Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.
***
Oleh: Bunga Monintja
Menceritakan tentang ibu, memang tak pernah ada habisnya. Begitu banyak kisah yang seakan satu buku penuh pun, masih kurang untuk dituliskan menjadi serangkaian aksara indah, tanda cinta untuk perempuan yang melahirkan, dan membesarkan kita dengan penuh kasih.
Mama. Sosok perempuan penuh dedikasi yang telah mengorbankan separuh hidup untuk membesarkan keempat anaknya. Aku anak sulung dari empat bersaudara, menjadi saksi sejarah perjuangan Mama yang penuh liku dan luka, tanpa sosok seorang ayah yang tak menyadari akan tanggung jawabnya. Ya, Mama adalah single parent yang mengantarkan anak-anak menuju gerbang kesuksesan.
Surat ini aku persembahkan untuk Mama yang selalu ada di setiap waktu. Jika untaian kata ini sampai di tangannya yang meski tak sehalus tangan-tangan terawat, tapi dengan tangan itu, sudah mampu menguatkanku untuk menjadi anak sulung yang tangguh.
Perjuangan yang Tak Pernah Tertandingi
Mama, tiga puluh empat tahun waktu telah menaungi hidupku. Bahkan hingga detik ini pun, kau masih tetap setia di sampingku. Membimbingku kala aku lengah, mengingatkanku kala aku salah, menasihatimu kala aku gelisah. Dalam setiap doamu mengandung berkah bagi hidupku, dan aku selalu membutuhkan itu sepanjang hidup.
Aku bersyukur masih diberikan kesempatan untuk menikmati sisa waktu bersamamu. Melihat senyum dan tawamu kala melihat cucu-cucu kecilmu tengah berkumpul bersama. Mengurusmu kala sakit itu mengoyak tubuhmu yang kian ringkih. Namun, seringkali kau selalu bisa menyembunyikan rasa sakit itu. Sekuat mungkin kau tahan agar anak-anakmu tak melihat kau kesakitan. Sedemikian kuatnya dirimu, setelah apa yang telah kau lakukan selama ini untuk kehidupan kami yang lebih baik.
Betapa kerasnya hidup telah menempamu menjadi perempuan perkasa. Bekerja keras siang dan malam hanya untuk mencari nafkah. Sendirian, terkadang pula dengan cemoohan orang. Benar-benar demi sesuap nasi. Aku masih mengingat masa saat kecil dulu, ketika kita membagi satu bungkus mi rebus untuk lauk kita berlima. Bahkan kau dengan rela tak makan, demi mengenyangkan perut kami.
Sungguh saat-saat yang memprihatinkan. Namun, dari sanalah kau dan aku belajar tentang betap kerasnya hidup. Tentang arti sebuah perjuangan untuk bisa mempertahankan diri. Tentang betapa semua itu menjadi pelajaran berharga untuk kita berkaca. Bagaimana kita bisa bangkit dari keterpurukan, lalu mengubah hidup menjadi lebih baik.
Kau berjuang sendirian tanpa sosok lelaki yang seharusnya menjadi penanggung jawab hidup kami. Dengan rasa sakit karena ditinggalkan suami, kau masih bisa merintis satu demi satu anak tangga untuk kau tapaki. Mencari pundi-pundi untuk memenuhi kehidupan kami. Mencukupi kebutuhan sekolah kami yang secara serentak harus menempuh pendidikan.
Kau prioritaskan pendidikan menjadi nomor satu untuk tetap bisa kami jalani. "Hanya dengan ilmu yang bisa mengantarkan kita menuju gerbang kesuksesan. Tentunya doa adalah yang utama. Karena sebagai seorang hamba, kita adalah makhluk yang selalu bergantung kepada-Nya. Menjadikan Allah sebagai tempat kita kembali dari segala lara dan penderitaan." Kau tak pernah lelah mengingatkan akan hal itu.
What's On Fimela
powered by
Kasih Sayang yang Dibalut Sikap Keras dan Tegas
Kasih sayang yang selalu kau sembunyikan dalam sikap keras dan tegasmu itu, menjadikanku sosok perempuan yang memiliki prinsip. Memposisikan diri sebagai anak sulung sekaligus kakak yang harus selalu sigap dan tangguh untuk melindungi keluarga.
Mama adalah sosok ibu yang kuat, tegar, dan sabar. Di balik kecintaanmu kepada kami, seringkali Mama bersikap keras dan tegas dalam mendidik, membimbing, dan mengajarkan tentang kerasnya hidup. Semua itu agar kami bisa memahami, dan berjuang menghadapi kehidupan yang tak pernah kompromi dengan kelemahan diri.
Saat itu memang kami merasa Mama bukanlah ibu yang lembut. Selalu tegas dalam menentukan perintah agar sebisa mungkin kami bisa hidup mandiri sejak dini. Tak ada saat untuk berleha-leha, dan mengeluh meratapi nasib. Semuanya harus berjuang mempertahankan diri, bekerja keras untuk menuju cita-cita yang ingin diraih. Semua demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Hal itu bisa kami buktikan saat ini. Kemandirian yang telah kau ajarkan di waktu kecil, telah membuat kami tak menjadi orang yang manja dan cengeng. Setiap masalah yang terjadi dalam hidup, tak bisa hanya diatasi dengan menangis dan ratapan. Harus bisa sesegera mungkin diselesaikan dengan kepala dingin dan pikiran cerdas. Karena setiap waktu yang bergulir, merupakan fase di mana kita sendiri yang menentukan. Akan kemana arah dan tujuan hidup yang kita jalani.
Begitu banyak pelajaran tentang makna hidup yang kau berikan untukku dan adik-adik. Semua itu tak bisa kami dapatkan di bangku sekolah. Karena dari pengalaman hidup yang kau jalani saja, merupakan pelajaran berharga tentang sebenarnya kehidupan. Meskipun tanpa sosok lelaki, seorang perempuan tetap bisa mandiri, berdiri dengan tegar, dan hidup layak dengan caranya sendiri. Apalagi bila ditunjang dengan sosok lelaki yang saleh dan bertanggung jawab. Kesempurnaan tetunya sudah dalam genggaman.
Untaian Kata Teruntuk Mama Tercinta
Mama, seberapa pun kata cinta kupersembahkan padamu, takkan mampu menandingi kasih sayang yang telah kau curahkan untukku. Seberapa banyak materi yang kuberikan kepadamu, takkan pernah bisa membayar setiap jerih payah yang sudah kau cucurkan keringat demi memenuhi kehidupanku yang layak. Seberapa besar ucapan terima kasih atas semua pengorbanan dan perjuanganmu membesarkanku, takkan bisa menebus sebagian jasa-jasa itu.
Mama, betapa cintaku pun takkan pernah bisa tertandingi, meski kini kehidupan rumah tangga merupakan prioritas dalam hidupku. Kau tetap menjadi nomor satu, dan satu-satunya yang selalu ada di setiap lemah dan letihku. Kau adalah sosok perempuan penuh dedikasi yang menjadi acuan untukku bisa hidup lebih kuat dan tegar.
Jika ada kata yang bisa mewakili betapa aku mencintai dan menghormatimu, itu adalah doa yang kupanjatkan di setiap sujudku. Karena hanya dengan doa, aku bisa merangkai kata indah yang kusampaikan pada Sang Pemilik Hidup. Betapa aku mencintaimu, dan berterima kasih atas semua jasa-jasamu. Berterima kasih atas anugerah yang telah Allah berikan, menghadirkan sosok ibu sepertimu.
Tak lupa kuselipkan pengharapan untuk kebahagiaan di sisa hidupmu. Semoga Allah senantiasa melindungi dan menjagamu dalam kemurahan-Nya. Memberikan keberkahan dalam setiap hela napasmu. Menaungimu dengan segenap kebahagiaan yang hakiki. Mengantarkanmu hingga ujung usia dengan husnul khatimah.
Maafkan aku yang belum bisa menjadi anakmu yang berbakti, dan membanggakan. Maaf atas semua keluh dan kesah yang masih selalu merepotkan hari-harimu. Maaf untuk harapan yang belum tertuntaskan, yang kau pikulkan di pundakku. Percayalah satu hal, Mama, aku selalu menginginkan kebahagiaan dunia dan akhiratmu.
Doakanlah aku agar selalu bisa menjadi anakmu yang salehah. Menjadi pribadi yang senantiasa mengingat akan kemurahan Allah, dan menempatkan-Nya di atas segala-galanya. Karena dengan semua itu, aku bisa menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
Semoga Allah selalu membersamaimu dalam setiap detik waktu yang akan mengantarkanmu pada kebahagiaan hakiki. Menuju jalan surgawi.
Dengan penuh cinta dan bakti tulusku, kupersembahkan rangkaian kata ini, sebagai wujud rasa syukurku, telah memilikimu sebagai ibu yang penuh dedikasi tinggi untuk kemakmuran hidup anak-anaknya. Aku mencintaimu, Mama.
#ChangeMaker