Fimela.com, Jakarta Pandemi virus corona Covid-19 menghadirkan banyak cerita. Sedih, senang, sukses, adalah bagian dari kenangan di saat kita berhasil melewati masa yang tak menentu seperti saat ini.
Dampak virus corona tak hanya di industri kesehatan. Efeknya rata dirasakan semua orang tanpa terkecuali. Seorang fotografer event bernama Adi Luhung, adalah salah satu orang yang berhasil bangkit di masa pandemi. Bisnisnya sangat terdampak. Bahkan sejumlah kontrak kerja terpaksa harus batal akibat banyak event yang tidak jadi berlangsung.
"Tahun ini harusnya kerjaan gue aman sampai akhir tahun ini, Tapi karena pandemi, terpaksa semuanya harus batal, dan gue juga harus balikin fee customer yang sudah bayar." Ungkap Adi.
Rasa bingung dan putus asa tentu ia rasakan. Apalagi kantor yang ia dirikan bersama teman-teman juga terpaksa harus tutup sementara guna menekan pengeluaran. "Kantor sementara tutup supaya pengeluaran nggak terlalu banyak, tim kerja dari rumah masing-masing. Jadi setidaknya uang listrik dan operasional kantor bisa terminimalisir." Tambah Adi.
What's On Fimela
powered by
Mendapatkan ide berbisnis jamu
Pandemi yang terjadi dengan penuh ketidak pastian membuat ia harus berputar otak bagaimana caranya mengisi rutinitas sekaligus tambahan uang pemasukan sehari-hari.
Hingga akhirnya ia melihat demam bisnis rumahan yang sedang booming saat ini. Adi pun tergiur untuk membuka bisnis rumahan, namun saat itu ia tak memiliki ide akan produk yang ia jual. "Gue lihat banyak banget yang jualan, bahkan teman-teman gue juga pada dagang makanan dan promo di media sosial. Saat itu rasanya pengen jualan tapi bingung mau apa?" Cerita Adi.
Hingga suatu hari, saat Adi berjalan, ia melihat ada tukang jamu tradisional. Dari situ muncul ide untuk berbisnis jamu. Saat dihubungi tim Fimela.com, Adi bercerita jika aawalnya ia ingin rebranding saja dengan cara membeli dari tukang jamu dan ia kemas kembali.
Namun setelah melakukan research, ia merasa kurang cocok dengan rasa dari yang dijual oleh tukang jamu. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sendiri jamu racikannya. Dengan segala trial and error, resep jamunya berhasil untuk dijual.
Disambut dengan positif
Dengan label Seko Bumi yang artinya "Dari Bumi" jamu yang ia jual cukup terjangkau. Adi membanderol dengan harga Rp 10 ribu rupiah untuk kemasan 250 ml, dan Rp 20 ribu rupiah untuk kemasan 500 ml.
Varian rasanya ada dua yakni Kunyit Asam dan Beras Kencur. Dan siapa sangka, jika pada minggu awal jualan, ia berhasil menjual hingga 200 botol. Bisnis yang ia mulai sejak awal Juli lalu kini memiliki pelanggan setianya. Hingga Oktober 2020, penjualan jamu Seko Bumi berhasil mencapai lebih dari 500 botol.
Rasa yang pas disertai manfaaat yang melimpah membuat jamu jadi minuman favorit saat ini. Adi juga bercerita jika hingga saat ini ia masih turun langsung ke dapur untuk meracik resep jamu buatannya. Dengan cara ini, tentu kualitas produk bisa terus terjaga.
Nah bagi kamu yang penasaran ingin mencobanya, Seko Bumi membuka Open Order setiap minggunya. Pantau terus info selengkapnya di Instagram @sekobumi untuk pemesanan jamu favorit kalian.
#ChangeMaker