Kisah Perempuan Ini Dapat Donor Sperma Lewat Tinder dan Hidup Bahagia dengan Pria Lain

Annissa Wulan diperbarui 14 Okt 2020, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sophie Strosberg mempercayakan sebuah tugas besar kepada seorang pria yang ia temui di Tinder, yaitu membuatnya hamil. Ya, Sophie menyadari bahwa banyak hal bisa terasa sangat salah.

Ia menaruh kepercayaan kepada pria yang ditemuinya di Tinder dan kemudian disebutnya sebagai PikaBird bukan karena putus asa, namun karena ia bertekad. Sophie telah mendambakan menjadi seorang ibu sejak ia berusia 29 tahun.

Hubungan asmara terlama yang pernah dijalaninya adalah selama 3 tahun dan baru saja berakhir. Ia cukup sering berpindah-pindah di usia 20-an, sehingga tidak pernah ada jalan yang jelas menuju masa depan.

Keinginan Sophie untuk menjadi seorang ibu diperkuat ketika dirinya bermimpi tentang seekor gajah kecil, bermain-main di kolam. Mimpi tersebut membawa sensasi keibuan yang sangat kuat bagi Sophie, sehingga sejak saat itu, ia mendekorasi apartemennya dengan gajah.

Ketika dirinya menginjak usia 32 tahun dan tidak juga memiliki pasangan, Sophie merasa membutuhkan rencana lain. Ia memutuskan untuk mulai proses pembuahan sendiri dan berharap hamil di usia yang ke 35 tahun.

Dimulai sejak 1 Mei 2015, di usianya yang ke 33 tahun, Sophie memulai petualangannya untuk menjadi seorang ibu tunggal. Setelah mendapatkan restu dari orangtuanya, Sophie bergabung ke dalam sebuah komunitas online para ibu tunggal.

Dari komunitas itulah, Sophie belajar bahwa setiap individu di dalamnya menjadi orangtua dengan cara yang berbeda-beda, ada yang mengangkat anak, ada yang menggunakan sperma dari donor, dan ada yang menggunakan embrio dari donor. Sophie ingin mengalami kehamilan, jadi kemungkinan yang paling besar adalah mendapatkan donor sperma, namun saat itu ia belum terpikir tentang Tinder.

 

 

2 dari 3 halaman

Sophie bertemu PikaBird melalui Tinder

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/wes hicks

Bank sperma menjadi pilihan yang paling populer di dalam komunitas tersebut. Ya, walaupun ini adalah pilihan yang masuk akal, harganya juga mahal bagi Sophie.

Sophie kemudian mencari pilihan lain, yaitu mencari donor sperma secara online. Tidak seperti bank sperma, di sini Sophie harus berinteraksi langsung dengan pendonor yang menawarkan sperma mereka secara gratis atau dengan biaya tertentu.

Sophie kesulitan memeriksa calon pendonor untuknya. Mereka tidak disaring secara institusional, sehingga ia merasa sulit menemukan seseorang yang sesuai dengan kebutuhan dan batasan yang ia miliki.

Pilihan lainnya adalah Sophie memberitahu semua teman prianya, yang sudah dikenalnya dengan baik, bahwa ia sedang mencari donor sperma. Ada seorang teman prianya yang bersedia menyumbang dan ini membuat Sophie terbang ke California pada musim panas tahun 2015.

Hasilnya negatif, Sophie menduga karena dirinya stres dengan gangguan yang dialaminya selama perjalanan. Selama ia berusaha untuk hamil, Sophie juga masih terus berkencan, sampai ia menggunakan Tinder di tahun yang sama.

Sophie bertemu dengan PikaBird di Tinder. Awalnya, Sophie tidak ingin memberitahu pria tersebut tentang rencana dan usahanya selama ini.

Karena dilema, akhirnya Sophie bercerita tentang apa yang dialaminya dan mereka bertukar pikiran. Keduanya sepakat bahwa PikaBird akan membantu Sophie hamil, dengan hubungan intim.

3 dari 3 halaman

Sophie melahirkan anak perempuan dan berpisah dari PikaBird

Ilustrasi bayi. Sumber foto: unsplash.com/Omar Lopez.

Bagi Sophie, hubungan tersebut sebenarnya memiliki banyak risiko, seperti pria itu mungkin memiliki penyakit yang belum pernah dites, pria itu mungkin jatuh cinta padanya di saat ia tidak jatuh cinta pada pria itu, semuanya mungkin terjadi. Sophie memutuskan untuk berhenti memikirkan skenario terburuk yang ada.

Di luar semua risiko yang dihadapinya, keputusan untuk memiliki bayi adalah keputusan yang tidak akan pernah ia sesali. Sophie memutuskan untuk mengambil risiko karena ia tahu bahwa ia tidak dapat mengendalikan masa depan, ia hanya dapat meminimalisir risiko dengan caranya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Sophie mengetahui dirinya hamil di tanggal 19 Oktober 2015. Dirinya dan PikaBird putus tidak lama setelah itu, pada pertengahan bulan Desember.

Mereka sepakat untuk mengakhiri hubungan dengan kontrak donor bahwa Sophie akan menjadi orangtua tunggal dengan hak dan tanggung jawab tunggal, serta orangtuanya akan mengambil alih perwalian anak jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Sekarang, setelah sang anak lahir, Sophie dan PikaBird bertukar pesan teks sekitar setahun sekali. Sophie tidak mengidap penyakit apapun, ia tidak menuntut tunjangan anak pada PikaBird, dan PikaBird tidak meminta hak asuh atas anak itu.

Anak perempuannya sekarang telah berusia 4 tahun dan Sophie akhirnya bertemu dengan seorang pria luar biasanya, membuatnya akhirnya bertunangan. Melepaskan kendali atas segala sesuatu yang sebenarnya di luar kendalinya adalah keputusan terbaik yang pernah diambil oleh Sophie dan ia tidak pernah merasa lebih bahagia daripada saat ini.

#ChangeMaker