Fimela.com, Jakarta Melakukan kegiatan sosial memang bukan hal baru di keluarga Cynthia Paramita, sejak kecil, Chia, begitu sapaan akrabnya sudah terbiasa dengan berbagi dan berdonasi. Beruntung ia dipertemukan dengan suami yang memiliki pemikiran sama dan saling mendukung untuk terus melakukan aksi kemanusiaan termasuk di masa pandemi seperti sekarang ini.
Pemilik salon kecantikan Self Nails ini membangun Rumah Makan Gratis Uwais sejak dua bulan lalu di tengah masa krisis. Meski terbiasa membantu orang lain, Chia mengaku banyak diuji soal projek ini, mulai dari dibuat ragu bagaimana jika ia kehabisan uang di tengah jalan dan kekhawatiran lainnya yang membuat ia dan suami galau.
"Iya awalnya dibikin ragu, uangnya nanti dari mana? Enggak mungkin, kan tiap hari pakai pendapatan sendiri. Sambil jalan, kami juga sounding ke orang lain biar banyak yang tahu agar bisa ikut partisipasi, tapi tetap sambil menghadapi kekhawatiran-kekhawatiran itu tadi," ujar Chia saat dihubungi Fimela belum lama ini.
Meski keraguan terus mengganggu pikiran, secara paralel, lulusan Desain dan Komunikasi Visual Universitas Trisakti ini tetap memantapkan niat membangun rumah makan gratis dengan konsep mewah seperti restoran. Ia ingin memberikan pengalaman bagi orang yang datang untuk merasakan bersantap di restoran yang nyaman.
"Kami pun merogoh kocek sendiri untuk membuat rumah makan gratis dengan konsep mewah dan proper. Kami menyewa ruko cukup besar selama dua tahun di daerah Balaraja, Tangerang setelah melakukan riset dan memutuskan mencari daerah pas dengan target sararan kami," lanjutnya.
Akhirnya Rumah Makan Gratis Uwais pun beroperasi dengan biaya dari tabungan Chia dan suami. Namun di luar akal pikiran, Saat ia mengecek saldo di rekening yang dibuat khusus untuk RM gratis Uwais, ia mendapati nominal fantastis.
"Alhamdulillah jalan bulan kedua di rekening terkumpul hampir Rp100 juta dari para donatur yang kebanyakan enggak nyantumin nama. Niatan baik ini dibukakan jalan, termasuk saat Dokter Zaidul Akbar juga ikut mempromosikan RM gratis ini di akun Instagramnya," kenang Chia bersemangat.
Memperlancar Bisnis
Dalam proses membangun RM Gratis Uwais, Chia sendiri dihadapi dengan dilema di bisnis salonnya antara menyudahi atau memperpanjang kontrak di lokasi sebelumnya di daerah Haji Nawi. Sampai akhirnya ia dan partner memutuskan untuk memindahkan salon ke studio private dengan membangun lahan kosong di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan.
Meski sempat menutup salon selama tiga bulan di awal PSBB (pembatasan sosial berskala besar) , Chia tetap memberi bantuan pada pegawainya agar dapat memenuhi kebutuhan sandang seperti membeli sembako. Sebab menurutnya, makan merupakan hal utama dalam bertahan yang harus diprioritaskan, termasuk memperkuat keputusannya untuk membuat RM Gratis saat itu.
"Aku ngerasain peralihan salon berjalan smooth dan enggak perlu capek promo dari awal lagi. Alhamdulillah enggak kesulitan mencari customer baru dan pelanggan lama sama sekali enggak keberatan pindah lokasi karena mereka juga lebih suka dengan konsep private atau in-house," lanjut Chia.
Meski dari jumlah pelanggan berkurang, namun setiap pelanggan menghabiskan biaya maksimum setiap melakukan perawatan di salonnya. Jika dibandingkan dengan pemasukan sebelumnya, salon in-house di rumah lebih menguntungkan Chia dan partner-nya.
"Kalau dulu sehari bisa puluhan, sekarang maksimal sehari 5 orang dengan sistem booking. Tapi meski dari kuantitas menurun, tiap orang yang datang spend money cukup besar karena treatment head to toe sekitar Rp1,9 juta. Aku juga sudah enggak bayar sewa gedung yang jadi cost paling besar," bebernya lagi.
Selain mempengaruhi bisnis Chia, sang suami juga mendapat kelancaran rezeki yang tak disangka lagi. Tiba-tiba banyak orang yang membeli alat fitnes secara online dengan harga mulai dari Rp50 juta setiap harinya tanpa proses yang berbelit.
"Dan itu setiap hari, lakunya kayak beli kacang goreng. Sampai-sampai stok kami habis dan harus impor lagi. Ini cukup bikin kami terheran-heran dengan caranya datang rezeki," ucap Chia sambil bersyukur.
Kepuasan yang Melebihi Kesuksesan
Di tengah obrolan, Chia teringat tentang kisahnya membantu seorang teman yang dalam kondisi putus asa dalam hidupnya karena terlilit utang. Hingga akhirnya ia tergerak untuk memberikan kelebihan uang yang dimiliki untuk membantu teman melunasi utangnya tanpa harus berutang lagi padanya
Chia semakin yakin jika keberhasilan dalam hidup tak melulu soal pencapaian dan kesuksesan dalam meraih segala impian. Sebab sampai kapanpun sebagai manusia kita tidak akan ada puasnya untuk menggapai yang lebih tinggi lagi dari apa yang sudah terealisasi.
"Jadi sukses dan menginspirasi enggak harus muluk-muluk, dengan memperhatikan sekeliling kita yang membutuhkan itu sudah jadi pencapaian terbesar. Hidup kaya tapi enggak bantu sesama itu hampa banget, tapi kalau bisa bantuin orang rasa puasnya lebih-lebihin saat kita capai kesuksesan, terutama bisa jadi penyambung hidup buat orang lain," ujar Chia lagi.
Dalam berbisnis, Chia yang pernah menjabat sebagai koordinator desainer grafis di perusahaan media ternama ini juga senang berkolaborasi dengan brand lokal mulai dari fashion sampai F&B. Seperti membuat paket bundling dengan pengusaha kopi, aksesori, sampai bibit tanaman untuk para pelanggan salonnya.
"Aku rutin kerja sama bareng brand lokal untuk mempromosikan produk mereka sekaligus memberikan treatment lebih pada pelangganku. Di balik kolaborasi dengan brand lokal aku mau bantu support mereka biar nama kita naik bareng-bareng," sambung Chia.
Selain kolaborasi dalam bisnis, Chia juga tetap berinovasi dalam mengembangkan RM Gratis Uwais yang diklaim tanpa syarat. Maksudnya semua orang bisa datang untuk makan dan bisa membungkus untuk keluarganya di rumah sampai 400 porsi makan setiap harinya habis.
Ia pun mencari cara untuk mensinergikan program sosial yang lebih dulu dibuat yaitu Bagi Bersih Berkah (BBB) untuk menyalurkan uang dan pakaian layak pakai dari komunitasnya. Selain itu, ia juga ingin memanfaatkan lokasi RM Gratis untuk anak-anak kecil belajar mengaji di malam harinya.
"Iya aku terus kepikiran gimana bisa ngembangin RM gratis ini, selain tentunya ada rencana untuk buka cabang. Yang sudah kelihatan, sih, selain menyumbang uang dan bahan makanan banyak donatur memberikan mukena, buku-buku, air zam-zam yang nantinya akan aku persilakan orang yang datang untuk mengambil yang dibutuhkan," pungkasnya.
Cerita Chia semakin membuktikan jika konsep mengeluarkan uang untuk orang lain tidak akan mengurangi harta. Sebaliknya, ia merasakan rezeki yang justru bertambah dan menjadi investasi amalan masa depannya. Semoga kisah Chia bisa menginspirasi, ya!
Simak video berikut ini
#ChangeMaker