Bersikap Tegas saat Ditindas Atasan Itu Perlu, sebab Kita Punya Harga Diri

Endah Wijayanti diperbarui 16 Nov 2020, 08:12 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh: Cynthia Der Waskuri

Menurutku setiap wanita adalah seorang Lady Boss karena mereka berhasil tetap berdiri tegak untuk mengatasi segala permasalahan di hidupnya. Kesuksesan seseorang tidak bisa diukur berdasarkan hanya pada satu orang saja karena arti kesuksesan setiap orang beragam dan kadang tidak berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan dan rasa syukur yang dirasakan. 

Aku sangat menyukai film The Devil Wears Prada yang menceritakan tentang perjalanan karier seorang wanita muda yang harus menyesuaikan diri di lingkungan kerja baru dan bagaimana harus menghadapi seorang atasan yang sangat perfeksionis dan terkesan “sadis”. Aku juga pernah mengalami rasa tidak nyaman dalam beradaptasi di lingkungan kerja yang baru.

Berbagai karakter atasan dan rekan yang beragam membuatku belajar banyak hal tentang arti ketulusan dan kepalsuan. Ada yang terbukti bijaksana tapi ada juga yang berkarakter super bossy tanpa ada maksud baik atau makna jelas apa yang dilakukannya untuk meningkatkan kinerja dan kerjasama tim. Aku melihat karakter kompetitif manusia yang memanipulasi keadaan demi mencapai tujuan pribadi dengan bersikap egois, terkadang tanpa perasaan dan sangat jahat pada bawahan ataupun rekan kerja. Dan yang membuat miris adalah kenyataan bahwa ada beberapa wanita yang menjatuhkan wanita lainnya untuk mencapai suatu tujuan.

Pengalaman memiliki atasan yang awalnya menindasku tapi dia berakhir terjungkal, layaknya seseorang yang membuat bawahannya menurut tunduk dan berlutut agar dia terlihat tangguh berdiri saat menginjak punggungku dengan sepatu berduri tajam. Namun saat sang atasan lengah menikmati kefanaan, sang bawahan tiba-tiba berdiri tegak hingga sang arogan kaget dan terjatuh terpental tanpa perlawanan.

Ini bukan cerita tentang pembalasan dendam, tapi bukti bahwa karma itu nyata dan jangan pernah meremehkan orang yang terlihat diam dan penurut karena bisa saja dia sedang mengamati sejauh mana dia dipandang lemah tak berdaya dan terkesan pasrah saat sedang dibodohi oleh orang yang merasa lebih pintar dan berkuasa dari dirinya. Dan di saat yang tepat maka sang penindas menerima serangan yang tak terduga dari orang yang ditindas hingga membuatnya terjatuh dan situasi berbalik kepadanya.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Atasan yang Bersikap Seenaknya

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Aku sangat bersemangat saat diterima bekerja di bidang yang aku incar, sebuah bidang pekerjaan baru yang terlihat menyenangkan dan penuh gaya. Tanpa berpikir panjang aku memutuskan keluar dari pekerjaan lama dan segera pindah ke tempat baru dan juga pindah tempat tinggal agar lebih dekat dan hemat waktu ke kantor. Meskipun satu bulan masih harus memberi pelatihan singkat serah terima pekerjaan kepada pengganti aku di kantor lama. Tapi itu bukan masalah bagi aku, karena menjaga hubungan baik dengan para rekan di kantor lama sangatlah penting.

Dari awal aku bekerja di tempat baru, atasanku memang sudah terlihat bukan seorang wanita manis dan aku merasa dia sangat arogan tidak jelas. Usia kami tidak jauh berbeda bahkan dia dua tahun lebih muda dari aku namun terlihat sebaliknya.

Aku memang baru di bidang pekerjaan ini dan aku terlihat sangat penurut, ya aku memilih untuk menjadi anak baru yang manis dan mengamati apa yang dia kerjakan dan menuruti apa yang dia perintahkan bahkan yang tidak masuk akal. Aku biasa saja dengan sikap arogan, sombong, dan suka pamer dia karena memang aku tidak terkesan ataupun merasa wow melihatnya.

Sejujurnya aku tercengang dengan sikap dia yang haus pengakuan dan pujian. Tapi saat dia sudah keterlaluan, aku merasa ada yang janggal tentang diri dia. Mungkin di mata dia aku hanya bawahan yang penurut dan penakut sampai dia tega membuatku kesulitan yang seharusnya dia membantuku karena dia menjadi pengawas dan penanggungjawab dari tugas-tugas aku dimasa training. 

Tidak perlu berharap dia akan sadar untuk berterima kasih bahwa aku sudah menuruti perintah dia dengan bersikap diam menutupi kelakuan minus dia dalam bekerja. Karena dia menjadikanku sebagai kambing hitam atau seorang martir di saat dia bisa bebas dari tanggungjawab karena aku mengerjakan tugas dia. Di mata dia mungkin aku terlihat bodoh karena belum ada pengalaman bekerja di bidang ini sebelumnya atau bisa dibilang terlihat culun dan gampang dihardik.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Bersikap Tegas

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Selama dua bulan aku sudah merasakan hal tidak beres yang dia lakukan tapi aku memilih untuk diam dahulu dan mengamati sampai sejauh mana dia bersikap semena-mena terhadap aku sambil aku mengumpulkan bukti kuat ketidakbecusan dia dalam bekerja.

Sebenarnya aku merasakan dan menemukan bukti ketidakberesan dia dari awal, pada minggu pertama training saat aku harus berdinas keluar kota bersama dia dengan waktu keberangkatan terpisah. Saat itu aku sangat antusias karena berpikir akan ada ilmu dan pengalaman baru saat aku sampai di kota itu. Namun ternyata semua di luar dugaan. Dia bersikap bossy, arogan dan memamerkan gaya pacaran dia di depanku.

Aku tidak paham citra apa yang sedang dia ingin bangun di mata aku. Aku sungguh tidak terkesan dengan satu pun cerita tentang kemewahan kekasihnya saat dia diperkenalkan kepadaku. Menjalankan tugasku berdinas ke luar kota yang pertama itu menurutku biasa saja dan menyadarkan aku tentang cara bekerja dia yang terkesan sekenanya dan menjadikan agenda itu sebagai kamuflase untuk bisa bertemu kekasihnya karena dia tidak pernah menginap di hotel bersama aku setelah bertugas mengunjungi beberapa perusahaan di jam kerja.

Keanehan dia masih berlangsung setelah kami kembali dari tugas luar kota. Aku selalu menemaninya setiap ke luar kantor untuk memenuhi janji temu dan presentasi dengan calon klien, dan itu juga bukan berarti tanpa tujuan penindasan terhadapku karena dia tetap bersikap bossy yang tidak memiliki arti untuk pencapaian target pekerjaan kami. Seperti biasa aku yang turun sendirian sedangkan dia tetap di dalam mobil dan bertelepon manja dengan kekasihnya sambil disaksikan sopir kantor. Dia menghardik kami dengan gaya khas dia dan mengira kami akan terus menutup mulut dan tidak akan berani untuk melaporkannya.

Saat keadaan membuatku bertugas sendirian untuk menemui beberapa calon klien di perkantoran baik swasta maupun pemerintahan, aku mengandalkan pengalaman kerjaku di tempat lama dengan mempraktikkan cara presentasi yang baik dan tepat serta bagaimana untuk bernegosiasi agar tercapai win win solution dengan memberikan proposal dan surat penawaran kerja sama yang bisa mereka pelajari dan pertimbangkan. Jujur aku menikmatinya karena aku bisa menjadi diri aku sendiri secara profesional tanpa ada kediktatoran tidak masuk akal dari atasanku.

Puncaknya saat aku akhirnya dipanggil oleh bagian keuangan saat ada tagihan voucher taksi yang tertera pada pukul dua pagi kala berdinas di luar kota. Pegawai bagian keuangan menanyakan apakah saat kami bertugas di luar kota menggunakan fasilitas kantor di luar jam kerja. Aku seperti diinterogasi oleh mereka hingga akhirnya menjelaskan bahwa aku tidak mengetahui apa yang dilakukan atasanku setelah kami berdinas di jam kerja, karena saat di hotel pun aku tidur sendirian karena dia bermalam di tempat lain. Aku mempersilakan mereka untuk menghubungi hotel tempat aku biasa menginap untuk membuktikan keberadaanku di sana karena hotel itu bekerjasama dengan perusahaan kami dan mereka mengenal beberapa staf di sana.

Saat itu aku bertanya mengenai beberapa hal pada pegawai bagian keuangan hingga aku baru mengetahui bahwa uang saku ke luar kota aku ternyata "dimakan” oleh atasanku. Dulu saat aku menanyakan padanya mengapa aku tidak mendapatkan uang saku saat berdinas ke luar kota dan dia menjawab bahwa pegawai baru dalam masa training tidak mendapat uang saku.

Saat itu dia berlagak mentraktir makan aku di pinggir jalan. Awalnya aku pikir dia cukup baik dan pemurah. Tidak heran dia selalu melarangku untuk bertanya pada pegawai keuangan dan memintaku menjauhi atau menjaga jarak dengan mereka. Aku baru paham tujuan dia agar kejahatannya tidak terbongkar dengan melarangku bergaul dengan menceritakan kesan bahwa mereka sangat menakutkan dan menyebalkan.

Setelah peristiwa itu akhirnya aku mengungkap semua ketidakberesan dia pada pegawai bagian keuangan. Hal ini aku lakukan bukan karena aku ingin melakukan balas dendam yang akan menjadikan aku seperti seorang pengadu atau pegawai baru yang sedang mencari muka dan ingin menjatuhkan pegawai lainnya. Aku melakukannya karena itu hak aku karena dia sudah keterlaluan, bahkan tugas dan kewajiban dia juga aku yang memenuhi. Di samping itu kinerja aku yang tidak ada perkembangan signifikan karena dibatasi dan diatur oleh sistem kerja dia yang asal-asalan bisa juga mengancam posisi aku sebagai pegawai dalam masa percobaan. Pegawai bagian keuangan menjadi paham mengapa aku tidak berkembang dan pencapaian target kami tidak terpenuhi. 

Aku bercerita beberapa penindasan yang pernah dlakukan oleh atasanku terhadap aku seperti pada suatu jadwal tugas keluar kota yang belum familiar bagi aku. Tiba-tiba aku diperintahkan harus mencari hotel sendiri dan sementara membayar sendiri tagihannya yang nantinya diajukan ke perusahaan, sedangkan dia bersama pacarnya. Dalam hal ini seharusnya dia sudah mengurus hotel yang akan kami tempati sebelum sampai di kota tujuan.

Tidak hanya itu, setelah aku bilang bahwa hotel yang aku tempati adalah atas bantuan temanku karena aku tidak paham lokasi dan dia membantuku tanpa bertemu denganku, atasanku memintaku untuk meminjam uang kepada temanku dengan jumlah yang lumayan banyak. Sungguh sangat tidak sopan dan tidak relevan bagi aku.

Aku baru mengenal atasanku dalam hitungan minggu dan sikap dia terhadap aku juga semena-mena bagaimana aku mau memenuhinya. Lagi pula sangat tidak etis dan memalukan jika aku menuruti permintaannya. Entah apa yang ada di pikirannya saat kembali dan menemui pegawai bagian keuangan malah mengatakan bahwa hotel yang aku tinggali saat itu adalah atas biaya dia. Padahal jika sesuai prosedur, perusahaanlah yang menanggung itu jikalau dia sudah mempersiapkan dari awal karena kami memiliki kerjasama dengan hotel di kota tujuan dan mendapat harga khusus. 

Di lain waktu saat kembali berdinas keluar kota, aku mengantar dia ke bandara, bayangkan betapa membludak tagihan voucher taksi yang dia manipulasi dengan cara yang pastinya tidak benar. Dia terbang ke kota lain dengan alasan urusan keluarga dan dia meminta aku menutupinya sehingga akulah yang menjalankan tugas dia selama berdinas di kota itu sendirian tanpa pantauan dan arahan dia.

Aku berpikir kenapa dia tidak mengajukan cuti saja karena alasannya sangat masuk akal jika berhubungan dengan keluarga. Dan kegiatan dinas keluar kota bisa diundur karena dia bisa meminta izin secara resmi kepada General Manager. Tapi aku tidak mau mengutarakan itu, bagiku itu tidak akan berguna karena aku paham karakter dia yang selalu meremehkan aku dan menganggapku penurut tak berdaya. Namun sebenarnya aku malas berdebat dengannya.

Pada suatu hari dia makin membuatku super mangkel dan tidak nyaman dengan tindak tanduk dia yang super ajaib seperti meminta aku mencabut uban dia, di saat kaki dia bertengger di atas meja kerjanya. Aku dan rekanku sampai terheran-heran dengan permintaan dia yang pongah. Aku berharap ada pegawai lain segera melihatnya melalui CCTV di ruangan kami. Aku dan rekanku kadang berpura-pura bertingkah bodoh menuruti perintah ajaibnya agar dia merasa puas, padahal kamilah yang merasa puas sudah menjadikannya bahan lelucon kami saat istirahat makan siang dengan pegawai lainnya.

4 dari 4 halaman

Memutuskan Resign

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/DeanDrobot

Suatu pagi aku mengikuti morning briefing karena atasanku tidak masuk kerja, dan aku diinterogasi oleh General Manager dan pegawai lainnya mengenai dia. Aku berpikir itu adalah saat yang tepat untuk membongkar semuanya karena bukan hanya aku yang merasa dia aneh dan tidak bekerja secara profesional, artinya perasaaan dan penilaianku akan dia berdasarkan kenyataan yang semua orang lihat. Akhirnya General Manager menyetujui untuk memanggil dia untuk disidang dan memberikan penjelasan. Namun dia tidak berani masuk ke kantor kembali dan ternyata sudah bekerja di tempat lain yang masih berdekatan.

Hal ini menunjukkan bahwa dia memang orang yang bermasalah dan tidak mau bertanggungjawab karena tidak ada pembicaraan sebelumnya. Hingga akhirnya dia dinyatakan sudah tidak diakui sebagai karyawan lagi di kantor. Dia pergi tanpa jejak dan uang aku dari perusahaan yang menjadi hak aku juga masih belum dia kembalikan. Tapi aku lega karena masih dipertahankan bekerja di sana meskipun kinerjaku tidak memenuhi target. Dan terbukti aku tidak bersekongkol dengan dia.

Tak berapa lama ada pengganti dia yang tidak jauh berbeda ajaibnya dengan dia, seorang wanita muda. Entahlah mengapa aku mendapatkan atasan yang membuatku ekstra sabar dan tahan diri kembali. Di hari pertama aku bertemu dengannya, dia sudah memberiku peringatan yang membuatku merasa tercengang. Rekanku memberitahu bahwa atasan baru itu sempat bertemu dengan mantan atasan kami yang menghilang dan mungkin sudah mengatakan yang tidak benar tentang aku dan menudingku sebagai seorang pengadu. Selama beberapa minggu terlihat dia sangat bossy dan tidak ramah. Namun pada akhirnya dia mengundurkan diri dengan alasan yang tidak kami ketahui.

Selang dua atau tiga bulan setelah itu aku menerima kabar bahwa mantan atasanku yang pertama melakukan suatu hal yang tidak baik di tempat kerja dia yang baru. Foto dia disebar di grup dan dikirim kepada orang-orang terkait serta ke semua perusahaan yang memiliki bidang industri yang sejenis. Intinya dia menjadi orang yang dicari oleh perusahaan itu dan meminta setiap orang untuk berhati-hati pada dia. Aku sempat kaget namun tidak heran hal itu akan terjadi. Sepertinya Tuhan sudah memberi hukuman atas perbuatan dia.

Sebelum terungkapnya peristiwa skandal mantan atasanku yang pertama di tempat lain, aku sudah mendapatkan atasan baru lagi, artinya dalam rentang waktu kurang dari 4 bulan aku sudah berganti 3 atasan. Dan lagi-lagi seorang wanita muda.

Awalnya dia manis namun ternyata lagi-lagi bermuka dua. Citra pakaian yang dia pakai dan kelembutan dia tidak menjamin kebaikan hatinya. Dia ternyata tidak jauh berbeda dari atasanku yang pertama dan kedua bahkan dia mengganti jabatanku. Dia sering menghilang dari kantor dan memberiku tugas dobel dan aku bertanggungjawab melebihi jabatanku.

Dia sering berpamitan untuk meeting di luar kantor sejak pagi dan baru pulang saat jam kantor selesai atau bahkan tidak kembali ke kantor lagi di hari itu. Dan pada akhirnya aku mengetahui kesibukan dia di jam kerja tidak berkaitan dengan pekerjaan. Suatu hari mendadak dia tidak masuk dengan alasan sakit perut saat ada acara yang seharusnya dia stand by di kantor.

Dia memintaku untuk mengurusnya bersama pegawai lain. Jujur aku tidak paham sepenuhnya apa yang harus dilakukan karena dia tidak berkoordinasi terlebih dahulu dengan aku sebelum hari H sehingga terjadi sedikit kesalahpahaman dengan klien namun bisa teratasi dengan baik dengan segera, tapi dipastikan dia menyalahkan aku sepenuhnya dan memberi penilaian ke manajemen bahwa aku tidak mampu menjalankan tugas dengan benar. 

Peristiwa itu bukan saja satu-satunya dia mencuci tangan, ada kasus lain di mana dia seharusnya ikut bertanggunjawab karena sudah menandatangi apa yang sudah aku susun berdasarkan data yang ada. Dia seharusnya melakukan cross check bukan hanya sekedar menandatangi data yang sudah aku buat, tapi dia berkewajiban mengawasi pekerjaanku. Tidak hanya itu saja tapi aku diminta untuk mengurusnya dan bertanggungjawab yang seharusnya bukan tugas aku sepenuhnya karena aku sudah berganti jabatan.

Sejak saat itu dia selalu terlihat ogah-ogahan untuk menandatangi berkas yang sudah aku tulis, bagus juga sebenarnya agar dia lebih fokus dan memperhatikan apa yang seharusnya dia kerjakan  dan aku menjadi super teliti agar tidak menjadi bumerang jika terjadi kesalahan kembali. Karena atasanku bukanlah tipe orang yang mencari solusi terbaik tapi tipe orang yang suka menjatuhkan meskipun masih satu tim, dimana dia harusnya sadar dan paham bahwa reputasi kepemimpinan dia bisa dilihat dari hasil kerja anggota timnya.

Hal tidak mengenakkan lainnya yang aku ingat adalah saat dia kembali lagi menyalahkan aku dan pegawai lainnya hingga kami harus mengganti rugi secara materi akibat ketidakjelasan dia dan minimnya pengawasan dan buruknya cara dia berkoordinasi dengan kami.

Aku segera membuat Surat Berita Acara Kejadian Perkara yang aku susun bersama dua pegawai yang menurutnya juga ikut melakukan kesalahan itu. Namun dia tidak mau menandatangani surat itu karena tertera keterlibatan dia, dia ingin namanya bersih padahal justru sumber awal permasalahannya adalah dari dia. Akhirnya aku menyusun kembali tanpa ada nama atasanku itu.

Aku menilai dirinya adalah tipikal orang yang tidak mau terlihat tercela dan selalu lari dari masalah yang ada serta menjatuhkan orang sebagai tameng bahkan tidak segan memarahi pegawai divisi lain yang bukan bawahan langsung dia saat ada klien berada di ruangan yang sama. Sungguh sangat tidak sopan dan arogan. Aku pernah dengan tegas menolak untuk mengantarkan sepatu dia yang tertinggal di ruangan agar diantar ke parkiran. Saat sopir kantor meneleponku untuk menyuruhku atas perintah dia, aku bilang bahwa aku bukan asisten dia, dia bisa mengambilnya sendiri. Dan akhirnya sang sopir kantor yang mengambilnya ke ruangan kami.

Entah apa yang dikatakan oleh atasanku pada General Manager hingga beliau menjadi sinis terhadap aku yang dulunya sangat ramah padaku. Akhirnya aku keluar dari kantor itu, dan atasanku itu memberiku kesan bahwa dia sangat sedih, padahal aku yakin hal itu akibat dari ulah dia juga. Namun aku tidak merasa sedih ataupun kehilangan, justru aku merasa lega dan bebas dari lingkungan kerja yang tidak sehat.

Pertanyaan dilematis selama bekerja di sana terjawab sudah. Bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk pergi tidak peduli secinta apa aku pada pekerjaaanku. Bagiku itu adalah suatu cerita menarik dalam hidup aku meskipun terasa sedikit pahit tapi aku mendapatkan pengalaman berharga dan teman-teman baru yang sangat tulus memberiku kekuatan untuk bertahan.

Selama tujuh bulan bekerja di kantor itu aku memperoleh banyak pelajaran tentang karakter orang lain dan arti ketegasan pada diri sendiri. Sebenarnya aku sudah tidak mau mengingatnya karena hidup aku terus berjalan menjadi lebih tenang dan aku sudah mendapatkan kenyamanan bekerja di tempat baru. Namun suatu hari tanpa aku duga mantan atasanku yang terakhir itu menghubungiku kembali setelah lima tahun sejak aku keluar dari kantor lama. Dia meminta maaf jika ada hal yang tidak mengenakkan akibat perbuatan dia waktu itu di masa kami bekerja di kantor yang sama. Sejujurnya aku sudah melupakannya, karena aku tidak mau menyimpan, mengingat dan membangkitkan kembali memori yang tidak mengenakkan di masa lalu. Karena kehidupanku yang sekarang sangat tenang.

Aku bersyukur sudah menjalani dan melewatinya dengan baik meskipun penuh drama yang tidak aku buat. Hal yang membuatku puas adalah saat aku bertemu kembali dengan mantan General Manager secara tak sengaja di tempat kerjaku yang baru. Dia seperti tidak percaya bahwa aku bisa bekerja di tempat yang jauh berkali lipat lebih bagus dari kantornya.

Aku merasa menang dan bangga menunjukkan itu karena dia sempat terpengaruh ikut meremehkanku akibat ulah atasanku yang terakhir hingga sikapnya berubah padaku. Seharusnya aku berterima kasih pada mereka karena telah membuatku keluar dari kantor itu dan pindah ke perusahaan sejenis yang jauh lebih baik.

Aku mungkin tidak akan berada di tempat baru jika tidak pernah bekerja di kantor yang lama sebagai tempat aku belajar dan mungkin menjadi pertimbangan aku diterima di tempat yang baru. Aku bersyukur telah keluar dari kantor lama karena aku sadar bahwa masih banyak kesempatan terbuka lebar jika ingin berkembang dan dihargai yaitu memilih tempat yang tepat dimana kita diterima dengan baik, diperlakukan secara adil agar bisa mencapai tujuan bersama. Aku senang karena akhirnya bisa menjalani pekerjaan yang aku sukai bersama orang-orang yang tepat serta berjuang untuk maju bersama tanpa saling menjatuhkan. 

Bersikap tegas dan jangan mau ditindas oleh orang lain selama kita benar adalah suatu keharusan. Orang akan memperlakukan kita dengan baik jika kita memperlakukan diri kita dengan baik. Jangan pernah ragu dan jangan takut untuk melawan pada seseorang yang bersikap tidak baik dan tidak adil pada kita agar kita tidak diremehkan oleh orang lain.

Menjadi seorang Lady Boss adalah sebuah pilihan dan pencapaian. Tidak harus berupa materi yang berlimpah atau jabatan mentereng. Tapi bisa juga suatu keadaan di mana kita mampu untuk bertahan di masa sulit, mampu mengendalikan diri, berani untuk memperjuangkan hak dan berusaha untuk bangkit menjadi pribadi yang lebih baik dengan penuh semangat. Kita harus berusaha menikmati proses dan menghargai setiap progres. Karena setiap wanita adalah seorang Lady Boss dengan pencapaian positif versi dirinya sendirinya.

#ChangeMaker