Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.
***
Oleh: Anita Kasifah
Rasanya aneh ketika aku menulis ini, padahal kalau mau mengobrol aku tinggal mengetuk pintu kamar mama atau langsung menyapanya saat ia sedang menonton TV. Namun kali ini, aku sengaja mengemas kata-kataku dalam bentuk tulisan yang bisa dibaca berulang kali. Supaya mamaku tahu bahwa beliau begitu spesial di hatiku.
Well, tidak ada kata yang lebih tepat untuk mengawali tulisan ini, selain kata “Terima kasih”. Terima kasih karena telah berjuang merawatku sejak dalam kandungan sampai saat ini. Masih teringat jelas ketika aku berusia 5 tahun, mama, bapak, dan aku diusir dari rumah yang baru saja akan kami tinggali. Ibarat kata, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Selepas diusir, tas berisi pakaian dan kebutuhan kami hilang dicuri orang. Hanya sedikit uang dan pakaian yang melekat di tubuh kami saat itu yang tersisa. Tapi mama selalu meyakinkan aku dan bapakku kalau hidup akan baik-baik saja.
Mama tak pernah gengsi, tak pernah peduli sedikit pun omongan orang lain yang merendahkan dan memandang sebelah mata kepada kami. Di sebuah kontrakan kecil di pinggir jalan raya mama dan bapak memulai semua dari nol. Tak pernah sekali pun aku melihat mama mengeluh ketika atap kontrakan bocor, atau ketika kehabisan air bersih di WC umum, ataupun ketika dinginnya angin malam menyusup ke dalam bilik-bilik kontrakan yang kami tinggali saat itu.
Tapi, Allah Maha Pendengar dan Maha Pengasih. Semua kerja keras, kesabaran, dan doa yang mama panjatkan setiap malamnya terbalas ketika Allah memperbaiki kehidupan kami. Rasanya malu sekali, jika saat ini aku kurang bersyukur atas segala yang Allah beri dalam hidupku.
Mengungkapkan Rasa Terima Kasih
Ma, terima kasih selama aku hidup 23 tahun ini, mama selalu memberikan yang terbaik. Terima kasih karena telah mendidikku. Terima kasih telah ikhlas dan rela membagi kesenangan demi memenuhi kebutuhan anakmu yang tidak sedikit ini. Entah sudah berapa banyak keinginan dan kebutuhanmu yang mama kesampingkan demi memenuhi biaya hidup anakmu ini.
Waktu itu, aku pernah membentakmu dengan kata-kata diluar batas kesadaranku. Maaf jika aku terlalu sering berdebat denganmu. Maaf, jika kata-kataku menyakitimu. Maaf karena aku belum bisa membuatmu bangga akan diriku. Maaf karena hingga saat ini aku belum bisa membahagiakanmu. Maafkan aku yang kini disibukkan dengan aktivitas sehari-hari yang membuat waktuku semakin sedikit untukmu.
Aku tak pernah bisa membayangkan, jika suatu saat engkau pergi sebelum aku bisa membahagiakanmu. The truth is, I can’t live without you. I can’t imagine where I would be without your love, guidance, patience, and care. Thank you for being a comfort when I needed it the most. Aku begitu takut kehilanganmu. Aku ingin sekali mama mendampingiku kelak ketika aku menikah. Semoga Allah memberimu waktu untuk hidup lebih lama di dunia ini, agar aku bisa berbakti lebih lama lagi padamu.
Ma, aku hanya mampu menulis semua itu disini, tapi percayalah, aku menulisnya sepenuh hati. Semua rasa yang hanya bisa aku pendam karena tak mampu mengatakan semuanya di hadapanmu.
#ChangeMaker