Tips Mengasuh Anak Berkebutuhan Khusus yang Mengidap Cerebral Palsy

Adinda Tri Wardhani diperbarui 01 Okt 2020, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Semua orangtua yang menanti kedatangan buah hati ke dunia tentu mengharapkan anaknya terlahir sehat tanpa kurang satu apa pun. Segala yang terbaik terus terucap dalam doa untuk buah hati mereka. Namun, ada beberapa anak yang terlahir dengan keistimewaan. Salah satunya adalah Cerebral palsy, penyakit yang menyerang otak dan menyebabkan gangguan perkembangan pada organ tubuh anak. 

Hal inilah yg dialami oleh Iis R. Soelaeman, sebagai orangtua dari Rana. Kebetulan anak keduanya ini mengidap cerebral palsy, ia membagikan pengalamannya dalam mengasuh si kecil. di acara Popmama Parenting Academy 2020 bersama Tokopedia 

1. Mencari tahu banyak hal kepada dokter ahli

Masih minim pengetahuan tentang cerebral palsy, Iis mengaku bahwa dirinya menemukan banyak tantangan. “Saat itu, Rana belum genap berusia 7 bulan saat didiagnosa cerebral palsy. Awalnya, hanya radang otak, kemudian koma 10 hari, dan saat kondisinya berangsur membaik, kondisi Rana sudah tidak seperti sebelumnya,” cerita Iis saat pertama kali diberitahu mengenai kondisi Rana.

Saat itu, sumber satu-satunya untuk memperoleh informasi seputar cerebral palsy adalah dokter yang menangani Rana. Setidaknya ada tujuh dokter spesialis yang merawat Rana di rumah sakit. Iis menuturkan, “Saya terus bertanya tentang cerebral palsy. Saya sadar bahwa Rana akan pulang, tidak selamanya di rumah sakit, jadi tanggung jawab perawatan di rumah secara penuh ada di tangan saya.”

Lebih detailnya, Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah suatu jenis penyakit yang menyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan perkembangan otak, yang biasanya telah terjadi semenjak anak masih berada di dalam kandungan. 

2. Suka duka mengasuh anak pengidap cerebral palsy

Rupanya, ada banyak kebiasaan yang harus disesuaikan dengan kondisi Rana. “Awalnya shock saat mengetahui kondisi Rana. Belum lagi tantangan baru ketika ia sudah dirawat di rumah. Rana terbiasa tidur satu jam, bangun tiap interval dua jam, dan begitu terus setiap hari. Ini sangat mempengaruhi kondisi kita sebagai orangtua, tidak hanya fisik, tapi juga psikologis,” ungkap Iis.

Situasi lingkungan sekitar yang tak suportif juga membuat segala sesuatunya makin sulit. “Cara mereka memperlakukan Rana berbeda, ada pula yang seolah menyarankan untuk menyerah dengan kondisi Rana,” jelasnya.

Meski Rana Memiliki seorang kakak dan adik, Iis tak ingin membedakan pola asuh di antara ketiganya. Justru, Iis melibatkan kedua anaknya yang lain agar lebih paham tentang apa yang dialami oleh Rana. “Saya mengajak kedua anak saya untuk ikut ke dokter agar mereka dapat mendengar penjelasan dokter secara langsung. Saya juga bebaskan mereka untuk bertanya pada dokter,” ujar Iis.

Keadaan rumah yang menerima kondisi Rana dengan penuh cinta dapat menciptakan situasi yang menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga. Iis menambahkan, "Jangan selalu fokus pada hasilnya, tetapi fokuslah pada proses penyembuhannya. Bagaimana pun, saya jadi menyadari bahwa melalui Rana, saya memperoleh kebahagiaan, kekuatan, dan belajar ikhlas.”

 

2 dari 2 halaman

3. Komunitas sebagai bentuk dukungan moral dan penyemangat

Dukungan dan semangat pada para orangtua yang memiliki anak pengidap cerebral palsy. (Foto: Unsplash)

Bukan tanpa perjuangan, Iis pun pernah berada pada titik terendahnya. Setiap saat ia memikirkan tentang apa yang menimpa Rana, Iis larut dalam tangis. Suatu saat, ia berpikir bahwa pasti ada banyak orang tua di luar sana yang sama awamnya dan sama sedihnya dengan dirinya. Berangkat dari pikiran itulah, Iis membulatkan tekadnya untuk mendirikan Rumah Cerebral Palsy, sebuah komunitas bagi para orangtua yang bernasib sama dengannya. 

“Gabung ke komunitas seperti ini sangat membantu orang tua. Kita dapat saling bertukar informasi, keluh kesah, tips and trick, dan masih banyak lainnya. Berada di lingkungan yang 'senasib' rasanya begitu melegakan. Mereka seolah jadi penyelamat saya," tutur Iis.

Itulah mengapa, ia ingin turut memberikan dukungan dan semangat pada para orangtua yang memiliki anak pengidap cerebral palsy. “Kita ingin para orang tua tidak merasa sendirian, terutama saat melewati kondisi ini,” imbuh Iis menutup perbincangan malam itu. 

Popmama Parenting Academy 2020 bersama Tokopedia