Fakta di Balik Warna Kuning pada Makanan Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan

Novi Nadya diperbarui 24 Nov 2020, 11:46 WIB

Fimela.com, Jakarta Makanan dan minuman terasa nikmat bukan hanya karena rasa dan aromanya, tetapi juga karena warnanya yang unik. Seni dari pewarna makanan membantu kita membedakan tiap hidangan dan produk makanan yang satu dari yang lain. Isyarat visual ini dapat menstimulasi selera makan kita bahkan sebelum mencicipinya, dan kemudian meningkatkan rasanya yang enak. Salah satu pewarna makanan yang sering digunakan adalah warna kuning. Alasan di balik popularitas ini tampaknya lebih dari sekadar tradisi kuliner. Warna kuning sangat terkait dengan buah-buahan matang, sayuran, rempah-rempah dan bahkan keju yang lezat, di mana sensasi ini dapat membangkitkan rasa kelimpahan, ceria dan kebahagiaan dalam diri kita. Seseorang bisa dengan mudah membayangkan pohon lemon dengan buah kuningnya yang matang atau sawah keemasan sebelum musim panen.

Mintel GNPD , salah satu firma riset intelijen pemasaran global, menyurvei produk baru yang diluncurkan antara 2015 dan 2019 di Kawasan Asia Pasifik dan menemukan bahwa warna kuning memiliki persentase tertinggi dari semua pewarna makanan yang digunakan. Di antaranya, 47% datang dari kategori makanan ringan, roti, saus, dan bumbu. Produk makanan dan minuman sehari-hari yang menggunakan pewarna kuning antara lain makanan bayi, sereal, keripik, kue, saus, keju olahan, minuman energi, es krim, dan makanan pokok favorit kami - mie instan. Fakta tersebut berkorelasi kuat dengan kita karena menurut data dari Asosiasi Mi Instan Dunia (World Instant Noodle Association) , Indonesia menempati urutan ke-2 secara global untuk konsumsi mi instan setelah Tiongkok.

Pewarna makanan kuning juga digunakan sebagai paduan dengan warna lain untuk mendapatkan warna hijau yang lebih pekat atau merah yang lebih cerah. Warna khusus ini tersedia secara alami dalam bentuk riboflavin atau vitamin B2, karoten, kurkumin, karthamus yang diekstrak dari tanaman seperti buah palem, bunga karthamus dan kunyit. Sayangnya, jenis pewarna makanan kuning yang lebih umum digunakan terbuat dari bahan buatan yang disebut tartrazine. Ini adalah satu dari banyak pewarna makanan yang terbuat dari minyak bumi atau petroleum - dengan kemungkinan bersifat karsinogenik. Hal ini tentunya menimbulkan potensi risiko kesehatan, terutama pada anak. Karena dampak negatifnya, beberapa negara telah mencabut larangan atau membatasi penggunaan tartrazine dengan peringatan.

Misalnya saja, Uni Eropa yang telah mengeluarkan undang-undang di tahun 2010 mewajibkan adanya tanda peringatan pada kemasan jika makanan dan minuman mengandung salah satu dari enam pewarna sintetis, termasuk tartrazine. Lima pewarna buatan lainnya termasuk quinoline yellow, carmoisine, sunset yellow, ponceau 4R dan allura red.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Warna Kuning pada Mi Instan

ilustrasi kuah mie ayam/copyright by Odua Images (Shutterstock)

Di Asia Pasifik, negara konsumen mi instan terbesar seperti Tiongkok dan Vietnam telah melarang keras penggunaan tartrazine dalam makanan favorit mereka tersebut.

Di negara-negara yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council, setiap makanan yang dibuat dengan pewarna buatan, termasuk tartrazine, juga harus mencantumkan pernyataan peringatan pada labelnya, yang menunjukkan adanya bahan yang memberi dampak negatif pada aktivitas dan konsentrasi anak. Uni Emirat Arab membatasi penggunaan tartrazine. Dan baru-baru ini pada tahun 2020, Brasil juga memberlakukan regulasi label peringatan yang serupa.

Langkah-langkah dan regulasi tersebut merupakan hasil dari serangkaian studi ilmiah mengenai risiko dari pewarna makanan buatan. Sebagai contoh, sebuah studi oleh Universitas Southampton pada tahun 2007 menunjukkan bahwa campuran enam pewarna makanan (tartrazine, allura red, ponceau 4R, quinoline yellow WS, sunset yellow dan carmoisine) dan pengawet natrium benzoat memiliki kemungkinan keterikatan dengan peningkatan hiperaktif pada anak-anak. 

Di tengah pandemi COVID-19, terdapat indikasi dari survei bahwa orang Indonesia menjadi jauh lebih sadar kesehatan daripada sebelumnya. Menurut Survei FMCG Gurus COVID-196 , konsumen Indonesia saat ini lebih memperhatikan bahan dan daftar nutrisi pada label kemasan daripada sebelumnya dan ini meningkat sebesar 18% pada Juli 2020 dibandingkan pada Mei 2020.

Konsumen umum mungkin tidak memperhatikan produk makanan dan minuman kemasan mana yang mengandung tartrazine karena bahan ini hanya diidentifikasi sebagai E102, FD&C Yellow 5, Food Yellow 4 atau C.I. 19140. Sedangkan warna kuning alami yang diperoleh dari kunyit ditandai sebagai kurkumin CI 75300 dan beta karoten CI 75310. Oleh karena itu, lain kali saat Anda berbelanja, perhatikan label makanan dan minuman untuk menghindari risiko pewarna makanan buatan, dan cobalah untuk memilih hanya yang menggunakan pewarna makanan alami.

3 dari 3 halaman

Simak video berikut

#ChangeMaker