Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.
***
Oleh: Ratna Heryani
Terasa basah mata ini setiap mengucap kata ibu, seperti tak satu pun kata yang sanggup saya ucapkan ketika mengingat sosoknya. Saat ini kondisi kami berbeda tempat tinggal dikarenakan saya indekos di kota sedangkan ibu ada di rumah di pinggiran kota. Keadaan yang memaksa saya untuk akhirnya memilih tinggal terpisah, dikarenakan jarak rumah dengan tempat kerja yang begitu jauh. Hari-hari terasa sepi dan hampa tanpa kehadirannya, dulu dimana ibu selalu membangunkanku setiap pagi untuk bangun kini hal itu tidak terjadi lagi.
Memang seminggu sekali saya menyempatkan diri untuk sekadar mengunjungi ibu di rumah. Waktu terasa sangat cepat berlalu ketika saya menemui sosoknya, rambut yang sudah memutih dan tubuhnya mulai renta. Sedih dan haru melihat keadaan ibu, karena saya tidak bisa setiap saat berada di sisinya. Ditambah dengan penyakit ibu yang sudah sering hilang timbul berhubungan dengan memori yang melanda.
Sebentar lagi saya akan memulai kehidupan baru, yaitu menikah. Dalam hari-hari menuju tanggal pernikahan ini saya makin merasa sesak dan sedih. Sebenarnya bahagia namun juga sekaligus bercampur haru dan sedih karena waktu saya akan semakin sedikit berkurang untuk ibu. Saya yakin ibu pun sangat bahagia dengan hari pernikahan yang akan segera tiba ini karena ibu selalu menanyakan perihal pernikahan dari setahun yang lalu.
Tapi entah mengapa ada rasa yang menggelayut dalam hati dalam menuju hari H pernikahan. Membayangkan ibu akan semakin kesepian dalam harinya karena ibu tidak berkenan untuk saya boyong untuk tinggal Bersama setelah saya menikah nantinya.
Terima Kasih untuk Segalanya, Ibu
Hmmm, ya mungkin benar pepatah yang mengatakan seorang ibu adalah sosok yang sangat kuat dalam arti fisik maupun psikis. Ibu saya ini seorang ibu rumah tangga dengan enam anak, bukan jumlah yang sedikit untuk ukuran masyarakat pada umumnya. Dan semua anak-anaknya dilahirkan secara normal, serta diasuh sendiri olehnya. Tak terbayangkan betapa lelah lahir dan batin ibu mengasuh kami setiap harinya. Dari memasak, memandikan, mengantar sekolah, membersihkan rumah dan merawat kami satu persatu. Belum lagi dengan menyiapkan segala macam keperluan untuk Bapak setiap hari sebelum ke kantor.
Namun semua itu dilakukan oleh ibu tanpa mengeluh ataupun lelah, beliau hanya diam dan tersenyum setiap anak-anaknya rewel atau berantem satu sama lain. Belum ketika bapak juga mengeluh atau ada hal yang tidak sesuai sehingga ibu terkena marah.
Bu, apakah ibu bahagia? Satu kalimat ini tak sanggup saya tanyakan kepada beliau karena ketika menulisnya saja pun tak terasa air mata menetes. Tidak ada satu kata pun yang sanggup saya deskripsikan betapa ibu begitu hebat untuk saya dan keluarga, begitu juga dengan ibu-ibu di luar sana. Yang bisa saya ucapkan hanyalah terima kasih. Terima kasih sudah melahirkan, membesarkan, dan menerima saya selama ini. Semoga ibu selalu sehat dan bahagia di sisa usianya.
#ChangeMaker