Dari Ibuku, Aku Belajar Pentingnya Menghasilkan Uang Sendiri setelah Menikah

Endah Wijayanti diperbarui 12 Okt 2021, 16:22 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh:  Rahayu Putri

Kali ini kita akan membahas Lady Boss yang menginspirasi diri kita. Sahabat Fimela pasti punya Lady Boss pilihan masing–masing, begitu juga denganku.

Aku ingin cerita sedikit terlebih dahulu tentang makna Lady Boss di pikiranku. Lady Boss menurutku adalah seorang perempuan yang memiliki kapasitas untuk memimpin dan mampu bertahan untuk meraih apa yang diimpikannya terutama di bidang bisnis. Sahabat Fimela pasti memiliki beragam definisi terkait dengan Lady Boss dan tentunya itu semua benar. Pada cerita kali ini aku tidak akan bercerita tentang diriku, namun aku akan bercerita tentang ibuku. 

Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak sedang tinggal di tempat kelahirannya, karena memutuskan untuk ikut dengan bapakku. Kedua orang tuaku adalah orang tua yang sederhana dan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan utama, seperti sandang, pangan, dan papan. Mereka memastikan anak-anaknya tidak akan mengalami kekurangan kebutuhan primer, namun, juga tetap berusaha memenuhi kebutuhan sekunder lainnya jika memang sangat dibutuhkan.

Awalnya kedua orang tuaku dulu tinggal di Surabaya, akan tetapi karena krisis moneter akhirnya berpindah ke tempat tinggalku saat ini. Ibuku awalnya bekerja sebagai penjahit di sebuah konveksi pakaian yang mereknya cukup ternama. Namun, karena beberapa hal akhirnya ibuku berpindah kerja sebagai penjahit di konveksi yang lebih kecil dan pekerjaannya lebih ringan. 

Selang beberapa waktu setelah ibuku menikah, ibuku mengandung kakakku dan tidak bisa banyak bekerja. Hal ini menjadikan ibuku berhenti menjahit selama beberapa bulan dan tetap melakukan pekerjaan lain yang masih mungkin dilakukan di konveksi itu. Ibuku tidak akan hanya tinggal di rumah dan mengurus keluarganya saja karena memang bekerja adalah bagian dari hidupnya.

 

2 dari 2 halaman

Ibuku yang Pekerja Keras

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/reviewofficial

Bekerja bukanlah suatu tekanan ataupun keharusan bagi ibuku, hal ini adalah ruang baginya untuk tetap bisa melihat dirinya sebagai seseorang yang berguna. Setelah kakakku lahir, ibuku beristirahat selama beberapa bulan dan merawat kakakku.

Pada suatu waktu ibuku memilih untuk mulai menjual baju selain dari pada menjahit di konveksi karena ini lebih mudah. Ibuku menjual baju anak dan baju orang dewasa. Baju orang dewasa yang dijual oleh ibuku diwarna sendiri oleh beliau dan dijual di pasar. Hal ini dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya pada tahun 1998 krisis moneter terjadi dan banyak sekali konveksi yang tutup, salah satunya tempat ibuku bekerja. Akhirnya ibu, bapak, dan kakakku dipindah ke desa dan mulai hidup di desa. 

Kehidupan perkotaan tidaklah mudah tapi kehidupan di desa juga tidak bisa dibilang menyenangkan. Semua perempuan yang telah berkeluarga di desa harus menjadi ibu rumah tangga. Tugas dari ibu rumah tangga ini adalah merawat anak dan suami, membersihkan rumah, menyiapkan berbagai kebutuhan di rumah, mengatur pengeluaran, dan melakukan jutaan hal lain untuk orang lain. Begitulah ibu rumah tangga, realita baru yang menyambut ibuku ternyata berat. Ibuku menyadari hal ini saat mulai menginjakkan kaki di rumah kami sekarang ini. 

Fondasi pertama yang didirikan untuk rumah ini menimbulkan kecemebuaruan besar karena ibuku yang baru datang dari merantau ternyata mampu mendirikan rumah, sedangkan anak kesayangan nenekku yang menjadi pegawai negeri tidak ada niatan membuat rumah. Miris rasanya realita menyedihkan ini harus dihadapioleh ibuku, tapi dari sinilah ibuku akhirnya membuat langkah ke depan dan menjadi sosok Lady Boss di mataku.

Selang beberapa tahun, rumah yang kutempati ini sudah jadi. Orangtuaku memutuskan untuk mulai membuka tempat jahit. Ini adalah sumber pendapatan utama di rumahku. Puluhan tahun terlwati, usaha keras yang dilakukan oleh ibuku hanya dihitung sebagai bantuan ringan karena beliau adalah ibu rumah tangga. Padahal ibuku tidak hanya membantu bapakku menjahit, tapi juga mengurus rumah, mengatur pengerluaran, mengatur keuangan untuk pendidikanku dengan kakakku dan beragam kegiatan berat lainnya. Namun, semua usaha ibuku hanya dilihat sebagai bantuan kecil karena beliau ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga bukanlah sebuah profesi dan juga bukan menjadi upaya untuk memperkaya diri. 

Langkah pertama yang diambil ibuku adalah memulai lagi usaha di usia 45 tahun. Memulai sebuha usaha bukanlah perkara mudah dan ibuku melakukannya saat berusia 45 tahun. Ujian yang dihadapinya pasti berlipat, namun tidak pernah seharipun aku melihatnya lelah. Beliau selalu terlihat senang saat mulai mencoba warna-warna  baru mana yang bagus di kain. Bertanya kepada lebih banyak orang tentang bermacam cara mewarna sampai akhirnya bisa menemukan teknik mana yang sesuai untuknya. Semua hal itu dilakukan oleh ibuku dengan penuh kebahagiaan.

Beliau tidak pernah sehari pun tidak pergi ke sebelah rumah, halaman kecil yang selalu digunakan untuk mencoba teknik mewarna yang baru. Setelah menemukan mana saja teknik yang sesuai dan mematapkan hati ibuku mulai melakukan bermacam tindakan ekstrem. Aku adalah sasaran empuk yang bisa disuruh-suruh oleh ibuku. Semua bahan membuat baju yang diproduksi oleh ibuku kubeli dengan tanganku sendiri di Surabaya sesuai dengan beragam permintaan aneh ibuku. Aku melakukan hal ini saat tidak sedang ada jam kuliah. Namun, ternyata dari sini aku  belajar, jika ibuku yang berusia 45 tahun saja yakin bahwa dia akan menciptakan suatu karya besar kenapa aku tidak? Aku pun banyak belajar tentang usaha karena ibuku ingin agar usaha ini menjadi bukti  bahwa beliau bukanlah sekedar ibu rumah tangga dan tidak berprofesi sebagai ibu rumah tangga. 

Usaha yang mulai dirintis oleh ibuku ini diperluas dengan mengikuti beragam pameran yang diadakan di kota tempat tinggalku. Meskipun sangat panas berjualan di tenda-tenda dan tidak selalu barang dagangan ibuku laku tapi tidak pernah aku lihat ibuku menolak tawaran pameran. Bahkan beliau juga selalu menerima tawaran pelatihan. Semuanya terlampau sulit menurutku,  menurut bocah berumur 20 an ini usaha yang dilakukan ibuku adalah tindakan paling tidak masuk akal. Bulan demi bulan terlewati sampai berganti tahun, akhirnya datanglah hari dagangan ibuku laku untuk pertama kalinya. Beliau menangis dan melihat semua dagangannya lalu beranjak pulang ke rumah. Itu sudah cukup untuk memberi pupuk dari harapan yang dimiliki ibuku bahwa dagangannya nanti akan terjual habis dan dapat terus berproduksi. 

Langkah kecil ini telah diambil ibuku, saatnya mulai melakukan langkah yang cepat. Ibuku mulai menambah bahan, lalu mulai memproduksi lagi, dan mendapat kesempatan untuk menitipkan dagangannya di Galeri yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten. Berawal dari sana mulai ada  pembeli yang rutin membeli dagangan ibuku. Namun, ternyata tidak semuanya baik-baik saja.

Sekarang masa pandemi datang dan ibuku tidak dapat melakukan pameran lagi ataupun rutin melakukan produksi. Anehnya, ibuku melihat ini sebagai peluang untuknya beristirahat sebelum nanti akan bekerja keras kembali. Beliau tetap bersemangat, dan benar meski masa pandemi ini terjadi masih ada orang-orang yang membeli dagangan ibuku. Berdasarkan kejadian ini aku menjadi bersemangat kembali dan mulai ikut pelatihan online gratis tentang cara memasarkan barang secara online. Ibuku sangat senang saat aku ternyata bisa banyak belajar dan membantunya menjualkan dagangannya karena  beliau tidak terlalu paham tentang penjualan lewat online. 

Lady Boss sesungguhnya yang kutemui adalah ibuku. Beliau mengajarkanku untuk terus  bermimpi dan berusaha melebihi kita saat ini. Beliau memintaku agar nantinya tidak hanya diam menerima gaji suami, menjadi wanita yang mampu dalam segala hal  bukanlah hal buruk dan  ini bukanlah tindakan yang tercela. Meskipun  banyak sekali kendala yang mungkin muncul kita tidam boleh  melihatnya dan berputus asa.

Ibuku terus mengingatkanku atas tujuan mulia dari tercapaianya mimpi kita nanti. Beliau selalu mengingatkanku bahwa Tuhan adalah penolong bagi jiwa-jiwa yang membaktikan diri serta upayanya bagi kebaikan dan perbaikan umat manusia. Sejauh mimpi kita tidak hanya untuk diri kita dan tujuan yang kita raih untuk kepentingan bersama tidak ada batasan seberapa besar mimpi kita. Sahabat Fimela, pasti bisa menenjadi Lady Boss versi terbaik dari diri kita.

#ChangeMaker