Pernah Berada di Titik Terendah sebagai Ibu Tunggal, Aku Bangkit dengan Bisnis Pakaian

Endah Wijayanti diperbarui 13 Nov 2020, 10:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh: Bunga Monintja

Hidup terkadang tak selalu sesuai dengan harapan. Ada takdir Allah yang menentukan jalan kita di depan. Seperti pula hidupku yang harus kehilangan suami karena penyakit gagal ginjal di saat aku tengah hamil anak kedua. Betapa dunia serasa berhenti berputar saat itu. Harus menjalani hidup sebagai single parent dengan dua orang anak yang masih membutuhkan biaya besar, dengan kehidupan ekonomi yang tak mencukupi.

Terseok-seok Mencari Gantungan Hidup

Kehidupan rumah tanggaku memang terbilang sederhana. Almarhum suami yang bekerja sebagai karyawan swasta hanya bisa memenuhi kehidupan sehari-hari. Anak sulung yang masih kelas 5 sekolah dasar, harus ikut mengalami dampak dari kepergian ayahnya yang sudah kurang lebih dua tahun sakit-sakitan.

Sebagai orang tua tunggal, dengan status ibu tumah tangga biasa yang hanya bisa mengelola keuangan yang diberikan suami, tentu sangat sulit harus berjuang sendiri untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup kami bertiga. Meskipun aku pernah menerima jahitan di rumah saat awal-awal pernikahan, tapi tak menjadikan hal itu sebagai mata pencaharian. Ditambah mesin jahit yang sudah usang, membuatku meninggalkan kebiasaan itu.

Selepas anak kedua lahir, aku memutuskan untuk melamar pekerjaan di beberapa perusahaan. Dengan usia yang sudah memasuki kepala tiga, hanya lulusan SMA dan tak terbiasa bekerja, membuatku kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Sementara pesangon tak seberapa yang diberikan kantor almarhum suamiku semakin menipis dipakai keperluan sehari-hari.

Aku tak bisa hanya mengandalkan melamar pekerjaan yang entah sampai kapan akan bermuara. Terseok-seok mencari gantungan untuk tetap bisa bertahan hidup membuatku sempat merasa lelah. Ditunjang dengan ketidakpedulian saudara-saudara, membuatku makin tak berdaya dan ingin menyerah.

2 dari 4 halaman

Bangkit dari Keterpurukan demi Anak-anak

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Makistock

Rasa yang sempat berada di titik terendah untuk pasrah dan menyerah dalam hidup memang pernah aku alami. Saat itu, anak perempuan sulungku yang masih berusia 9 tahun, telah menyadarkanku tentang artinya diriku bagi anak-anak. Kata-katanya yang tak pernah kulupa, membuatku bisa bangkit dari keterpurukan yang menguasai hati.

"Ibu harus kuat, Kaka dan Ade sangat membutuhkan Ibu."

Kata-kata itu seakan menjadi cambuk terbesar untukku bisa bangkit, dan kembali berjuang mencari nafkah bagi anak-anak. Meski harus tertatih-tatih berusaha dengan berjualan barang-barang online, dan hanya beberapa orang yang merespon, itu pun kebanyakan tak jadi membeli barang jualanku, tapi tak menjadikanku patah semangat.

Aku justru tercambuk untuk mencari cara menjual produk yang diminati pasar saat itu. Fashion. Aku pun lebih fokus berjualan pakaian muslimah yang tengah digandrungi ibu-ibu muda. Aku mencoba berjualan dengan menjadi reseller sebuah toko pakaian yang cukup ternama. Daganganku pun laris manis. Kehidupanku dan anak-anak pun mulai bisa terpenuhi dengan baik.

Menjadi reseller memang cukup menjanjikan secara finansial, tapi seorang teman yang menyarankan untuk membuat desain pakaian sendiri lalu menjualnya dengan merek dagang yang diciptakan sendiri, membuatku mulai berpikir untuk ke arah sana.

3 dari 4 halaman

Menemukan Passion-ku dalam Bidang Fashion

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/jetseiryujin

Dengan bantuan teman yang sudah memiliki konfeksi sendiri, aku pun mulai merambah ke dunia tersebut. Bermodalkan dari hasil penjualan dari usaha menjadi reseller, aku pun mulai merintis usaha kecil-kecilan dengan mesin jahit seadanya, dan hanya mempekerjakan satu orang untuk membantu bisnis rumahan yang kukelola dari rumah.

Seiring waktu, usahaku mulai menemukan titik terang. Para konsumen yang menyukai hasil rancangan dan jahitanku, mulai berdatangan dan berlangganan. Bahkan ada beberapa dari luar pulau sengaja memesan dalam partai besar untuk dijual kembali. Aku makin bersemangat untuk menambah karyawan dan peralatan.

Semakin bertambahnya pesanan pakaian, aku mulai membuka konveksi di sebuah ruko yang lebih leluasa dalam menunjang kinerja bisnis yang mulai kirintis dengan serius. Allah Maha Baik. Setelah sekian lama aku mencari sandaran hidup untuk memenuhi kebutuhanku dan anak-anak, akhirnya aku bisa menemukan bidang yang tengah kujalani sekarang.

Media sosial yang kian memudahkanku dalam memperluas bisnis, membuat usaha konveksiku makin maju pesat seiring permintaan konsumen. Aku pun rajin menggali ilmu tentang bisnis dan perkembangan fashion terkini. Sehingga minat konsumen yang berubah seiring waktu, tak membuat mereka bosan dan lari ke tempat lain.

Usahku tak sia-sia. Konveksi yang kubangun di ruko sewaaan, kini dikelola di ruko yang lebih luas dan strategis. Di depan roko, terdapat toko yang memajang beberapa hasil konveksi. Tidak hanya pakaian muslimah saja, beberapa baju koko dan pakaian muslim anak pun tersedia di sana.

 

4 dari 4 halaman

Menjalani Ujian dengan Ikhlas, Bisa Mengantarkan Pada Sebuah Impian

Ilustrasi/copyrightshutterstock/AnemStyle

Tekanan ekonomi ternyata bisa membuatku bangkit dari keterpurukan yang sempat melanda. Ditambah kehadiran anak-anak yang menjadi pemicu utama semangatku untuk mulai meniti anak tangga agar bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan layak. Terbukti dengan kegigihan dan kerja keras, aku menemukan passion-ku di bidang fashion yang mengantarkan pada bisnis yang membuatku bersinar.

Keikhlasan dalam mengarungi setiap ujian yang masih dimampukan Allah, membuatku terus belajar memaknai artinya kehidupan. Meski dalam kesendirian dan harus membesarkan anak-anak tanpa adanya sosok suami, ternyata bisa kulakukan dengan kunci sabar dan ikhlas. Tentunya tak patah semangat untuk tetap berusaha melakukan yang terbaik.

Terkadang, hidup memang harus diuji dengan berbagai kepahitan, sampai kita bisa kembali semangat berjuang menapaki setiap fase untuk berjalan ke arah yang lebih baik. Walaupun menjadi single parent, dan pernah berada di titik terendah untuk berhenti dan pergi dari ujian yang melelahkan, tapi akhirnya Allah memberikan jalan melalui anak sulung yang menyadarkanku tentang betapa berartinya aku bagi hidup mereka.

Keterpurukan dan kepahitan memang mampu menjadi pelajaran berharga untuk menapaki hidup yang lebih baik dan bersinar, karena hidup yang kita jalani tergantung dari apa yang kita lakukan. Janganlah menyerah jika belum berhasil menggapai impian, karena kita tidak gagal menemukan harapan, hanya saja masih tertunda dan tengah menemukan jalannya untuk bertemu. Tetap berusaha, berkorban dan berjuang untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Selalu libatkan Allah dalam segala hal, karena dalam setiap mimpi yang kita punya, Dia tak pernah membiarkan kita sendirian.

Menjadi super lady boss di rumah, hanya kita sendiri yang bisa menentukan. Seperti apa pun jalan takdir itu, kita bisa menjadi lady boss sesuai dengan passion masing-masing.

 

#ChangeMaker