Fimela.com, Jakarta Akhir bulan Oktober lalu, dalam rangkaian acara penutup FIMELA VIRTUAL FEST 2020, saya berkesempatan berdiskusi dengan Najwa Shihab, yang dinobatkan menjadi FIMELA LADY BOSS - CHANGE MAKER. CHANGE MAKER menjadi tema besar di 2020 (seperti yang sudah saya jelaskan di postingan sebelumnya) untuk menginspirasi para perempuan Indonesia untuk tidak takut dan atau menyerah pada sebuah perubahan.
Saya sadar yang yang menjadi sandungan terbesar setiap perempuan untuk berubah ke arah yang lebih positif adalah dirinya sendiri. Ketakutan-ketakutan akan pandangan orang, takut dibilang ambisius karena memiliki cita-cita yang tinggi, takut dibilang bossy dan keras kepala saat mempertahankan pendapat dan segala macam mindset lainnya yang sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya patriarki.
Khususnya di dunia kerja, masih banyak ketimpangan-ketimpangan yang dialami perempuan. Tak sedikit perusahaan yang masih membeda-bedakan kesempatan juga penghargaan berdasarkan gender. Padahal sudah banyak data dan riset yang memperlihatkan bahwa kedudukan perempuan di dunia kerja (sebagai pemimpin ataupun karyawan) dampaknya sangat positif.
Tak sedikit yang masih mempermasalahkan kesensitivan perempuan adalah hal yang membuat mereka tak pantas didudukkan di pucuk hirarki. Banyak juga perempuan yang terpaksa menghilangkan sisi feminin dan kelembutannya, demi dinilai pantas untuk menjadi pemimpin. Padahal menurut saya, empati dan kesensitivanlah yang membuat perempuan bisa menjadi pemimpin yang baik. Mereka bisa lebih tanggap melihat sebuah potensi, mereka bisa mencium sebuah bibit konflik dan dengan sifat keibuannya, mereka akan mencari jalan keluar dari masalah yang ada.
Poin untuk Penting untuk Perempuan Sebagai Agen Perubahan
Lalu apa sih poin penting saat seorang perempuan ingin menjadi agen perubahan? Demikian pertanyaan terakhir yang diajukan ke saya saat diskusi.
Buat saya ada beberapa hal penting yang harus ada;
- Keinginan untuk Adaptasi. Berubah bukan menyerah, tapi bertahan dan menjadi lebih baik.
- Inovasi. Berubah bukan hanya berarti mengikuti alur perubahan, tapi memiliki peran aktif, berinovasi.
- Kompromi. Hidup tak selalu mudah, jalannya pun tidak selalu sesuai dengan harapan dan rencana awal. Kadang kompromi dilakukan. Tak ada salahnya untuk sesekali berhenti atau bahkan mundur sedikit, untuk maju lebih banyak. Kompromi, tapi jangan mengubah visi dan idealisme. Hal ini membantu kita lebih realistis.
- Last but not least, Empati. Pakai hati itu penting, karena itu yang membuat kita masih "manusia". Jangan takut berempati, jangan merasa lemah saat pakai hati. Di era modern ini, saat semua bisa dikerjakan dengan mesin, yang menjadi kelebihan kita sebagai manusia adalah kita memiliki intuisi, dan kita memiliki empati.
Above all that, untuk semua perempuan, jangan takut punya mimpi tinggi. Bermimpi dan gapailah mimpi tersebut. Mengutip Najwa Shihab di diskusi tersebut.
"Dakilah bukit-bukit yang ada, dan saat sampai di puncak, taklukanlah bukit lainnya, jangan malah berhenti dan rebahan!"
Amelia Ayu Kinanti, 2020
#ChangeMaker