Fimela.com, Jakarta Dampak pandemi COVID-19 sangat memukul industri pariwisata Singapura yang terkenal dengan lanksap perkotaan dan teknologi. Sejumlah tempat wisata harus tutup dan membatasi kedatangan turis mancanegara untuk mengurangi potensi penyebaran COVID-19.
Akibat ditutupnya tempat pariwisata di Singapura, sejumlah kegiatan pameran yang sudah terencana pun harus dibatalkan. Asisten Manager Singapore Tourism Board Johannes Stevano Rahardjo menuturkan bahwa setidaknya ada 234 acara pameran atau MICE yang harus ditunda penyelenggaraannya akibat pandemi.
"Padahal setiap tahunnya ada 500-700 acara MICE yang diadakan di Singapura. Mendatangkan pengunjung internasonal sekitar 400ribu pengunjung. Sejak pandemi, ada 234 acara yang harus ditunda," ungkapnya dalam sesi webinar MICE, Rabu (9/10).
Salah satu cara untuk menyelamatkan industri pameran di Singapura adalah dengan mengubah konsep penyelenggaraan pameran. Kini, terjadi pergeseran tren yang memanfaatkan model digitalisasi yang disebut Hybrid Event.
Solusi selamatkan industri pameran Singapura
Konsep Hybrid Event ini menjadi kombinasi antara virtual dengan kegiatan fisik. Konsep ini diperkirakan akan jadi tren baru industri pameran masa depan akibat masih diberlakukannya pembatasan perjalanan di sejumlah negara. Diharapkan konsep ini dapat memulihkan ekonomi Singapura dan global, khususnya di industri MICE.
Terdampaknya industri pameran di Singapura mengakibatkan kerugian hingga hingga 587 juta dollar Singapura. Johannes menyebut industri pameran bisa kembali pulih di kuartal pertama 2021. Tentu dengan ketaatan protokol kesehatan selama perjalanan oleh para peserta pameran.
Simak video berikut ini
#changemaker