Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.
***
Oleh: Fuatuttaqwiyah
Ketika ditanya mahar oleh calon suami sebelum akad nikah, aku menjawab laptop. Kala itu memang laptopku sudah berusia tua dan sudah saatnya ganti dengan yang baru. Apalagi untuk memindahkan data membutuhkan waktu yang lama. Terkadang hal ini membuatku lelah menanti. Ternyata permintaanku dipenuhi oleh calon suami. Pas hari pernikahan, laptop itu menjadi mahar pernikahan dan mengubah hidupku di kemudian hari.
Modal Laptop
Punya laptop baru, tentu tidak mau kusia-siakan. Aku ingin laptop ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar. Entah buku atau karya lainnya. Intinya aku ingin mahar pernikahan ini berguna bukan hanya sebagai pajangan saja. Minimal beberapa bukuku menjadi best seller.
Karier menulis
Menulis awalnya hanya hobi. Aku belum pernah ingin pindah dari hobi menjadi bisnis. Namun, satu peristiwa besar mengubah semuanya. Aku tiba-tiba dipecat dari pekerjaan yang telah lama menjadi passion-ku. Mau tidak mau aku harus tetap bekerja meski dengan daya yang terbatas.
Terbentur dengan usia yang tidak lagi muda, kupilih menulis menjadi cara untuk bertahan hidup. Memang tidak mudah mengandalkan hidup dari menulis. Berulang kali aku jatuh bangun agar tetap bertahan hidup. Apalagi ada banyak kebutuhan harian yang tidak bisa menunggu.
What's On Fimela
powered by
Pindah ke Desa
Usai menikah aku masih meneruskan karier sebagai penulis dan pengajar di salah satu sekolah swasta. Di saat aku lagi senang mengajar dan menulis, suami memintaku resign. Terbayang bagaimana kami harus mencukupi kebutuhan di desa yang tentu berbeda dari di kota. Aku belum pernah tinggal di desa untuk waktu yang lama. Selama ini kalau ke desa hanya tinggal beberapa hari atau liburan.
Menulis Lagi
Berbekal laptop, aku pun mulai menulis lagi. Kali ini aku pilih menulis yang ringan-ringan saja. Alasanku karena referensi yang terbatas. Di desa, akses ke sumber buku lumayan jauh. Andalanku tetap internet dan jurnal yang bisa dibuka secara online dengan keterbatasan sinyal yang suka datang dan pergi begitu saja.
Dari menulis aku dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga kecilku. Sejak menjadi penulis, otomatis aku menjadi bos di rumah. Semua kukerjakan sendiri. Mulai dari mencari klien, mengerjakan proyek, hingga mengirim naskah. Sejauh ini semua bisa kulakukan dengan baik. Memang tidak semua berjalan mulus. Ada kalanya pesanan tulisan harus mengalami revisi.
Menjadi bos di rumah membuatku harus mengatur ulang waktu. Kuperlakukan diri seperti halnya saat bekerja di kantor dulu. Pukul 08.00 WIB kumulai aktivitas menulis. Waktu Zuhur kugunakan untuk istirahat. Lalu, lanjut menulis lagi setelah makan siang. Sebisa mungkin aku tidak menggarap naskah di malam hari, kecuali mendekati deadline.
Kujalani karier sebagai penulis dengan senang hati. Perlahan orang-orang sekitarku mulai menerima profesiku. Di desa pun aku masih bisa menghasilkan uang dan menjadi bos dalam skala kecil. Rasanya bahagia banget bisa bekerja secara bebas tanpa tergantung sama orang lain.
#ChangeMaker