Fimela.com, Jakarta Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2020 yang diperingati pada Bulan Oktober diperingati di masa pandemi Covid-19. Mendukung kesehatan jiwa masyarakat di masa pandemi ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) merilis hasil survei terkini.
Kolaborasi PDSKJI dan IPK Indonesia dilakukan untuk mengukur kondisi kesehatan jiwa masyarakat selama pandemi. Yaitu dengan mengadakan penelitian tentang gambaran masyarakat lewat swaperiksa tanda depresi di website pdskji.org.
“Sejak ditemukan kasus Covid-19 pertama kali, PDSKJI segera meluncurkan Swaperiksa Web untuk mencegah kepanikan massal dalam suasana batin yang mencekam, sekaligus untuk membantu masyarakat dalam menangani perasaan tidak nyaman,” ujar Ketua Umum PSDKJI DR. Dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS dalam Webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia belum lama ini.
Temuan terkini selama Oktober 2020, sebanyak 5.661 orang mengisi swaperiksa di web PDSKJI dengan temuan 32 persen mengalami masalah psikologis dan 68 persen tidak ada masalah psikologis. Lalu dari 2.606 swaperiksa, sebanyak 67,4 persen mengalami gejala kecemasan, terbanyak ditemukan pada kelompok usia <30 tahun sebanyak 75,9 persen.
"Usia dewasa muda ke bawah ternyata paling banyak mengalami cemas, bisa jadi karena banyak perubahan dan pembatasan, seperti belajar daring, tidak bertemu teman-teman secara langsung, dan tidak bisa keluar rumah," ujar Dr. Diah.
Trauma Psikologis dan Depresi
Selanjutnya kelompok usia <30 tahun juga paling banyak keluhan tentang perasaan waspada terus menerus dan merasa sendirian dengan isolasi dengan prosentase 90,6 persen. Hal itu bisa disebut sebagai gejala trauma psikologis.
Semenata itu dari 2.294 swaperiksa, sebanyak 67,3 persen yang mengisi mengalami gejala depresi. Di mana 48 persen responden berpikir lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apap pun.
Pikiran kematian terbanyak terjadi pada rentang usia 18-29 tahun. Yang berhubungan dengan hasil survei terakhir dari 110 hasil swaperiksa, 68 persen yang mengisi berpikiran ingin bunuh diri dan 5 persen di antaranya memiliki rencana matang.
"Gejala yang patut dikhawatirkan adalah dari sedang ke berat, di mana seseorang berencana melukai diri sendiri dan orang lagi. Konsentrasi kami memberi edukasi lewat memeriksakan diri, pendampingan jarak jauh, serta akses pelayanan yang mudah dan aman untuk mencegah dan mengobati depresi yang diderita," sambung Dr. Diah.
Simak video berikut
#ChangeMaker