Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.
***
Oleh: Edrida Pulungan
Perjalanan menemukan karier sesuai panggilan jiwa bukanlah perjalanan yang mudah bagiku sebagai sosok yang menyukai banyak hal untuk dicoba. Saya sampai kuliah rangkap hingga raih dua gelar kesarjanaan dan dua master dan proses menyelesaikan S3 dengan penuh perjuangan untuk menemukan jati diri serta kontribusi saya dalam kehidupan.
Dari dulu bercita-cita kuliah ke luar negeri untuk menambah khazanah budaya serta perspektif global namun setelah berjuang mati-matian saya malah harus merelakan melepaskan beasiswa studi ke Amerika karena lulus tes ASN di Setjen DPD RI. Rasanya berat sekali melepasnya mengingat beasiswa fulbright beasiswa bergengsi juga. Namun, akhirnya saya jalani bekerja dengan baik dengan dinamika politik kantor yang ada.
Saya tetap bekerja, berkarya, dan membuat inovasi sebagai rasa syukur dan konsekuensi saya memilih karier di bidang pemerintahan dan lembaga negara tempat berkantor anggota dewan. Saya jalani mulai dari tim penulis naskah pidato ketua dewan, analis aspirasi masyarakat, humas hingga amanah sebagai staf pelayan teknis anggota dewan
Saya juga berinisoaif membuat wadah diskusi zoom local heroes network di masa pandemi yang mengundang pembicara anggota DPD RI, masyarakat sipil, akademisi, komunitas dan media untuk berdiskusi membahas bersama permasalahan bangsa dan isu kedaerahan yang banyak mendapat respons karena menghubungkan para anggota dewan dengan masyarakat.
Di samping itu saya menulis artikel dan kajian di kantor serta mengikuti seleksi short course ke luar negeri dan alhamdulillah sering lolos. Tapi banyak cobaan yang saya terima selama hampir 10 tahun bekerja, hanya keikhlasan optimismelah yang membuat saya bertahan.
What's On Fimela
powered by
Keberhasilan-Keberhasilan dalam Hidup
Kenangan terindah saat empat tahun saya bekerja di bagian pusat data dan informasi, saya berhasil mendampingi tim anghota dewan dalam rapat konsultasi dengan Presiden RI. Padahal saat itu saya masih birokrat muda. Pimpinan malah meminta saya merevisi bahan konsultasi dan awalnya saya tidak ikut hingga turut dalam rombongan karena rekomendasi anggota dewan perempuan yang sering melihat saya mengonsep pidato dan pernah membaca buku puisi saya. Saya juga mencoba gagasan pengembangan model ekonomi kreatif di daerah sesuai potensi andalannya yang manfaatnya terasa bagi masyarakat
Pada tanggal 20 Oktober 2020, saya menerima informasi dari teman sejawat bahwa saya lolos, 30 besar anugerah future leader dan tanggal 1 november saya dapat info lolos 10 besar rasanya mau menangis. Akhirnya semua dedikasi saya mendapat apresiasi dari Kementerian Aparatur Sipil.
Saya memang suka juga menulis terkait SDM unggul, reformasi birokrasi, genetic spirit serta beberapa penelitian terkait ekonomi kreatif daerah dll di buletin majalah kantor, media nasional dan lain-lain. Saya berpikir lagi soal jabatan struktural yang diperebutkan dengan cara tak elok. Saya merasa sudah selsai dari semua itu dan menjadi bos untuk diri sendiri dengan menggali gagasan, ide, dan kreativitas yang saya bisa lakukan setiap hari. syukur-syukur mengangkat nama lembaga.Itu semua akan jadi warisan saya jika kelak ditakdirkan tugas di bumi Indonesia atau luar negeri demi kepentingan bangsa.
Jadi meski mengawali karier dengan pengorbanan, menjalaninya dengan penuh banyak tantangan serta intrik saya akan menutup dedikasi saya selama sepuluh tahun (sedasawarsa) dengan indah. Karena konsep kolaborasilah yang dibutuhkan sekarang ini bukan kompetisi dengan politik kantor yang kejam. Tapi generasi adighana (generasi unggul dari kelompoknya) memang tidak ditakdirkan hidup dengan cara cara biasa. Dia harus merasakan semua hingga dia bisa jadi pemimpin bagi dirinya serta komunitas atau lembaga tempat dia bernaung.
Saya ingat nasihat alm. bapak saya, "Ananda hari ini menentukan hari esok." Benar sekali jadi tiada yang sia-sia atas apapun yang kita jalani masa lalu. Bahkan saya sempat menulis buku non fiksi saat masa pandemi teringat kondisi bagaimana kompetisi di kampus swasta dalam mengembangkan SDM agar lebih adil memperlakukan staf pengajar yang sudah bekerja lima tahun. Saat pandemi saya juga menulis dengan penulis lainnya juga 10 buku antologi lainnya. Akhirnya kesimpulan saya adalah proses menuju pemimpin adalah proses menguatkan akar.
#ChangeMaker