Tak Ada yang Lebih Perih selain Merindukan Seseorang yang Sudah Tiada

Endah Wijayanti diperbarui 30 Nov 2020, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.

***

Oleh: Pipiet Fitrianingsih

Aku tidak tahu tentang arti mimpiku yang sering didatangi mamaku di saat aku tertidur. Terkadang mama datang dengan wajah penuh gembira. Tak jarang pula mama datang di mimpiku dengan raut wajah kesedihan tanpa sepatah kata pun. Sepeninggal mama bulan Maret lalu aku memang belum pernah ziarah lagi ke makamnya  karena pandemi ini dan mimpi  itu aku artikan hanya rasa kehilanganku saja yang masih belum ikhlas melepas kepergian mama.

Hari berlalu berganti bulan mimpi–mimpi di saat masa kecilku bersama mama kembali terniang. Tak jarang di tengah malam aku terbangun dengan sesenggukan yang sering aku lampiaskan dengan salat malam dan berdoa untuk mama. Tidak ada hal terperih yang aku rasakan selain merindukan orang yang sudah tiada. Rasanya aku masih belum terima dengan kepergiannya.

Awal November lalu aku memutuskan untuk pulang kampung untuk sekadar berziarah dan kebetulan omku (adik bungsu mama) juga lagi sakit keras. Hari Jumat aku sengaja pilih untuk berdoa di pusara mamaku setelah menjenguk omku yang sudah tak berdaya di pembaringan karna sakitnya.

Pagi itu aku, bapak, suami, dan anak-anakku melantun kan doa di pusara mama. Setiap ayat yang aku baca melintas begitu banyak peristiwa-peristiwa yang aku alami bersama mama dari kecil sampai akhir hayatnya. Aku coba tahan air mata yang membuat leherku sakit karena aku tidak mau terlihat menangis di depan anak-anakku.

Selepas doa ketika kami mau pulang aku kembali menyambangi pusara mama, aku lupa aku belum ngobrol banyak hal yang belum aku ceritakan dengannya. Menjelang akhir hayatnya dengan keterbatasan pendengarannya aku suka sekali bercerita banyak hal. Aku tidak peduli mama dengar apa tidak, kadang mama sedikit mengerti, tak jarang menanggapinnya dengan tatapan kosong.

Aku mulai bercerita tentang hal kecil kelucuan Ginta cucu pertamanya dan pekerjaanku yang sekarang membuat aku lemah untuk bertahan. Aku juga memberitahu tentang keadaan adiknya yang tengah melawan sakit, walaupun mungkin di alamnya yang sekarang sudah lebih dulu mengetahuinya.

Ingatanku melayang jauh tatkala mama dulu pernah marah besar kepada om u dan keluarganya sampai akhir hayatnya karena suatu hal. Aku minta mama memaafkan adiknya yang dulu pernah menyakitinya dan sekarang sedang berjuang melawan rasa sakit, mungkin saja dengan mama memaafkan ada jalan terbaik yang Allah berikan untuk adiknya. “Tolong maafkan Lik, Ma,” kata itu yang aku utarakan di pusaranya berkali-kali sambil aku pegang batu nisan mama, kami pun beranjak pulang.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Merindukanmu

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/photographeeeu

Percaya atau tidak, selepas dari kami ziarah tak berlangsung lama di saat kami baru tiba  berkunjung dirumah kerabat siang itu juga, kami mendapati kabar bahwa  omku meninggal. "Innalilahi wainnailaihi rojiun.” Kami semua akan kembali kepada-Nya hari ini, besok ataupun lusa kita cuma menunggu antrean saja. Aku yakin mama masih bisa melihat dan mendengar keluh kesahku di saat aku di pusaranya walaupun alam kami sudah berbeda.

Menjelang Hari Ibu tahun ini menjadi tolok ukurku betapa aku tak mensyukuri apa yang Allah berikan kepadaku terutama kebersamaanku dengan mama, betapa banyak waktu yang aku sia-siakan selama beliau masih ada.

Tahun lalu dengan keadaannya yang lemah mama masih bersamaku dan waktu itu aku cuma bisa mengucapkan, “Sehat-sehat ya, Ma." Sambil aku cium tangannya bersama anak-anakku. Tapi di tahun ini aku bisa apa selain membacakan surat Alfatihah dan lantunan doa yang sering aku abaikan tanpa bisa memeluk dan memandanginya.

Kerinduan yang mendalam dan itu menjadi rindu yang pahit yang aku rasakan, rindu tanpa bisa melihat atau mendengar suaranya. Andai aku bisa putar waktu aku ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya dengan menunjungi beberapa tempat yang sudah aku rencanakan, kembali lagi kita cuma bisa berencana Allah pula yang menentukan.

Kehidupan akan terus berjalan dengan ataupun tanpa mama. Untukmu Mama semoga mama khusnul khotimah. Mama sudah  tidak merasakan sakit lagi kan kakinya? Mama sudah bertemu dengan keluarga yang lain?

Semoga Allah memberimu tempat terindah yang sekarang, diterima amal ibadahnya, dan menjauhkan mama dari siksa kubur-Nya. Amin. Terima kasih atas semua yang mama berikan kepada kami anak-anakmu dan maafkan kami yang belum bisa membahagiakanmu.

#ChangeMaker