Kadang di Balik Senyuman Seorang Ibu, Ada Luka yang Dipendam Sendiri

Endah Wijayanti diperbarui 25 Nov 2020, 11:11 WIB

Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.

***

Oleh: V

Ibu adalah wanita pertama yang paling aku cintai. Ibu adalah wanita pertama terkuat yang pernah aku kenal dan ibuku adalah koki hebat sepanjang masa. Pertama-tama aku ingin mengucapkan terima kasihku kepada ibuku yang selalu tersenyum dalam keadaan tersulit apa pun. Bu, izinkan aku membagikan kisahmu kepada semua wanita di dunia ini.

Ibuku adalah wanita rumahan yang setiap hari memakai daster, selalu bangun sebelum subuh menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Ibu sering lalai sarapan karena merasa kenyang ketika menyuapi kami makanan sebelum berangkat ke sekolah.

Ibuku hanya wanita biasa yang tidak bekerja, tapi bukan berarti ibuku tidak berpenghasilan. Aku selalu ingat waktu kecil ibuku mengajakku berkeliling menjajakan dagangannya yaitu kain. Ya, ibuku adalah penjual kain kiloan, aku dan kakakku sering dititipkan ke rumah saudara ketika ibuku harus berbelanja kain setiap minggu. Kami bahkan sering dijemput oleh ibu ketika kami sudah tertidur lelap, tahu-tahu sudah di rumah, kenangan masa kecil yang tak akan pernah aku lupakan selamanya.

Badai datang ketika ada orang ketiga dalam keluarga kami. Saat itu aku dan kakakku masih terlalu kecil untuk mengerti masalah orang dewasa. Aku sering melihat ibuku menangis sendirian, tapi ketika melihat kami, beliau tersenyum seakan-akan tidak ada sesuatu yang menyakiti hatinya.

Tahun demi tahun berganti, hingga aku dan kakakku cukup dewasa untuk mengerti. Perjuangan ibuku untuk tetap bertahan dengan ayahku bukanlah perjuangan yang mudah. Tangisan demi tangisan dan juga sakit hati yang mendalam yang sering ia sembunyikan dari anak-anaknya. Satu hal yang pernah ibuku katakan ketika aku dewasa bahwa ia menahan semua rasa sakitnya demi anak-anaknya yang saat itu masih kecil dan membutuhkan seorang ayah. Ibuku tidak menyerah untuk tetap mempertahankan keluarganya hingga sekarang.

 

2 dari 2 halaman

Ibu yang Senantiasa Tegar

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/casper1774studio

Ibu, andai saja dulu engkau melepas ayah maka aku tidak apa-apa, mungkin bahkan kita bisa lebih baik dari hari ini. Ibu, jangan berkorban lebih banyak lagi dari ini. Ibu, aku sungguh tidak ingin melihatmu terluka lebih banyak lagi.

Andai pelukanku, anak-anakmu mampu menghapuskan luka-luka batinmu, kami rela memelukmu sejuta kali sehari. Mungkin aku bukan anak yang selalu mengutarakan cinta kepadamu dengan baik didepanmu, tapi secara tulus di dalam lubuk hatiku aku sangat mencintaimu bahkan I love you more than 3000. Ibu, kau adalah sumber kekuatan kami, maka sehatlah selalu sampai kami mampu membahagiakanmu.

Aku selalu memetik pelajaran berharga dari kisah orang tuaku, yaitu keluarga adalah pilar penting dalam setiap tumbuh kembang anak-anaknya karena pertengkaran bisa menjadi trauma yang selalu mengikutinya sampai kapanpun. Menjadi seorang wanita bukanlah batasan untuk selalu berada di bawah laki-laki, kau bisa menjadi apapun dan siapa pun.

Ibu rumah tangga bukan hanya wanita yang selalu memakai daster dan di dapur, ia adalah madrasah pertama anak-anaknya, dengan tangan lembutnya ia merawat dan membesarkan buah hatinya, menyiapkan makanan-makanan bergizi untuk keluarganya, bahkan membantu penghasilan suaminya dengan bekerja serabutan dari rumah.

Mom, you deserve better than this! Mari berpegangan tangan dan lewati semuanya bersama-sama, my sisters and I will always be loving you.

#ChangeMaker