Fimela.com, Jakarta Sejak Maret 2020, para peserta didik terpaksa melakukan kegiatan belajar dari rumah secara virtual untuk mengindari infeksi dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Hingga saat ini, sudah 7 bulan lamanya dunia pendidikan Indonesia mengalami berbagai tantangan.
Bukan hanya peserta didik, tetapi tantangan ini juga dihadapi para guru dan tenaga pengajar, serta orangtua yang harus mendampingi anak-anaknya di rumah. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim, Indonesia kini memiliki 3 isu besar dalam dunia pendidikan.
"Bagi Kementrian, kita sudah mendengar beberapa isu terbesar. Yaitu, satu beban tugas menjadi besar sekali karena tidak ada lagi bimbingan yang lebih interaktif. Kedua, biaya kuota dan data meledak. Ketiga, orangtua terbebani dengan kebutuhan untuk harus membimbing dan mencari nafkah secara bersamaan," jelasnya dalam sesi IG Live Fimela Talks: Menjawab Tantangan Belajar Daring di Masa Pandemi, pada Kamis (15/10/20) sore.
Solusi Tantangan di Tengah Pandemi
Menurutnya, masih ada banyak tantangan dan kendala lainnya, seperti masalah gawai, kuota internet, dan juga masalah krisis ekonomi yang dihadapi sederet sekolah swasta. Untuk itu, Kemendikbud mengurangi satu per satu permasalahan dan mencari solusi terbaik untuk setiap isu.
"Kita bagi-bagi untuk mencari solusinya. Kebanyakan beban tugas, kita langsung meluncurkan kurikulum darurat. Kurikulum diringkas sehingga hanya berfokus pada yang esensial," jelasnya.
Selain itu Kemendikbud juga meringkas kurikulum darurat, sehingga berfokus pada materi esensial. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses belajar mengajar di tengah pandemi.
"Kurikulum diringkas sehingga hanya berfokus pada yang esensial. Untuk masalah kuota meningkat cost-nya, kita keluarkan 7,2 T untuk distribusi kuota terbesar di sepanjang sejarah Indonesia oleh pemerintah. Kita juga keluarkan 2,7 T untuk tunjangan profesi guru. (Sementara) dana BOS kami bebaskan untuk bantu dukung guru honorer, membeli gawai, persiapan membuka sekolah, atau tatap muka untuk zona kuning dan hijau," katanya.
Sementara, Nadiem mengungkapkan, pihak Kemendikbud juga sudah menyiapkan solusi untuk masalah belajar di rumah bagi siswa SD dan PAUD yang membutuhkan perhatian dan bimbingan ekstra di rumah. Agar orangtua dapat membantu anak-anak, Kemendikbud mengeluarkan modul pembelajaran yang terfokus untuk orangtua.
Sehingga, guru bisa membina orangtua melalui modul tersebut secara offline untuk mendampingi anak-anak. Masalah kuota dan juga akses internet yang tidak bisa didapat semua masyarakat Indonesia hingga ke pelosok juga dijawab dengan hadirnya TVRI dan Channel Rumah Hari Belajar untuk membantu proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik, termasuk dengan diberlakukannya relaksasi di zona kuning dan hijau.
"Untuk anak-anak yang sulit menjalani PJJ, salah satu yang kita lakukan adalah relaksasi di zona kuning dan hijau. Daerah terluar kita mayoritas berada di zona kuning dan hijau. Karena itu, kami membiarkan mereka untuk duluan melakukan tatap muka sehingga mereka tidak tertinggal terlalu jauh. Juga menggunakan TV dan modul-modul yang bisa dilakukan orangtua tanpa internet. Ini solusi bagi mereka yang tidak memiliki akses internet," tutup Nadiem.