Fimela.com, Jakarta Yakin deh sebagian besar di antara kita, benda pertama yang kita cari dan pegang setelah bangun tidur pada pagi hari adalah ponsel. Begitu mata terbuka pada pagi hari, kita langsung tergerak untuk mengetahui hal-hal baru yang terjadi di dunia maya dan media sosial. Rasanya kita tak mau sampai ketinggalan isu dan tren terbaru.
Kadang kita tak sadar bahwa kita sudah terlalu bergantung dan kecanduan dengan ponsel. Banyak waktu berlebih yang kita habiskan di dunia maya. Kita seakan lebih sibuk di dunia online sampai mengabaikan sejumlah prioritas penting di dunia offline. Ya, tak bisa dipungkiri hidup kita sangat berdampingan dan tak bisa dipisahkan dari dunia maya.
Ada saatnya dalam hidup kita mengambil jarak sejenak dari keriuhan dunia maya. Meluangkan waktu khusus untuk menenangkan diri dan kembali menemukan jati diri kita. Kembali menemukan dan mengatur prioritas-prioritas utama dalam hidup.
"Kita berkumpul lewat gawai-gawai kita seakan hanya merekalah yang dapat memberi kenyamanan yang kita butuhkan, yang mampu menerima pikiran terdalam kita, yang dapat melepaskan kita dari kebosanan dan menghibur kita dengan cara-cara yang tidak akan dilakukan oleh sesama manusia." (Going Offline, hlm. 20)
Buku Going Offline karya Desi Anwar ini bisa pengingat kita untuk kembali menjalani hidup dengan lebih seimbang. Berisi sekumpulan artikel pendek dengan bahasa yang ringan, buku ini dapat menjadi teman terbaikmu saat kamu sedang butuh detoksifikasi media sosial. Terbagi menjadi dua bagian besar, Mengapresiasi Hidup dan Kehidupan serta Seni Kehidupan, buku ini membantu kita untuk kembali menemukan jati diri dan kenyamanan di tengah dunia yang penuh distraksi ini.
What's On Fimela
powered by
Buku Going Offline Karya Desi Anwar
Judul: Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi
Penulis: Desi Anwar
Editor: Indrijati Pudjilestari
Desain Sampul dan Tata Letak: Aditya Putra
Ilustrasi Buku: Sidney Islam & Aditya Putra
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Melalui media sosial dan realitas virtual, kehidupan online membuat kita terus terhubung dan selalu aktif. Ponsel cerdas kita adalah benda pertama yang kita raih saat bangun tidur dan yang terakhir kita letakkan sebelum tidur. Layar kecil di tangan kita itu memberikan kenyamanan, persahabatan, dan rangsangan yang membuat kita terus-menerus tertarik dan bersemangat serta mengalihkan perhatian kita dari dunia nyata. Bersamanya, kita jarang merasa bosan atau punya waktu untuk hanya duduk diam dan melamun.
Meskipun memberi kita banyak manfaat, tidak seharusnya kehidupan online menghilangkan kita dari kesenangan hidup di sini saat ini dan berinteraksi dengan dunia fisik. Seharusnya, kehidupan online tidak membuat kita lupa bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang nyata dan menghargai keindahan lingkungan kita, serta tidak membuat kita tersesat dalam gangguan terus-menerus.
Buku ini mengundang kita untuk meletakkan gadget sesekali dan menemukan kembali kesenangan sederhana menghabiskan waktu secara offline. Waktu di mana kita dapat terhubung dengan hal-hal indah di sekitar kita—bukan dengan teks, video, emoji, tetapi dengan mata, telinga, sentuhan, perasaan, imajinasi, dan semua indra kita. Going Offline adalah undangan untuk melakukan perjalanan yang membawa kita ke jantung kehidupan nyata itu sendiri—untuk menemukan dunia di luar dan bahkan untuk menemukan dunia di dalam, ke jantung tempat jati diri kita berada.
***
"Sesungguhnya, membaca itu merupakan latihan bagi otak kita, meningkatkan kemampuan berbahasa kita, memotivasi kita menjadi kreatif, memuaskan rasa ingin tahu kita, dan membuka pikiran kita dengan cara-cara yang tidak dapat dilakukan oleh kehidupan sehari-hari. Namun, yang terpenting, ketika Anda membaca, Anda merasa dunia menjadi hening. Anda fokus dan tidak bolak-balik terganggu oleh pikiran-pikiran sendiri atau berbagai gangguan dari gawai di sekitar Anda. Lepas dari tekanan. Mungkin Anda jadi merasa nyaman. Bahkan mungkin bahagia." (Going Offline, hlm. 57)
Kapan terakhir kali kamu tenggelam membaca sebuah buku dan merasa lebih rileks? Kadang karena berbagai kesibukan dan distraksi, kita merasa mudah gelisah. Setiap kali menggulir lini masa di media sosial, selalu muncul keresahan baru. Sibuk membanding-bandingkan diri dengan kehidupan orang lain dan malah membuat kita merasa sedih sendiri. Bahkan merasakan banyak tekanan baru.
Membaca tulisan-tulisan di dalam buku Going Offline ini kita seakan mengizinkan diri untuk kembali lebih rileks. Sedikit memanjakan diri dengan memberi waktu untuk diri sendiri menikmati sejumlah hal dan renungan yang luput dari keseharian kita. Setiap tulisan di buku ini mengandung pesan-pesan yang menghangatkan hati.
Bagi kamu yang beberapa waktu terakhir ini sering merasa gelisah karena berbagai gangguan atau distraksi, Going Offline bisa jadi buku yang tepat untuk kembali memeluk dirimu. Saatnya untuk kembali memaknai hidup dan melanjutkan hidup dengan kebahagiaan-kebahagiaan baru.
#ChangeMaker