Dari Dokter Gigi Beralih jadi Pengusaha Kafe di Tengah Pandemi, Harapan Baru Itu Ada

Endah Wijayanti diperbarui 12 Nov 2020, 11:25 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh:  Siska Amelia

Masa pandemi tidak hanya memberikan dampak pada kesehatan tapi juga berdampak secara tidak langsung pada menurunnya perekonomian masyarakat, tak terkecuali padaku. Di hari-hari normal, aku biasa berpraktik mandiri di sebuah kota kecil di Sumatera.  Jumlah pasienku dalam sehari terhitung cukup ramai. Namun, ketika angka kejadian COVID-19 di tanah air mulai melonjak tajam termasuk di daerahku, dengan terpaksa aku menutup sementara tempat praktikku yang menjadi satu-satunya sumber penghasilanku. Dokter gigi adalah salah satu profesi yang sangat rawan tertular virus ini. Aku tidak bisa mengambil risiko, apalagi aku memiliki dua anak balita di rumah yang juga rentan tertular virus.

Tak jauh berbeda dengan kondisiku, adikku yang baru saja menjadi sarjana di tahun ini juga mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Mencari pekerjaan bagi sarjana baru yang belum memiliki pengalaman apa pun di masa sebelum pandemi saja sudah susah apalagi di saat ini dimana banyak perusahaan mengalami guncangan dan terpaksa harus mem-PHK massal karyawannya. Tak terhitung sudah berapa lembar lamaran yang dikirimkannya ke berbagai perusahaan, tapi tak satu pun panggilan pekerjaan datang. Untuk beberapa waktu aku dan adikku dipaksa pasrah pada keadaan.

Pemberitaan yang marak tentang pandemi dan ancaman krisis ekonomi di negara kita sedikit banyak menimbulkan kekhawatiran kami. Kami sadar sekarang bukan saatnya duduk bingung di rumah tanpa pekerjaan yang menghasilkan dan menunggu keajaiban datang. Seharusnya saat ini, kami bisa berpikir kreatif dan mencari peluang untuk menambah penghasilan sendiri walaupun di tengah situasi yang sulit. Jika tidak ada yang memberi pekerjaan, berarti kami yang harus menciptakan pekerjaan.

Secara kebetulan, adikku mendapat penawaran menjadi mitra kerja dari seorang teman yang ingin mengembangkan franchise minuman kemasan di kota kami. Di daerah asalnya, minuman ini memiliki cukup banyak penggemar. Akhirnya kami mengambil penawaran tersebut.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Membuka Kafe

Membuka kafe./Copyright Siska Amelia

Dengan memanfaatkan halaman parkiran ruko tempat praktikku yang lumayan luas, kami memutuskan untuk membuka café dengan konsep ruangan terbuka. Adikku akan fokus pada menu minuman dan aku makanan. Sebenarnya sejak dulu aku memang memiliki impian memiliki usaha toko kue karena hobi memasakku. Banyak yang bilang hasil masakanku enak. Namun kesibukanku mengurus keluarga dan praktik setiap hari membuatku belum bisa mewujudkannya. Sementara adikku, sejak kecil selalu bercita-cita menjadi seorang entrepreneur yang sukses di usia muda. Maka sekarang mungkin adalah saat yang tepat bagi kami mewujudkan impian masing-masing. Kesempatan tidak datang dua kali bukan?

Minggu-minggu awal pembukaan café masih sangat sepi. Dalam sehari pembelinya hanya hitungan jari, bahkan pernah kami buka sampai hampir tengah malam tapi tidak ada pembeli yang datang. Hal ini sempat membuatku dan adikku merasa goyah.

Teringat kembali perkataan orang-orang yang meragukan keputusan kami untuk membuka café justru di masa pandemi, di mana banyak café dan restoran lainnya yang gulung tikar. Tapi kemudian kami sadar jika masih terlalu cepat untuk menyerah. Pengorbanan untuk membuka usaha ini tidak sedikit. Dari persiapan fasilitas tempat yang memakan waktu hampir satu bulan, fokus pemikiran dan tenaga, juga jangan ditanya banyaknya modal yang dikucurkan. Kami sampai harus menguras tabungan masing-masing dan menyisakan seperlunya untuk kebutuhan sehari-hari.

Untuk itu, jika tidak mau gagal dan kehilangan semuanya, kami harus segera bangkit. Strategi baru pun diterapkan. Mulai dari melakukan promo rutin di media sosial, menghadirkan menu-menu baru  yang sedang viral di masyarakat, hingga berupaya menciptakan suasana café yang  instagramable. Kami juga bersemangat mengikuti lomba yang diadakan pemerintah kota setempat untuk café/restoran dengan penerapan protokol kesehatan paling baik. Alhamdulillah café kami meraih juara ketiga. Video profil café pemenang kemudian ditampilkan di videotron pusat kota sebagai percontohan, tentu saja ini menjadi media promosi yang baik untuk kami.

Memasuki bulan berikutnya kerja keras kami mulai menampakkan hasil. Jualan mulai laris manis, sesekali kami tutup lebih awal karena stok sudah terjual habis. Tak terasa, saat ini sudah 6 bulan usaha café kecil-kecilan kami berjalan. Alhamdulillah pembelinya semakin ramai sehingga kami bisa mempekerjakan 3 orang karyawan untuk membantu. Ini juga adalah salah satu tujuan kami ketika membuka café. Selain bisa berkarya yang mendatangkan penghasilan sendiri juga untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar.

Masa pandemi adalah masa yang sulit bagi setiap orang. Tetapi bukan berarti kita harus menyerah kalah pada keadaan. Tidak ada yang tidak mungkin! Asalkan kita berani mencoba, tidak mudah menyerah dalam berusaha, dan memperbanyak doa. Ini kisah sukses kami membangun usaha baru dan menjadi seorang Lady Boss di masa pandemi. Jika kami bisa, maka yakinlah kamu juga bisa! 

 

#ChangeMaker