Fimela.com, Jakarta Sejak pandemi virus Corona muncul di seluruh dunia, ilmuwan telah menemukan cara untuk mencuci tangan dengan benar, membersihkan rumah, dan mencuci pakaian. Namun, bagaimana dengan dry cleaning untuk pakaian yang tidak bisa masuk ke mesin cuci?
Pertama, kamu harus mengetahui proses dry cleaning itu sendiri. Istilah dry cleaning adalah istilah yang keliru sebenarnya, karena pakaianmu akan tetap basah, hanya saja bukan dengan air.
Pelarut kimia, yang paling umum digunakan adalah perkloroetilen, digunakan untuk membersihkan pakaian. Yang dapat membunuh virus, termasuk virus Corona bukan pelarut kimia yang digunakan, namun suhu tinggi saat pengepresan dan penyetrikaan selama proses dry cleaning, seperti dilansir dari huffpost.com.
Suhu air panas yang bisa membunuh virus
Berdasarkan penelitian terkini tentang kain dan COVID-19, tidak ada indikasi bahwa 1 metode lebih baik daripada yang lain, selama pencucian mencapai suhu yang tinggi, kamu aman. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, virus flu terbunuh oleh panas di atas 167 derajat Fahrenheit.
Studi tentang virus Corona merekomendasikan pencucian selama 20 menit dengan suhu di atas 140 derajat. Kabar baiknya, air panas di perumahan cenderung bisa mencapai 130 derajat atau lebih.
Tidak ada bukti bahwa dry cleaning lebih efektif membunuh virus
Tidak ada bukti bahwa dry cleaning lebih atau kurang efektif dalam membunuh virus Corona, dibandingkan dengan mencuci dengan mesin cuci. Siklus pencucian yang normal cukup untuk pembersihan sehari-hari di rumah.
Secara umum, risiko sangat rendah virus dapat hidup dalam waktu lama di pakaian atau tempat tidur. Virus mungkin hidup selama 1 atau 2 hari di atas kain, dibandingkan 5 sampai 7 hari di permukaan yang keras dan dingin seperti gagang pintu dan keran.
#ChangeMaker