Fimela.com, Jakarta Mona Ratuliu memiliki anak perempuan remaja yang pernah mendapatkan perundungan di media sosial. Sebagai orangtua, ia berkewajiban untuk memulihkan perasaan anak dan mencari cara untuk menanganinya.
Sebab, ia sadar betul jika tidak diselesaikan akan mempengaruhi kesehatan mental anaknya. Padahal kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik yang harus dijaga.
"Anakku pernah di-bully karena warna kulitnya enggak sama dengan mamanya. Aku pun menyarankan ia untuk detoks beberapa hari dari media sosial dan terus berkomunikasi untuk monitoring perkembangannya," ujar Mona Ratuliu dalam acara kampanye virtual Real Talk Instagram belum lama ini.
Menurutnya, saran untuk puasa social media tidak serta merta langsung dijalani putrinya. Butuh waktu bagi si anak untuk mencerna mengapa dibutuhkan detoks dari media sosial untuk menetralisir racun-racun seperti aksi bullying.
"Tentu dia butuh waktu berhari-hari untuk memahami, sampai akhirnya mau untuk berhenti sejenak main socmed. Nah, saat mereka memutuskan untuk detoks, kita juga harus terus mendampingi, kalau sekarang lagi banyak aktivitas di rumah aja, biasanya kami suka masak," lanjut Mona.
Cara Pancing Anak Curhat
Untuk langkah memonitor anak, Mona pun sering kepo akun media sosial anaknya. Selain mengikuti akun mereka, ia juga pasti membaca semua komentar dalam setiap postingan untuk mem-filter mana yang dianggap sudah mengganggu.
Jika anak belum ingin membicarakannya, Mona pun biasanya memancing agar mereka terbuka. Yaitu dengan memulai lebih dulu obrolan atau curhat.
"Kadang untuk memancing anak berbicara, kita harus banyak akal. Misalnya aku yang mulai dulu untuk curhat, nah, setelahnya biasanya mereka juga ikutan cerita, 'muntahlah' semuanya dan itu strategi komunikasi yang baik dilakukan," tutupnya.
Simak video berikut ini
#ChangeMaker