Berani Berubah: 2020 bagi Ykha Amelz, Tahun Kolaborasi Terbanyak dan Berhenti Bergantung

Novi Nadya diperbarui 21 Nov 2020, 18:16 WIB

Fimela.com, Jakarta Ykha Amelz menjalani profesi sebagai ilustrator freelance sejak tahun 2008. Selama 12 tahun berkarier bisa dibilang ia banyak memiliki kemerdekaan waktu karena seringnya bekerja tanpa ikatan atau atasan.

Sekelibat terlintas dalam pikiran, jadi tak ada bedanya, dong, kebiasaan 'old normal' dan 'new normal' seperti yang kita jalani sekarang ini? Di saat banyak orang beradaptasi dengan work from home, perempuan lulusan Arsitektur UNPAR, Bandung ini memang lebih sering berkantor di rumah.

 

Namun, siapa sangka jika istri personel band indie Indonesia Rock ‘n Roll Mafia Hendra Jaya Putra ini sempat mengalami kekhawatiran di masa awal pandemi Covid-19. Hal itu membuat pikirannya berkonstelasi dan memberikan sebuah konsklusi jika saatnya bisa memiliki kontrol atas diri sendiri. 

Maklum, meski bekerja freelance, ia tetap memiliki timeline dari setiap proyek yang dikerjakan. Namun pandemi juga ikut mempengaruhi proyek-proyek yang sedang dan akan dijalaninya karena mengalami penundaan sampai waktu yang tidak ditentukan. 

"Di situ sempat kaget dan bingung juga karena keadaan yang enggak jelas dan banyak proyek mundur. Hal itu membuat perubahan mindset kalau sekarang saatnya mulai memiliki kontrol sendiri dan enggak depend sama kerjaan yang didominasi dari luar seperti mengembangkan Babbot lewat mainan yang idenya datang dari suamiku Hendra," ujar Ykha Amelz saat dihubungi via telepon oleh Fimela.

What's On Fimela
Mainan Babbot kreasi Ykha Amelz (Instgaram @ykhaamelz)
2 dari 4 halaman

Produksi Mainan Babbot dari Rumah

Workshop mainan Babbot di rumah Ykha Amelz (Instagram @ykhaamelz)

Babbot merupakan salah satu karakter yang diciptakan Ykha Amelz dari anjing jenis French Bulldog miliknya. Babbot menjadi karakter ikonis yang menjadi trademark Ykha yang dihadirkan dalam berbagai media.

Nah, gara-gara pandemi juga, salah seorang Founder brand fashion DiBBA ini memiliki waktu untuk mengembangkan Babbot dalam bentuk mainan atau art toys. Sebelumnya, Ykha pernah membuat merchandise mainan Babbot saat art fair di Jepang akhir tahun 2019. 

Berkolaborasi dengan seorang teman yang memiliki keahlian sculpting Mirfak Prabowo, jadilah mainan mini Babbot dari bahan resin yang mendapat respons positif dari pengunjung pameran. Lantas Ykha pun beride untuk membuat mainan Babbot menggunakan 3D printer yang langsung antusias diburu penggemar Babbot.

Butuh waktu sekitar 2-3 bulan bagi Ykha dan suami sampai akhirnya mendapatkan model yang sempurna dalam 4 ukuran, S, M, L, dan XL. Untuk bisa mendapatkan mainan Babbot, kita harus bersabar untuk pre-order selama satu bulan dan harga yang lumayan.

"Untuk jadi ukuran Babbot XL bisa habis waktu ngeprint 3 hari terus butuh diamplas lagi agar teksturnya halus baru aku lukis, jadi memang effort banget. Harganya yang dijual mulai dari Rp800 ribu sampai Rp 3,2 juta untuk size M, L, dan XL. Size S sendiri sudah habis sejak dirilis di Osaka," jelas Ykha.

Ykha tak menyangka saat ada pembeli yang merekam video anaknya yang menjadikan Babbot mainan favoritnya. Sebelumnya, ada juga orangtua yang mengabadikan momen membaca buku cerita Babbot untuk anaknya.

"Dari dulu memang aku enggak membatasi limit proses kreatif Babbot, dari bikin baju sampai dijadiin buku. Tapi aku enggak nyangka kalau karakter Babbot dikenal bukan sama orang dewasa tapi anak-anak kecil," lanjut Ykha.

Ia pun mengingat memori masa kecilnya yang tumbuh dengan karakter kartun seperti Doraemon atau Snoopy. Ykha berharap karakter Babbot bisa sebesar mereka nantinya.

 

Ykha Amelz berkolaborasi dengan Coach (Instagram @ykhaamelz)
3 dari 4 halaman

2020 jadi Tahun Kolaborasi Terbanyak

Ykha Amelz berkolaborasi dengan Coach (Instagram @ykhaamelz

Di awal pandemi, industri seni dan semua orang yang berkecimpung di dalamnya diprediksi menjadi salah satu yang terdampak. Karena gelaran event yang dilarang sampai pameran seni yang juga di non-aktifkan.

Namun anggapan tersebut salah, industri seni perlahan bangkit karena banyak orang membutuhkan ketenangan lewat visualisasi dan musik. Hal itu juga dirasakan Ykha dengan seniman lain yang saling bergandengan lewat kolaborasi.

"Kalau dari gambar, aku bilang tahun ini malah paling banyak kolaborasi. Mungkin karena punya banyak waktu jadi seniman seperti aku bisa fokus berkarya," ujar Ykha yang gemar berganti warna rambut tersebut.

Sebut saja kolaborasi Ykha dengan fashion house asal Amerika Coach, brand lokal DU ANYAM lewat Eco Bag Purun, ilustrasi untuk puzzle brand lokal Rekatrekat, kerja sama dengan band sang suami, merchandiese untuk solois Hindia sampai grup musik The Panturas.

"Aku juga kolaborasi dengan musisi Jepang Kazuya Yoshi Agustus lalu bikin ilustrasi buat posternya. Jadi karena di Jepang enggak boleh konser gede, dia manggung di kafe-kafe kecil buat give back ke penggemarnya sekaligus melepas kangen perform," lanjutnya. 

Melihat 2020 sebagai tahun kolaborasi, Ykha juga terus belajar menaklukkan tantangan memenuhi deadline tepat waktu serta mengumpulkan fokus dan mood untuk mencari inspirasi. Namun ia percaya selama ada kemauan untuk bergerak, ia dan semua seniman lain bisa memiliki jalannya sendiri untuk bertahan di masa tidak menentu ini.

"Pasti ada dua sisi baik-buruk saat kita semua stuck di rumah. Satu sisi distraksi semakin dikit untuk bisa fokus tapi giliran lagi perlu refresh button tetap enggak bisa ke mana-mana dan itu challenging-nya," tutup Ykha.

 

4 dari 4 halaman

Simak Video Berikut

#ChangeMaker