Karier dan Pekerjaan, Apa Perbedaannya?

Endah Wijayanti diperbarui 17 Nov 2020, 08:25 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh: Eryza Jazid Adam

Man jadda wa jada (siapa bersungguh-sungguh akan berhasil). (Pepatah Arab)

Pekerjaan dan karier, terkadang, dan oleh kebanyakan orang sering dipahami sebagai hal yang sama. Tanpa ada perbedaan di antara keduanya. Namun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna keduanya berbeda. Karier bermakna perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Sementara pekerjaan bermakna pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan; sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. 

Dari perbedaan makna antara pekerjaan dan karier, kita bisa menyimpulkan secara sederhana apa perbedaannya. Karier adalah pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Ada tingkatan atau kemajuan dalam pelaksanaannya. Berbeda dengan pekerjaan yang cenderung stagnan dan itu-itu saja.

Aku Sedang Bekerja atau Berkarier?

Setiap manusia di muka bumi ini tentu ingin maju dalam menjalani hidupnya. Namun, takdir Tuhan yang menentukan segalanya. Ada yang mampu membangun pekerjaan menjadi karier impian. Ada yang hanya menekuni pekerjaan tanpa mampu membangun karier hingga masa pensiun tiba. Aku ingin bisa membangun pekerjaanku menjadi karier impian. Kenyataannya, hingga detik ini belum bisa. Aku sedang dan masih bekerja!

Di tahun 2020 ini, tepat sebelas tahun aku bekerja. Aku bekerja sebagai staf administrasi kantor merangkap staf administrasi keuangan di sebuah perusahaan jasa di kota tempat tinggalku. Pekerjaanku tidak jauh dari kegiatan mengorganisasi data dan dokumen serta menyusun informasi keuangan. Setiap hari aku berjibaku dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat klerikal di meja kerja kantorku. Terkadang, aku pun harus turun menangani pekerjaan di lapangan dan di luar kantor.  

Perusahaan tempatku bekerja adalah perusahaan yang cukup besar secara omzet dan keuntungan. Namun, peningkatan dari segi kesejahteraan, pelatihan, peralatan kerja, dan promosi jabatan bisa dikatakan minim. Sehingga untuk membangun dan meniti karier cukup sulit untuk diwujudkan. Tidak heran banyak toxic worker bermunculan karena SOP dan job description yang tidak jelas dan tumpang tindih. Banyak dari karyawan yang terjebak pada comfort zone dalam bekerja. Sehingga kurang memiliki kesadaran untuk bisa melihat perkembangan dan tantangan dalam kondisi lapangan kerja yang terus bergerak dinamis. Mengikuti dinamisnya arus informasi dan teknologi.

 

2 dari 3 halaman

Memilih Bertahan dengan Pekerjaan yang Ada

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Manusia dituntut untuk bisa beradaptasi dalam setiap kondisi kehidupan. Sesulit apa pun kondisi itu. Oleh karena itulah manusia tidak mengalami kepunahan seperti yang dialami mahluk hidup lain, dinosaurus misalnya. Ikhtiar untuk mencari pekerjaan baru yang bisa membuka peluang berkarier sudah aku lakukan. Memasukan lamaran pekerjaan kesana kemari. Namun, hingga saat ini Tuhan masih belum membukakan jalanNya untuk mendapatkan pekerjaan yang baru. Apalagi di kota kecil tempat aku tinggal sekarang, lapangan kerja sama sulitnya dengan di ibu kota.

Rasa jenuh dan bosan sudah sering menghampiri. Sudah lama aku ingin resign dari tempat bekerjaku yang sekarang. Selain alasan umum kejenuhan, suasana dan budaya di tempat kerjaku banyak dibumbui oleh politik kantor. Baik dari manajemen perusahaan maupun dari karyawan sendiri. Namun, dengan berbagai pertimbangan, terutama pertimbangan keluarga, finansial,  dan kenyataan sulitnya mendapatkan pekerjaan baru, aku urungkan keinginan untuk mengajukan resign. Bertahan sambil mensyukuri pekerjaan yang ada walau tidak ideal seperti apa yang aku inginkan.  

Di balik keadaan yang tidak ideal ini, aku selalu berusaha untuk berpikir positif. Ada hal lain yang telah aku dapatkan. Ilmu baru, relasi, bahkan waktu luang. Bisa saja itu semua tidak bisa aku dapatkan di pekerjaan yang aku anggap ideal. Tidak ada jaminan ketika resign dan bekerja di tempat baru, aku bisa mendapat gaji yang lebih tinggi dan waktu luang yang lebih banyak seperti sekarang. Intinya, aku tidak boleh lupa bersyukur atas pekerjaanku saat ini. Ketika terlintas kata menyerah, aku memikirkan kembali mengapa aku memulai.   

 

3 dari 3 halaman

Breaking The Glass Ceiling

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/DeanDrobot

Konsep dari suatu pekerjaan adalah melakukan sesuatu demi mendapatkan uang untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan konsep karier adalah melakukan sesuatu yang menjadi ambisi, cita-cita, atau tujuan hidup seseorang dalam jangka panjang. Karier bisa mendatangkan kesuksesan, rasa bahagia, dan kepuasan hidup. Sedangkan pekerjaan hanya dilakukan untuk mendapatkan uang dengan cepat dan dalam waktu singkat demi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. 

Singkatnya, perbedaan keduanya berada pada jangka waktu pencapaiannya: tujuan jangka panjang atau tujuan jangka pendek. Aku merasakan bahwa pekerjaan yang sedang aku geluti saat ini tidak memiliki tujuan jangka panjang. Aku tidak yakin akan tujuan jangka panjang pekerjaanku saat ini. Maka dari itu, bisa dibilang bahwa saat ini aku sedang tidak berkarier, tetapi sedang bekerja. Hanya mencari uang untuk membeli kebutuhan harian, membayar tagihan utilitas, dan cicilan kredit barang online. Salahkah kalau kita hanya bekerja saja tanpa bisa berkarier? Tentu saja tidak. Bekerja, ketimbang berkarier pun banyak dilakukan orang-orang. Bahkan para profesional di level senior.

Terkadang aku merasa sudah berada di ambang batas kemampuanku dalamku bekerja. Namun, aku selalu balik bertanya apakah aku harus berpuas diri karena di sinilah batas kemampuanku? Ataukah batasan itu hanyalah langit-langit kaca, yang dapat dipecahkan agar dapat naik lebih tinggi lagi? Belenggu ini harus diretas dan jalan hidup ini harus diubah. Keberhasilan bekerja yang mengantarkan pada keberhasilan karier bermuara pada perjuangan dan “mungkin” sedikit nasib baik. Aku tidak bisa menunggu nasib baik datang menghampiri.

Menghadapi kondisi yang stagnan sekian lama dalam pekerjaan, membuat aku berpikir ulang tentang pekerjaanku saat ini dan langkah apa yang harus aku ambil agar bisa tetap produktif dan menghasilkan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup. Langkah sederhana yang terus aku lakukan adalah terus memperbanyak wawasan dan keterampilan. Banyak cara yang biasa aku lakukan. Mulai dari membaca hingga belajar bergaul dengan mereka-mereka yang sudah berpengalaman dalam berbagai bidang pekerjaan.

Mana yang Harus Dijadikan Pilihan?

Idealnya, berkarierlah yang harus kita pilih karena sifatnya jangka panjang dan lebih menjanjikan. Namun, sayang. Tidak semua orang, termasuk aku, memiliki pilihan ini. Mungkin banyak pula dari kita yang tidak menyadari bahwa sebenarnya sedang menjalani karier.

Jika kita tidak memiliki pandangan jangka panjang dari pekerjaan kita, artinya saat ini kita masih bekerja. Jika kita bisa membayangkan, memahami, dan menyadari pandangan jangka panjang dari suatu pekerjaan maka artinya kita sedang berkarier. Umumnya berkarier membuat para pekerja lebih betah dan menikmati pekerjaanya. Tidak salah jika ada yang mengatakan, “Berhentilah mencari kerja, mulailah merintis karier.”

Selamat bagi Sahabat Fimela yang sudah merintis kariernya. Tetap semangat dan pantang menyerah bagi Sahabat Fimela yang saat ini masih menjalani pekerjaannya. Sukses memang hak setiap manusia, tetapi manusia yang berhak memiliki sukses adalah mereka yang bersungguh-sungguh.

#ChangeMaker