Fimela.com, Jakarta Batik sudah dikenal sebagai salah satu warisan budaya Indonesia. UNESCO pun menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia. Sebagai salah satu wastra kuno, batik dapat dikombinasikan dengan lain menjadi perpaduan yang harmoni.
Seperti yang dilakukan Maquinn Couture, sebuah merek modest lokal yang menghadirkan koleksi busana akulturasi budaya Indonesia dan Eropa bertajuk "Pilgriamage". Koleksi ini tampil di salah satu sesi Milan Fashion Week 2020 di Palaz.zo Visconti di Modrone, Italia.
Janice Pradipta Setyawan dan Benita Pradipta Setyawan yang menjadi creative director Maquiin Couture menjelaskan dalam sesi konferensi virtual bahwa koleksi ini menggambarkan keberagaman yang harmoni di masa lalu dari kehidupan pada leluhur melalui motif batik.
“Menyelarasakan dua budaya dari dua benua dengan tetapmenjaga keasliannya, tidaklah mudah. Agar tercipta busana yang indah, kekayaan batik Indonesia harus seirama dengan kekuatan fashion Eropa. Karenanya, kami memilih ‘Pilgrimage’ sebagai tema juga nyawa busana-busana kami,” ungkap Janice.
Menggunakan motif floral pada batik
Secara keseluruhan, koleksi ini menampilkan gaya moden floral. Unsur floral yang mencolok merupakan adaptasi dari motif batik Pekalongan yang kerap digunakan oleh masyarakat Indonesia. Sementara, gaya Eropa yang modern dipilih menjadi siluet untuk mengaplikasikan batik pada gaya tersebut.
Lewa koleksi Pilgrimage, Maquinn Couture ingin menampilkan sisi feminin yang luwes, indah, dan segar namun tetap memiliki kesan kuat dan megah. Dipilih kain tenun sutra, tinta emas, dan kulit asli sebagai bahan yang mendominasi koleksi ini untuk menggambarkan kesan elegan dan mewah.
“Kain batik kami diproduksi dengan mempertahankan cara tradisional. Mulai dari penenunan kain sutra, penggambaran motif batik, hingga jadi kain batik yang siap diolah, semua proses kami jaga keasliannya. Keunggulan batik bukan semata pada coraknya, melainkan dari proses pembuatannya juga,” ungkap Benita.
Untuk semakin memperkuat kesan megah indah, batik pada koleksi ini diaplikasikan dengan menggunakan teknik beading dan embroidery. Keduanya dipilih untuk memberikan sentuhan dengan kesan yang tegas dan elegan.
Terinspirasi dari lukisan
Desain motif pada koleksi Pilgrimage ini terinspirasi dari lukisan karya Lucas Cranach the Elder pada 1562 yang dibingkai dengan batik menjalar. Lukisan ini memiliki latar di sebuah taman dengan seorang pria dan wanita berdiri dekat pohon serta dikelilingi hewan dan tanaman.
Yang menjadi perhatian lain dari koleksi ini adalah ornamen busana dan aksesori kepala yang terinspirasi dari ranting. Ranting dibuat sebagai akseosri mulai dari bagian dada hingga melebihi kepala. Ranting dipilih karena mampu menahan beban, daun, bunga, bahkan buah meski terlihat ringkih dan tidak berdaya.
"Kami ingin mengesankan bahwa meski Indonesia bukanlahnegara adidaya, tampaknya kecil dan getas seperti ranting,nyatanya Indonesia kuat dan mampu menjaga dan meneruskan kebaikan leluhurnya, hingga generasi berikutnya mencapai tempat yang lebih tinggi," kata Benita.
Dari setiap motif batik yang ditampilkan dalam koleksi ini, emas menjadi warna yang sangat dominan digunakan. Selain memberikan kesan mewah, desainer kembar ini juga ingin menyematkan mimpi mereka untuk membawa batik Indonesia di dunia internasional dan menjadi kebanggaan dunia.
Simak video berikut ini
#changemaker