondisinya," tutup dr. Rini.

#changemaker