Menjadi Ibu yang Bekerja, Lelahmu Datangkan Kebaikan untuk Keluargamu

Endah Wijayanti diperbarui 16 Okt 2020, 10:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh:  Selvi Syafiqah Salsabila

Bisa bibayangkan ilustrasi berikut? Cucian belum selesai dilipat, adik nangis berkesinambungan gegara ngantuk tapi kesulitan tidur, tugas kantor numpuk, plus, kakak yang juga minta digendong tiba-tiba? Ya, itu gambaran yang kualami. Barusan saja. Bukan hal yang baru, sebenarnya. Tapi, di tengah tekanan deadline tugas, tangisan anak berasa jadi neraka kecil. Ah, semoga ini hanya tentang hormon ya, Nak. Karena, barusan saja adik disapih. Terima kasih untuk perjuangan di tiga minggu ini.

Mungkin, sebagian kita menganggap bahwa sebagai ibu, multitasking adalah keharusan. Rumah harus kiclong, cucian terlipat (dan disetrika) dengan baik, anak-anak sehat tanpa kekurangan satu apapun. Wow, itu definisi yang sempurna. Pun, tolong ditambahi untuk ATM yang selalu terisi penuh. Surga dunia, bisa jadi. Pertanyaannya, adakah ekspektasi itu selalu sesuai dengan realita, Moms? Ah, saya belum berani menarik kesimpulan. Karena, saya belum bisa sesempurna itu.

Merunut ke belakang, pada generasi ayah dan ibu kita, sepenuhnya mengabdikan diri untuk keluarga adalah keharusan. Hal biasa. Tapi, seiring berjalannya waktu, pelan tapi pasti, tren mulai berubah. Munculnya wanita karier, entah di dalam atau di luar rumah, mau tidak mau, melahirkan 'masalah' baru di dunia kita yang multitasking ini. Bahkan, kondisi pandemi seperti sekarang, kian mengaburkan batas antara pekerjaan dan rumah. Apa kabar pengasuhan anak? Bagaimana dengan kebersihan rumah? Adakah cucian itu menumpuk sudah terlihat biasa?

2 dari 2 halaman

Melakukan yang Terbaik

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Akhirnya, adakalanya kita jadi merengut cemburu pada mamah muda di media sosial. Beliau dengan asyiknya menawarkan konsep mereka-yang berhasil-dalam merawat anak, tumbuhan, rumah, suami, juga bisnis sampingan. Perasaan tidak nyaman, tidak berguna, merasa kurang sempurna, muncul. Berkelindan begitu saja. Merobohkan apa yang telah diusahakan selama ini.

Duh, Moms. Kalian tidak sendiri. Menjadi working mom memang melelahkan. Tapi, tidak lantas kita harus bercermin kepada mereka. Kita memiliki badai masing-masing. Sudahlah, blokir saja akun yang selalu terlihat bahagia itu.

Bersyukur, kini kesehatan mental mendapatkan perhatian lebih. Tidak seperti zaman orang tua kita yang, mungkin, dengan gampang bilang, ibu tidak becus jika gagal membuat anak berhenti dari menangisnya. Tidak ada yang menuntut kita, Moms. Pegang kalimat itu. Kesempurnaan itu tidak mungkin. Tapi, lebih baik baik dari kemarin, sangat mungkin untuk tergapai.

Yuk, sini peluk virtual dulu. Puk-puk dulu. Kita hanya perlu mensyukuri yang ada. Bekerja, dan menghabiskan waktu terbaik dengan anak-anak jika sudah di rumah. Semoga selalu lebih baik dari sebelumnya ya, Moms?

#ChangeMaker