Bukan Pembunuh Berantai, Kenali Perbedaan Psikopat, Sosiopat, dan Narsisis

Karla Farhana diperbarui 12 Okt 2020, 17:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Label kerap kali mudah diberikan kepada segelintir orang yang dianggap tidak sanggup melebur ke dalam masyarakat dan orang-orang sekitar. Padahal, labeling ibarat pisau tajam yang mampu melukai perasaan, bahkan karakter seseorang. Bukan hanya masyarakat, film dan media pun kerap memberikan gambaran salah pada orang-orang yang mengalami gangguan psikologis. 

Seperti psikopat, sosiopat, dan narsisis yang secara bergantian digunakan untuk menggambarkan orang-orang dengan gangguan psikologis yang berbeda. Ketiga gangguan psikologis ini kerap kali digambarkan sebagai penjahat, bahkan pembunuh berantai. Padahal, gambaran tersebut jauh dari definisi dan kebenaran dari ketiga bentuk gangguan psikologis ini. Lantas, apa saja perbedaannya? 

Narsisis vs Psikopat

Narsisme, menurut artikel Psychopath, Sociopath or Narcissist — How To Spot The Difference yang ditulis Kim Mia, memiliki gangguan pada self-esteem, sehingga mereka justru sebenarnya merasa insecure. Karena itu, mereka ingin semua orang di sekelilingnya juga merasa insecure. Ketika orang lain merasa insecure, narisisis akan merasa lebih superior dibandingkan dengan yang lain. 

Sementara, psikopat adalah orang yang sama sekali tidak menyesal saat melakukan sesuatu yang buruk. Mereka tidak peduli siapa yang terluka akibat omongan, perbuatan, dan sikap mereka. Mereka juga cenderung manipulatif, eksploitatif, kurang empati dan tidak peduli dengan konsekuensi tindakannya. Jadi, bukan berarti psikopat adalah pembunuh berantai yang berhati dingin, ya. 

 

2 dari 3 halaman

Sosiopat

ilustrasi kesehatan mental | pexels.com/@luisdalvan

Beda lagi dengan sosiopat. Meski kerap kali sering tertukar antara psikopat dan sosiopat, namun ada tembok kokoh yang menjadi pembeda di antara keduanya. Menurut Anti Social Personality Disorder, kunci untuk membedakannya adalah psikopat memiliki gangguan psikologis ini sejak lahir. Sementara, orang-orang yang baru mengidap penyakit tersebut saat sudah beranjak dewasa disebut sosiopat. 

Seorang sosiopat bisa saja seorang anak kecil yang tumbuh di sebuah lingkungan buruk dan melakukan banyak tindak kriminal karena lingkungannya. 

Jadi, sebaiknya Sahabat Fimela tidak memberikan label kepada orang lain meski sifat dan tindakannya tidak cocok dengan nilai yang kamu miliki dalam hidup. Selain itu, stop memberikan label gangguan psikologis kepada orang lain. Karena yang berhak memberikan diagnosa hanya psikiater atau psikolog. 

#ChangeMaker

3 dari 3 halaman

Simak Video Berikut