Fimela.com, Jakarta Elizabeth Allison yang sedang hamil meringkuk di lantai karena perutnya sangat mual. Ia berlutut, mencengkeram sisi toilet, dan muntah, sementara suaminya Jeff mengusap tulang punggungnya.
Selama 6 tahun mencoba memiliki anak, Elizabeth mengalami 2 kali keguguran, dan 1 kali IVF. Akhirnya, Elizabeth berhasil mengandung anak kembar.
Di pertemuan dengan dokter saat usia kandungannya menginjak 8 minggu, Elizabeth menjelaskan bahwa dirinya menjadi sering muntah, namun USG menunjukkan bahwa kehamilannya normal. Saat dirinya dan Jeff melakukan perjalanan untuk merayakan hari jadi pernikahan, Elizabeth muntah parah, ia ketakutan ada sesuatu yang salah dengan dirinya.
Ia tidak merasa seperti perempuan yang hamil, perutnya tidak menonjol, ia tidak mengidam, dan tidak banyak makan. Lalu, Elizabeth menghubungi obgyn-nya yang baru, menjelaskan kekhawatirannya. Setelah panggilan ditutup, Elizabeth muntah lagi, sampai harus dibawa ke UGD. Ia memohon kepada setiap petugas medis yang ada di sana untuk mendengarkan keluhannya, "Ada yang salah."
Sayangnya, tidak ada dokter yang benar-benar menanggapi kondisi Elizabeth dengan tepat, semua orang tidak percaya. Setelah pulang dari rumah sakit, Elizabeth hanya menghabiskan hari-harinya meringkuk di kamar tidur.
Setelah 2 kali lagi masuk UGD, suatu malam, Elizabeth turun dari tempat tidur untuk menyikat gigi. Ini sebenarnya berisiko, karena seringkali pasta gigi membuatnya mual dan muntah selama hamil.
Akhirnya ada seseorang petugas medis yang menyadari kondisi Elizabeth
Di kamar mandi, Elizabeth terjatuh, membuatnya harus dibawa kerumah sakit lagi. Itulah saat Elizabeth merasa dirinya harus didengarkan, namun ia tetap mendapatkan tanggapan yang sama, tidak ada orang yang percaya dengannya.
Elizabeth merasa dirinya berusaha sekuat tenaga untuk terlihat kuat dan rasional, namun tetap tidak bisa membuat para petugas medis mendengarkan dirinya. Sampai ketika Elizabeth kesulitan berjalan dan muntah darah.
Seorang teman, bahkan orangtuanya menyadari bahwa ada sesuatu yang salah tentang kondisi Elizabeth. Setelah beberapa kali berganti petugas medis, Elizabeth akhirnya bertemu dengan seseorang yang bersedia mengamati kondisinya dengan sungguh-sungguh.
"Elizabeth, Anda tidak sehat. Saya memanggil seseorang yang bisa membantu," kata dokter muda itu.
Dua hari kemudian, Elizabeth dibangunkan oleh dokter muda lainnya yang sedang menyelimutinya.
"Kami akan membantumu, Elizabeth. Saya sangat berpengalaman dengan hal ini," katanya.
Elizabeth mengalami Hiperemesis Gravidarum, kondisi yang ditandai dengan mual parah, muntah, dan penurunan berat badan, serta kemungkinan komplikasi ginjal dan elektrolit. Dokter tersebut menjelaskan bahwa kurang dari 3% perempuan hamil mengalami kondisi ini dan karena Elizabeth menjalani perawatan kesuburan, ia menjadi lebih rentan.
Elizabeth melahirkan seorang anak laki-laki dan mencari ibu lain untuk mengandung anaknya yang lain
Elizabeth meninggalkan rumah sakit dengan kateter sentral dan selama 8 minggu berikutnya, tidak ada zat padat atau cairan yang masuk ke mulutnya. Nutrisi cair dan obat-obatan menggantikan asupan makannya dan membantu meredakan mual.
Ia masih terlalu lemah untuk berjalan jauh, berdiri dalam waktu lama, atau mengemudi. Elizabeth kemudian mengundurkan diri dari pekerjaan mengajarnya.
Pada suatu janji temu dengan dokter, ditemukan bahwa ada genangan darah yang mengelilingi kepala salah satu bayinya. Elizabeth meninggalkan rumah sakit dengan kesedihan yang tak terkira, tidak mengetahui apakah semua bayinya masih hidup di dalam tubuhnya, atau salah satunya sudah meninggal.
Elizabeth melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat dan diberikan nama Thomas. Namun, saudara kembar Thomas tidak bisa diselamatkan dan tidak ada yang mengetahui apakah Hiperemesis Gravidarum yang dialami Elizabeth juga menyebabkan bayinya tersebut meninggal.
Elizabeth meninggalkan rumah sakit dengan bertekad ingin memberikan saudara kandung bagi Thomas, namun dokter memberitahu bahwa dirinya bisa kembali menderita Hiperemesis Gravidarum jika hamil lagi. Elizabeth dan Jeff memutuskan mencari seorang ibu pengganti dan 18 bulan kemudian, mereka berada di Texas ketika seorang perempuan melahirkan anak laki-laki mereka yang bernama Devin.
Sampai anak-anaknya tumbuh besar, Elizabeth masih tidak mengetahui alasan mengapa butuh waktu lama bagi para petugas medis memahami kekhawatirannya dulu. Elizabeth merasa bahwa perempuan cenderung mengalami kerugian ketika mencari bantuan medis, dibandingkan dengan kaum pria.
Keluhan perempuan tidak dipelajari secara komprehensif, tidak diresepkan dengan obat tertentu, dan banyak penyakit kesehatan perempuan yang belum diteliti secara ekstensif. Elizabeth berharap dengan kisah yang dibagikannya melalui Huffpost Personal ini, para perempuan bisa melindungi diri mereka sendiri dengan mencari informasi yang baik, melawan skeptisisme, mengajukan pertanyaan, dan mencari pendapat lain.
#ChangeMaker