Berhenti Bekerja setelah Menikah Bukanlah Pilihan yang Perlu Disesali

Endah Wijayanti diperbarui 13 Nov 2020, 15:06 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh:  Nitis Sahpeni

Semua pilihan mempunyai risiko yang harus dinikmati oleh seseorang. Baik itu risiko yang buruk atau baik yang datang. Terlebih lagi bagi seorang perempuan yang mempunyai pekerjaan bagus, karier yang meningkat dan jaringan yang mulai tertata. Namun, memutuskan untuk resign dan memilih tinggal di rumah saja, menjadi istri dan ibu bagi keluarga adalah sebuah langkah berani.

Itulah yang kualami. Aku, Nitis Sahpeni, mantan jurnalis harian lokal di Bojonegoro. Sebelum menikah pada tahun 2011 memutuskan untuk resign dari profesi yang sudah dua tahun aku jalani sebagai seorang jurnalis. Sebuah profesi yang sangat aku impikan sejak masa sekolah.

Keputusan untuk keluar dari pekerjaan ini bukan karena paksaan dari siapa pun, tetapi, keinginan diri sendiri. Aku sudah berjanji untuk mengurus rumah tangga dan keluarga dengan tangan sendiri. Apalagi, jika ada amanah anak dari Tuhan.

Selama sembilan tahun lamanya, aku hanya beraktivitas di rumah saja. Bukan perkara mudah mengambil risiko untuk resign. Karena, aku sudah terbiasa membuat berita, mewawancara narasumber, bertemu dengan berbagai kalangan, dan mendatangi tempat baru.

Pada awal menikah dengan suami, kadang muncul kebosanan, tetapi, aku bersyukur masih menikmati semuanya. Apalagi, seorang anak perempuan telah hadir di tahun pertama pernikahan. Lalu, anak kedua lahir pada tahun 2018. Lengkap sudah kebahagiaan menjadi seorang ibu dan istri.

Kehadiran dua buah hati dalam pernikahan kami, terasa melengkapi kebahagiaan sebagai orangtua. Apa bukan tanpa masalah? Tentu saja ada masalah, tetapi, semua dapat dilewati karena adanya cinta dan kepercayaan. Aku pun menikmati peran sebagai ibu dan tidak mempermasalahkan berkurangnya aktivitas di ranah publik.

 

2 dari 2 halaman

Kembali Menulis

Ilustrasi./Credit: pexels.com/Ylanite

Entah sebab apa, awal tahun 2020, aku kembali menekuni dunia menulis. Ya, pada tahun yang penuh gejolak karena ada pandemi virus Covid-19 ini.  Setelah mencoba mengirim karya dalam sebuah antologi di komunitas menulis, ada keinginan yang begitu kuat untuk kembali menulis.

Selain itu, semua adalah jalan Tuhan. Sehingga keinginan kuat itu dapat terwujud. Rida dari suami dan anak-anak telah memberi kekuatan penuh untuk menulis. Mungkin inilah jalannya, meskipun hanya di rumah saja masih bisa berkarya dan produktif.

Usai vakum panjang dalam dunia menulis, membuatku sedikit kikuk. Kuputuskan untuk mengikuti berbagai kelas kepenulisan. Satu tujuannya menambah ilmu dan mengasah jemari agar terlatih merangkai kata. Ternyata tidak mudah. Amburadul dimana-mana. Namun, saya bahagia. Gairah jiwa seolah menyala lagi. Tidak berhenti belajar untuk karya lebih baik dari sebelumnya.

Kelas menulis banyak yang kuikuti, mulai kelas nulis di nol, cerita anak, desain sampul. Kelas cerpen, puisi, novel. Entah berapa kelas yang telah kuikuti setiap bulannya. Meski usia tak lagi muda. I’m happy.

Bergabung dengan komunitas menulis juga kulakukan, termasuk menambah teman sejiwa dan sefrekuensi di media sosial. Agar tujuan dan misi menambah ilmu menulis tercapai.

Aku juga mengikuti berbagai acara nulis bareng, audisi, dan lomba. Bersyukur, alhamdulillah. Saat ini sudah ada belasan buku antologi yang kumiliki. Selain itu, satu buku solo kumpulan puisi juga telah dibukukan. Sungguh kebahagiaan dan keberkahan di tahun 2020.

Dengan pencapaian ini, aku bertekad tidak akan berhenti berkarya. Menyaksikan tumbuh kembang anak-anak. Karena aku cinta menulis dan keluarga. Bahagia dengan pilihan ini dan menjadi lebih percaya diri. Hingga Tuhan yang meminta untuk berhenti.

#ChangeMaker