Anak Tengah yang Terbiasa Mandiri sejak Kecil, Tak Mudah Menyerah Jalani Hidup

Endah Wijayanti diperbarui 31 Okt 2020, 09:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh: Trie Mauli

Pepatah bilang hidup adalah pertarungan yang harus dimenangkan. Ya, pepatah tersebut sangat tepat untuk menggambarkan betapa kerasnya perjuangan aku dan keluarga untuk bertahan hidup.

Sejak kecil aku memang telah dididik untuk menjadi perempuan mandiri. Betapa tidak ayah hanya PNS dengan golongan rendah dan ibu hanya ibu rumah tangga biasa yang harus menghidupi 5 orang anak. Sebagai anak ketiga aku masih punya dua orang kakak dan dua orang adik dengan usia yang tidak jauh beda. Semuanya dalam masa pertumbuhan. Bahkan baju baru pun baru berganti pas lebaran.

Belum lagi kami masih tinggal  satu atap dengan nenek serta adik ibu yang lain yang juga telah berkeluarga. Ditambah dengan kehadiran abang dari ibuku yang menderita  gangguan jiwa pasca bercerai dari sang istri. Sungguh situasi yang sangat rawan konflik. Semuanya dituntut untuk selalu bisa meluaskan kesabaran. 

Penghasilan ayah bisa dibilang sangat pas-pasan sehingga ibuku harus memutar otak membantu perekonomian keluarga. Ibu berjualan kue-kue basah/tradisional. Aku dan kedua kakakku membantu menjualnya secara keliling di jalan. Hal ini kami lakukan di pagi hari ketika masih duduk di bangku SD.  

Jujur saja terkadang terbersit rasa malu dan sedih. Malu ketika ada anak-anak lain yang mengejek dan sedih ketika barang dagangan tidak laku. Bahkan aku pernah pulang tidak membawa uang sepeser pun karena hujan deras dan aku tidak bisa melanjutkan berjualan. Namun ibuku  menghibur dan menasihati bahwa selagi yang kita lakukan benar dan halal, kenapa harus malu? Pulang sekolah aku membantu tetangga membelah pinang yang akan dijualnya kembali ke tauke. Lumayan untuk sekadar tambahan uang jajan. Walaupun untuk itu telapak tanganku menjadi kasar dan banyak goresan karena pisau yang digunakan.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Terbiasa Mandiri dan Menghasilkan Uang Sendiri

Apakah kamu juga perempuan sulung?/Copyright shutterstock.com/g/atiger

Keadaan ekonomi keluarga yang sulit  seakan menjadi cambuk agar aku terus berprestasi di sekolah. Setiap ada waktu luang kugunakan untuk terus membaca dan belajar. Alhamdulillah, sejak SD hingga SMA aku selalu menjadi langganan juara di kelas. Jualan kue tetap aku lakoni sampai SMA tapi bedanya aku jualan di kelas ketika waktu istirahat dimulai. Kami pindah ke rumah sendiri pas aku duduk di bangku SMP. Tergolong kecil tapi aku sangat bersyukur tinggal di rumah sendiri, tidak berdesak-desakan lagi di rumah nenek. Walaupun masih menggunakan lampu teplok karena keterbatasan biaya untuk pasang meteran listrik, kami tetap bahagia.

Momen melanjutkan kuliah adalah momen saat aku harus merantau dan belajar mandiri yang sesungguhnya. Aku jualan pulsa, kue-kue dan mengajar les privat sepulang kuliah. Sambil mengasah kemampuan aku juga ikut  berbagai lomba menulis dan berburu beasiswa. Lumayan uangnya bisa aku tabung. Saat-saat kuliah aku benar-benar berhemat. Aku juga sering puasa, selain untuk kesehatan juga bernilai ibadah. Biarlah aku terkadang ditertawakan karena baju yang itu-itu saja, yang penting aku bisa selesai tepat waktu.

Tamat kuliah aku tidak mau berdiam diri. Awalnya aku membuat bakso bakar dan kue-kue lalu menitipkannya di kantin-kantin sekolah. Aku juga berjualan pulsa dan berjualan baju-baju secara online. Apapun pekerjaan yang halal aku lakoni. Apalagi saat ini 2 adikku masih kuliah dan ayahku terserang stroke yang membatasi ruang geraknya.

Kedua kakakku sudah menikah dan pindah ke kota lain. Sehingga otomatis tanggung jawabku semakin bertambah. Tidak kupedulikan sindirian tetangga yang mencibirku, karena aku menjadi gadis yang tertua di komplek rumahku alias belum juga menikah. Berulangkali gagal lolos tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), tidak menyurutkan tekadku untuk banyak belajar dan berdoa. Aku bersyukur tes CPNS yang baru saja selesai aku dinyatakan lulus. Allah Maha Tahu kapan waktu terbaik untuk memberi, di saat hambaNya benar-benar sangat membutuhkan pertolonganNya. Aku bertekad, kedua adikku harus bisa menyelesaikan kuliahnya bagaimanapun sulitnya.

3 dari 3 halaman

Memiliki Usaha Sendiri

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/leszekglasner

Beberapa bulan terakhir aku juga merintis usaha pembibitan dan penjualan tanaman hias. Memanfaatkan masa pandemi  yang membuat orang-orang punya waktu lebih banyak di rumah. Untuk menghilangkan rasa jenuh, bercocok tanam bisa dijadikan alternatif kegiatan. Rumah juga menjadi lebih hijau, asri, dan betah dipandang.  

Sebelum pandemi aku memang hobi bercocok tanam dan ada beberapa yang tertarik untuk membelinya. Selama masa pandemi aku semakin giat membudidayakan tanaman hias dengan  dibantu beberapa anak  tetangga. Untuk memasarkannya aku menggunakan media sosial. Usahaku laris manis sampai ke luar daerah.  

Tidak kusangka cukup banyak pecinta tanaman hias yang hobi mengoleksi aneka tanaman, tak peduli berapa pun harganya. Selain untung bisnis, aku jadi memiliki  banyak teman yang berawal dari pelanggan. Silaturrahim menjadi lebih lancar dan luas. Aku juga senang bisa membantu anak-anak tetanggaku mendapatkan tambahan uang jajan.

Aku selalu berprinsip apa pun usaha yang kita jalani jangan selalu berpatokan pada keuntungan semata. Harus ada muatan berkah dan ibadah di dalamnya.  Aku juga  banyak mengambil pelajaran dari kesulitan hidup yang pernah aku alami. Kapan pun dan di mana pun kita harus bisa menjadi wanita tangguh, mandiri, dan yang terpenting  memberi banyak manfaat bagi orang-orang di sekitar kita.  Itulah makna Be a Super Lady Boss at home sejati menurutku. 

#ChangeMaker