Fimela.com, Jakarta Dalam rangka menyambut Hari Polio Sedunia, PERALMUNI bekerja sama dengan Sanofi Pasteur Indonesia untuk mengedukasi masyarakat soal pencegahan penyakit menular ini, lewat konferensi pers virtual yang dimoderasi Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K)., Penasihat PERALMUNI.
Dalam dunia medis, polio disebut poliomyelitis. Penyakit menular ini bisa menyerang usia berapa pun. Namun, anak-anak di bawah 5 tahun lebih rentan terkena penyakit ini. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang.
Sementara, pada balita yang belum divaksin pilio, virus ini sangat mudah menular ke orang lain dan menyerang sistem saraf pada penderitanya.
Sebenarnya, Indonesia sudah terbebas polio sejak 2014, namun bukan berarti masyarakat dapat menghentikan atau mengurangi upaya pencegahan peyakit tersebut. Pasalnya, polio tidak memiliki obat.
What's On Fimela
powered by
Vaksin Sebagai Pencegahan
Menurut DR. Dr. Eddy Fadlyana, SpA(K). MKes., Fakultas Kedokteran UNPAD RS Hasan Sadikin Bandung, vaksinasi merupakan tindakan paling efektif untuk mencegah penularan polio atau lumpuh layu. Bukan hanya itu, menurutnya, polio juga bisa menyebabkan kematian. Karena itu, pemberian vaksin merupakan keharusan sebagai pencegahan dini.
“Vaksinasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakitpolio atau lumpuh layu yang bisa membuat kelumpuhan bahkan berpotensimenyebabkan kematian. WHO Strategic Advisory Group of Experts punmerekomendasikan semua negara untuk memasukkan setidaknya satu dosisvaksinasi IPV (inactivated polio vaccine) ke dalam program vaksinasi rutin.Perbedaannya dengan pencegahan penyakit polio dengan OPV (Oral PoliovirusVaccines) adalah, adanya kemungkinan jika virus polio dapat bermutasi padakondisi tertentu – seperti orang yang imunnya sedang lemah, alergi, ataupun autoimun. Sedangkan berdasarkan studi yang kami lakukan, uji coba vaksinbOPV yang diberikan bersamaan dengan vaksin Penta DPT Combo, serta satudosis IPV pada kunjungan ke-4 memiliki imunogenik atau menimbulkan antibodidalam tubuh, dapat ditoleransi dengan baik, dan tanpa efek samping kronis," jelasnya.
Sementara itu, Joselito Sta. Ana, MD., GM Sanofi Pasteur Indonesia & Country Lead Sanofi Indonesia mengatakan pihaknya berkomitmen menjadi mitra pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Pihaknya juga mengaku mendukung penuh upaya WHO dan pemerintah Indonesia dalam menangani eradikasi penyakit polio.
"Sanofi Pasteursebagai partner kesehatan, berkomitmen untuk mendukung semaksimal mungkindalam hal pengendalian polio di Indonesia melalui program edukasi tenagakesehatan, forum ilmiah, dan kemitraan terkait teknologi vaksin polio inaktivasi(IPV). Kami berharap inisiatif-inisiatif ini dapat membantu memberikanpemahaman yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia sehingga semua pihakdapat saling mendukung dalam eradikasi polio di Indonesia,” tutupnya.
#ChangeMaker