Fimela.com, Jakarta Bertengkar dengan pasangan dalam kadar tertentu bisa memberikan banyak pengaruh dalam hubungan cinta. Bertengkar bisa memberi efek positif semakin menguatkan cinta atau justru negatif hingga memisahkan kamu dan dia.
Tidak banyak yang sadar bahwa tingkat stres menjadi jauh lebih tinggi ketika bertengkar dengan pasangan ketimbang stres yang muncul karena pekerjaan atau masalah lain dari kehidupan.
Berdasarkan penelitian dari Harvard Health (Harvard Medical School), respons stres saat bertengkar dimulai dari otak. Segera setelah pasangan meninggikan suaranya atau mengatakan sesuatu yang agresif, mata serta telinga kita akan mengirimkan informasi itu ke amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab memproses emosi.
Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Bertengkar
Visual atau tampilan reaksi wajah dan suara pasangan yang kita lihat akan ditafsirkan dalam amigdala, dan ketika mendeteksi adanya bahaya, bagian otak ini akan segera mengirimkan sinyal bahaya ke hipotalamus, bagian lain dari otak yang terlibat dalam mengendalikan stres.
Ketika alarm bahaya telah dibunyikan di dalam otak, hipotalamus memicu sistem saraf simpatis, di mana kelenjar adrenal akan memompa epinefrin (hormon adrenalin). Hormon inilah yang akan memicu perubahan fisik saat bertengkar seperti detak jantung lebih cepat, pernapasan dipercepat, tekanan darah meningkat, pupil membesar, otot menegang, dan tubuh gemetar.
Saat inilah sebaiknya kamu tidak memaksakan argumen dengan pasangan dan berada di ruangan lain terpisah darinya untuk menenangkan diri. Memang dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk mengetahui kapan harus menghindari badai pertengkaran lebih besar dengan pasangan agar masalah tak semakin meregangkan hubungan.
Sekuat itu efek bertengkar dengan pasangan bisa mengubah reaksi di dalam tubuhmu, jadi jangan abaikan ketika bertengkar dengan pasangan dan ketahui kapan harus mundur agar bisa mempertahankan hubungan.
#ChangeMaker with FIMELA