Suami Terkena PHK, Aku Membuka Usaha Kuliner dengan Modal Rp100 Ribu

Endah Wijayanti diperbarui 02 Nov 2020, 11:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh: Pipit Hardaningsih

Perkenalkan namaku Pipit. Dahulu aku bekerja di salah satu perusahaan ekspor hasil laut. Hampir 15 tahun aku bekerja, yaitu sejak tamat kuliah sampai si kecillu berusia 5 tahun.

Dahulu saat bekerja memang terbesit dalam hati untuk tak berlama-lama menjadi seorang pekerja. Aku ingin menjadi ibu seutuhnya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk resign. Suamiku juga bekerja di salah satu perusahaan jasa keuangan.

Tadinya aku pikir, aku di rumah dan ia saja yang bekerja. Semuanya baik-baik saja, tapi selang 2 tahun aku berhenti tepatnya saat si kecilku berusia 7 tahun, suamiku terkena PHK massal di kantornya. Jujur, aku bingung. Walaupun suami meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja.

Semenjak suami di-PHK, kehidupan berubah 180 derajat. Memang kami masih bisa mengandalkan dari pesangon. Tapi mau berapa lama, hampir setahunlah. Setelah itu aku dan suami bingung. Suamiku akhirnya menjadi ojek online. Alhamdulillah penghasilan pada saat itu cukup. Sampai badai CoVid-19 menerpa kami. Bukan hanya kami tapi semua masyarakat turut merasa imbasnya. Yang biasanya suami bawa pulang Rp150 ribu per hari tapi semenjak Covid-19 pernah ia pulang tanpa membawa sepeser uang pun.

Jujur, saat itu aku bingung apa yang harus aku lakukan. Yang ada di pikiranku hanya bagaimana aku dan keluarga bisa makan. Lalu aku dan suami membuka warung sop dan soto untuk sarapan pagi. Yang kuberi nama sop dan soto Az-Zahra. Nama dari putri kecilku.

2 dari 2 halaman

Berjualan Sop dan Soto

Usaha kuliner./Copyright Pipit Hardaningsih

Hanya dengan bermodalkan Rp100 ribu dan semangat aku buka warung di depan rumah. Karena banyak masyarakat terkena dampak Covid-19 aku menjual seporsi hanya Rp6 ribu. Sebenarnya boleh berapa saja sesuai dengan kesanggupan. Tapi nominal pembelian adalah Rp6 ribu. Alhamdulillah hari pertama aku berjualan, sop dan sotoku habis. 

Tadinya aku hanya menjual sop dan soto ayam, sekarang aku sudah mulai menambah beberapa varian. Seperti daging, jeroan, paru, hati, dan udang. Masih ingat saat pertama kali jualan suamiku yang mengantar dari satu rumah ke rumah yang lain. Karena sop dan soto ini juga aku jual melalui media Whatsapp dengan menginformasi di status WA-ku. Mulai dari tetangga, teman, bahkan saudara ikut pesan.

Sudah hampir 8 bulan aku berjualan sop dan soto, aku terus belajar untuk memperbaiki apa yang kurang dari usahaku ini. Aku selalu bermimpi bisa menjadi perempuan mandiri. Yang pasti dengan tidak melupakan kodratku sebagai seorang ibu dan istri. Sekarang sop dan soto ku sudah terdaftar di layanan jasa pesan antar makanan online. Jadi pelanggan dari luar pun bisa memesannya. Perlahan tapi pasti kemasan juga sudah mulai bagus. Sudah ada logo pada kemasan dan juga sudah memiliki Instagram khusus untuk jualananku. 

Pastinya aku akan terus semangat untuk menggapai impianku bersama dengan keluarga. Semua yang aku raih sekarang ini tak terlepas dari dukungan suami. Dia yang selalu mendukungku. Ke depan aku ingin memperluas warung sop dan soto ku menjadi waralaba. Yang nantinya aku targetkan untuk mereka yang ingin sarapan pada pagi hari. Kalau sekarang mungkin belum, karena masih adanya pandemi ini. Tapi selepas ini aku ingin berjualan di depan-depan kampus untuk target pasar para mahasiswa dari perantauan. Yang pasti dengan harga yang terjangkau. Semoga saja impianku terwujud. Aamiin.

#ChangeMaker