Fimela.com, Jakarta Peringatan Hari Kesaktian Pancasila sangat terkait dengan peristiwa G30S atau Gerakan 30 Septemer. Peristiwa pembunuhan terhadap 6 jeneral TNI AD dan satu periwira TNIAD, yaitu Ahmad Yani, Raden Soeprapto, Mas Tirtodarmo Haryono, Siswondo Parman, Donald Isaac Panjaitan, Sutoyo Siswodiharjo, dan Pierre Andreas Tendean.
Dilansir dari Liputan6, peristiwa yang terjadi di tahun 1965 ini terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menuduh para jenderal akan bertindak makar terhadap Soekarno melalui Dewan Jenderal. Keenam jenderal dan satu perwira TNI AD tersebut dibawa dan dimasukkan ke dalam sumur berdiameter 75 sentimeter, dengan kedalaman 12 meter, yang terletak di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Kemudian, pasukan Letkol Untung keesokan paginya mengambil alih Radio Republik Indonesia (RRI) dan menyebarkan propagandanya. Untungnya, Kostrad mampu merebut kembali RII dan jenazah Ahmad Yani beserta keenam orang lainnya ditemukan di Lubang Buaya.
Mayjen Soeharto berhasil meredam pemberontakan ini selama 5 hari. Sisa-sisa pemberontakan diburu ke seluruh penjuru, termasuk Aidit, yang diduga otak G30S. Pemerintah kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September, sementara 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
What's On Fimela
powered by
Perkabungan Nasional
Bukan hanya sekadar hari bersejarah, peneliti media Ashadi Siregar mengatakan kepada Liputan6, Hari Kesaktian Pancasila mengandung makna perkabungan nasional. Menurutnya, berbagai pemberontakan dan anti Pancasila perlu disikapi dengan pemahaman kesjarahan yang bersifat rasional. Bukan dengan irasionalitas keyakinan saktinya Pancasila.
#ChangeMaker