Fimela.com, Jakarta Saat ini, sebanyak 5 juta masyarakat Melbourne, Australia ada di minggu kesembilan dari tahap keempat lockdown dan bulan keenam dari imbauan untuk tinggal di rumah. Beberapa hal dari aturan sebelumnya telah dicabut, namun saat ini, Australia mash menjadi salah satu tempat yang paling terkunci di dunia untuk waktu yang lama.
Di tahap keempat atau tingkatan yang paling ketat dari lockdown, hanya bisnis penting yang dibuka dan ada banyak denda yang harus dibayar jika masyarakatnya melanggar aturan. Beberapa aturan yang ada di Australia.
1. Jam malam ditetapkan pada jam 8 malam dan denda sebanyak 1.652 dollar, sedangkan untuk pelanggar berulang akan dikenakan denda sebanyak 10.000 dollar.
2. Wajib mengenakan masker dan jika ada yang melanggarnya, harus membayar denda sebanyak 200 dollar.
3. Melanggar perintah isolasi setelah dinyatakan positif COVID-19 akan didenda sebanyak 4.957 hingga 20.000 untuk pelanggar berulang.
4. Kunjungan ke toko kelontong untuk 1 rumah hanya diperbolehkan 1 kali dan harus 1 orang.
5. Menghabiskan waktu lebih dari 1 jam di luar ruangan hanya diperbolehkan untuk tujuan olahraga.
6. Bepergian lebih dari 5km dari rumah akan diperiksa di pos pemeriksaan kendaraan untuk mobil dan sepeda.
Malia Makowicki berharap ia tak akan pernah secara tidak sengaja melanggar aturan-aturan tersebut. Malia adalah orang Amerika yang tinggal di Australia dengan pekerjaan tetap, kekasih yang sangat mencintainya, hak-hak pekerja yang dapat diakses, perawatan kesehatan yang gratis, dan ia merasa paling beruntung karena tinggal jauh dari kekacauan luar biasa dari Amerika Serikat.
What's On Fimela
powered by
Ketatnya aturan di Australia
Selama 6 bulan terakhir, tahapan lockdown di Melbourne bervariasi. Pada bulan Maret, Melbourne memberlakukan hal yang sama pada masyarakatnya dengan yang dilakukan oleh Amerika Serikat, yaitu himbauan untuk tinggal di rumah.
Awalnya, Malia memiliki pikiran yang sama seperti semua orang lainnya, yaitu pandemi ini hanya akan berlangsung paling lama hingga Juni. Di bulan Juni, Melbourne telah berhasil meratakan kurva kasus harian hingga menjadi 1 digit.
Kafe, galeri, dan toko telah dibuka kembali dengan kapasitas terbatas. Perbatasan antar negara bagian juga telah mulai dibuka.
Lalu, gelombang kedua pandemi COVID-19 melanda Australia. Seperti gempa susulan, gelombang kedua terasa lebih berat dan lebih keras.
Pada awal bulan Juli, pemerintah mulai melakukan tes COVID-19 dari rumah ke rumah di area tertentu dari Melbourne. Perbatasan negara bagian kembali ditutup dan hanya layanan penting saja yang dibuka.
Dengan kondisi di Amerika Serikat, Malia tidak bisa pulang kerumahnya
Di awal bulan Agustus, jumlah kasus harian di Victoria mencapai ratusan dan Melbourne masuk ke dalam tahap keempat lockdown. Kenyataan yang sangat berbeda yang dihadapi oleh Malia ketika dirinya melihat teman-temannya di Amerika Serikat melalui media sosial.
Unggahan teman-teman yang dilihatnya adalah orang-orang yang memakai masker namun tetap mengadakan pesta lajang, kelompok tertentu pergi berkemah, tidak ada jarak sosial di pesta makan malam. Jelas tidak bisa dibandingkan dengan upaya yang dilakukan oleh masyarakat Melbourne.
Perbatasan ke Australia ditutup untuk non warga negara dan perbatasan ke Victoria tertutup untuk semua orang. Malia harus menunggu status permanennya untuk bisa meninggalkan Australia.
Jadi, Malia melakukan segala hal, seperti mengirimkan paket perawatan kesehatan dan bunga ke orang-orang yang disayanginya di Amerika. Ia bertanya-tanya kapan ia bisa kembali memeluk dan berkumpul dengan orang-orang tersebut.
Satu setengah tahun yang lalu, Malia memutuskan pindah dan tinggal di Australia dan ketika ia baru mulai menjalin koneksi, pandemi COVID-19 melanda. Malia berharap Amerika Serikat dapat segera pulih, masyarakatnya segera sadar pentingnya mengenakan masker, sehingga ia bisa pulang ke rumah dan bertemu keluarganya.
#ChangeMaker