Menjadi Anak Sulung Membuatku Tegar Sekuat Karang

Ayu Puji Lestari diperbarui 12 Okt 2020, 13:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Penulis: Tri Rahayu

Aku adalah anak sulung dari dua bersaudara. Statusku sampai sekarang single. Banyak yang berpikir di usia yang hampir ke 40 aku masih sendiri. Menjadi anak sulung kenyataannya tidak mudah. Berbagai urusan domestik keluarga sampai masalah keuangan tetap menjadi tanggung jawabku.

Tahun lalu aku mendaftarkan CPNS. Jelang ujian CPNS masalah keuangan juga krisis dalam usaha yang sudah kujalani selama 17 tahun tidak dapat kuatasi lagi. Akhirnya kuputuskan untuk menutup usaha setelah ujian dari Jakarta. Saat itu aku tidak punya banyak bekal uang untuk ujian. Sehingga berbagai masalah usaha juga keuangan menghantui ujianku.

Aku lulus passing grade namun tidak berada pada posisi teratas sehingga bisa dipastikan aku gagal. Kegagalanku beruntun manakala usai ujian aku harus pulang kampung, menutup usaha tanpa punya uang cadangan dan usaha cadangan.

2 dari 2 halaman

Menanggung Beban Keluarga dan Tetap Berusaha Bangkit

ilustrasi perempuan tersenyum/Photo by Conner Ching on Unsplash

Bagaimanapun menjadi anak sulung tetap punya tanggung jawab besar pada orangtua. Khususnya ibu. Ibuku seorang single parents, dan tidak produktif lagi. Sempat aku berputus asa saat benar-benar semua uang habis dan simpanan bahan pokok habis.

Memecahkan situasi sulit, aku berusaha mendaftar Prakerja. Ternyata pengumuman verivikasi aku lolos. Dari pelatihan itu, sebagian uang kugunakan untuk membeli bahan makanan juga nantinya ditabung untuk tambahan modal usaha. Dana Insentifku memang belum cair semua. Aku sangat bersyukur di tengah beratnya menopang ekonomi keluarga, Tuhan memberi uluran berupa perpanjangan rezeki dari pemerintah. Di saat kita terpuruk mungkin cara terbaik mengatasi masalah adalah menghadapinya diiringi dengan doa dan tawakal.

#ChangeMaker