Makin Dewasa, Makin Berhati-hati Mengelola Uang

Endah Wijayanti diperbarui 28 Sep 2020, 10:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada yang bilang uang bukan segalanya. Hanya saja uang tetaplah kita butuhkan dalam kehidupan. Mengatur keuangan, membuat rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu, mewujudkan impian melalui perencanaan finansial yang baik, rencana investasi dan membeli rumah, hingga pengalaman terkait memberi utang atau berutang pasti pernah kita alami. Banyak aspek dalam kehidupan kita yang sangat erat kaitannya dengan uang. Nah, dalam Lomba Share Your Stories September 2020: Aku dan Uang ini Sahabat Fimela semua bisa berbagi tulisan terkait pengalaman, cerita pribadi, kisah, atau sudut pandang terkait uang. Seperti tulisan berikut ini.

***

Oleh: Cynthia Der Waskuri

Dahulu aku memiliki hubungan love & hate pada uang terutama saat aku tidak tahan untuk melakukan guilty pleasure yang sangat memabukkan mata tapi menyakiti hati dan pikiranku serta pastinya dompetku. Menyenangkan tapi kadang mengesalkan.

Masa muda aku cenderung suka membeli barang yang sangat aku suka atau aku impikan bahkan sesuatu yang baru aku lihat dan terlihat cute dan menarik pasti aku beli. Aku bisa membeli barang hanya karena kemasan atau bentuknya lucu, saat sampai di rumah aku menikmatinya dan merasa benar telah membelinya. Namun setelah seminggu ternyata barang itu hanya tersimpan di lemari atau bahkan belum aku buka kemasannya.

Ada dua hal yang membuatku sayang untuk memakainya, pertama adalah karena bentuknya terlalu menarik sehingga aku takut merusaknya hingga berpikir itu limited edition dan kedua karena aku kebingungan bagaimana, di mana dan kapan waktu yang tepat untuk memakainya. Hal ini bisa terjadi berulang kali saat aku kalap membeli baju dan pernik-pernik lucu tanpa perencanaan alias lapar mata.

Namun seiring waktu aku berusaha lebih bijak dalam menentukan barang apa yang harus aku beli, barang seperti apa yang pantas aku beli, dan barang apa yang mampu aku beli. Selain itu aku mempertimbangkan tiga hal lain yaitu apakah barang itu akan berfungsi baik dan dalam jangka waktu lama, apakah barang itu memiliki nilai atau model sepanjang masa, dan apakah barang itu akan terus aku pakai berulang kali dalam beberapa tahun kedepan atau hanya akan tersimpan dalam lemari atau gudang alias hanya benda mati yang cantik tanpa memiliki fungsi di hidup aku.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Perubahan dalam Mengatur Uang

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Aku bersyukur tidak pernah memiliki kartu kredit, pernah tertarik untuk memilikinya tapi mengurungkan saat aku mendengar cerita pengalaman teman dengan kemudahan memiliki kartu kredit membuat dia berbelanja melebihi kemampuannya, bahkan menyaksikan sendiri orang yang terjerat hutang kartu kredit akibat gaya berbelanja yang tidak terkontrol sehingga berefek pembayaran tagihan membludak dan harus membayar bunga akibat keterlambatan pembayaran kartu kredit. Sejak itu aku bertekad untuk tidak akan membeli barang menggunakan kartu kredit, dan hanya akan membeli barang saat uangnya sudah ada dan saat aku benar-benar membutuhkannya bukan hanya keinginan membeli mengikuti tren dan emosi tanpa ada tujuan dan fungsi yang jelas dari barang itu.

Semakin aku berumur, aku semakin bisa mengerem keinginan berbelanja barang yang tidak terlalu penting bagi aku, apalagi di masa pandemi ini. Semua hal bisa jadi penuh pertimbangan dan hanya berbelanja sesuatu yang sangat dibutuhkan dan bisa dijadikan sebagai persediaan, berguna dalam kehidupan sehari-hari dan berlangsung lama. Aku semakin menyadari dan memahami suatu konsep yang sekarang aku terapkan agar uangku benar-benar dipergunakan dengan sebaik mungkin bukan hanya sebagai pemuas sesaat dan hanya digunakan untuk memamerkan pada orang lain.

Selain itu fakta di dunia yang diluar kendali kita seperti kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita dan tidak semua orang terlahir dari keluarga kaya, cantik, dan memiliki bakat alami yang memudahkan kita memperoleh uang dan segala kenyamanan di dunia. Dan aku memahami bahwa hanya diri sendiri yang harus mau berjuang penuh tekad dan usaha yang tepat agar bisa memenuhi tujuan hidup yang nyaman meskipun tidak terlahir dengan latar belakang penuh keberuntungan itu. Aku merasa terlalu terlambat untuk menyadari dan memahaminya sehingga dahulu hanya fokus pada hal-hal sementara bukan untuk kenyamanan di masa kini dan masa mendatang.

Selama masa pandemi ini hampir setahun aku tidak membeli baju dan dress baru, karena memang tidak akan terpakai juga karena protokoler kesehatan yang melarang kita untuk bepergian dan mengadakan perayaan dengan meriah. Ada beberapa lipstik yang hampir kedaluwarsa saking terlalu lama di rumah saja dan tidak berkebutuhan untuk berdandan. Efek adanya kewaspadaan ke tempat-tempat umum mengakibatkan kebiasaan orang berbelanja secara online meningkat, ditambah cukup banyak godaan diskon kosmetik yang menggugah mata, hati, dan pikiranku. Ya, banyak brand kosmetik incaran aku yang memberi diskon yang membuatku membayangkan setiap hari jika aku memakai produk itu, ditambah banyak beauty vloggers yang mengulasnya bagus membuatku makin tergila-gila dan tidak sabar untuk membelinya.

Meskipun aku hanya tergoda pada lipstik merah, maskara, dan eye shadow dengan wana natural yang sangat simpel, namun gaya berbelanja di masa pandemi ini membuat aku sangat memperhatikan detail dan berhati-hati dalam menentukan merk dan produk apa yang harus aku beli, karena produk itu akan selalu aku pakai minimal satu tahun lamanya, jadi lebih baik membeli produk yang berkualitas meskipun mahal tetapi tidak akan mengecewakan aku ke depannya. Logikanya adalah jika aku salah memilih, maka aku akan terus membeli sampai mendapatkan yang pas dan jatuhnya malah membuatku boros. Jadi sebisa mungkin sebelum membeli harus mencari review jujur dan realistis agar tidak termakan iklan penuh janji memukau nan manis.

3 dari 3 halaman

Mengatur Prioritas dengan Lebih Baik Lagi

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Aku menerima voucher diskon yang bisa aku pergunakan untuk membeli produk yang diincar tersebut. Namun setelah aku memahami mekanismenya dan mengecek harga normal, ternyata ongkos kirimnya cukup mahal dan hampir mendekati nilai dari voucher diskon yang aku terima. Hal itu membuatku kembali berpikir ulang dan menimbang. Apakah produk yang akan aku beli sangat aku perlukan disaat pandemi ini, apakah aku benar-benar akan mempergunakannya setiap hari, dan apakah aku akan baik-baik saja saat tidak memakainya. Dan keputusan akhirnya adalah aku tidak jadi membeli produk itu dan ternyata hidupku baik-baik saja. Aku bisa tertawa puas dalam hati karena merasa menang dengan peperangan dua kubu di hati dan otak aku karena bisa mengerem dan menunda membelinya dan uangnya bisa dipergunakan untuk hal yang lebih penting, namun mungkin kelak saat aku benar-benar membutuhkannya aku akan segera membelinya.

Efek pandemi pada cara penggunaan uangku menjadi lebih bijak dan bermanfaat. Aku lebih menghargai setiap nilai dari rupiah meskipun hanya lima ratus rupiah. Ini bukan masalah pelit atau hemat. Tapi dengan keterbatasan dan dorongan agar lebih berhati-hati untuk membelanjakan uang, membuat aku lebih menghargai nilai setiap barang yang aku beli dan mensyukurinya. Mungkin bagi beberapa orang uang receh tidaklah begitu diperhatikan, tapi uang receh itu telah menyelamatkanku beberapa kali saat masa urgent tak terduga dan tak terpikirkan. Karena nilai satu juta rupiah tidak akan satu juta jika kurang lima ratus rupiah.

Dan jika uang receh lima ratus rupiah dikumpulkan dan berjumlah banyak setelah dihitung malah kita seperti mendapat sedikit harta karun. Mungkin remeh tapi itu menyenangkan dan menghibur disaat diperlukan. Jika kita tidak menikmatinya, maka berikanlah kepada keponakan atau anak kecil yang suka mengoleksinya, letakkan dalam wadah yang menarik, dia pasti akan gembira seakan menerima sebuah harta yang harus dijaga dan tugas menyenangkan untuk mengisinya yang nantinya bisa dia pergunakan untuk membeli sesuatu. Mungkin dia akan selalu teringat akan hadiah dari kita yang unik itu.

Semoga setiap orang tetap bersemangat dan selalu bersyukur, karena rasa memiliki uang sedikit, uang lebih, atau mendapatkan uang tambahan adalah sebuah mindset. Pikiran dan hati kita yang bisa mengontrol tingkat ketakutan akan kekurangan atau kehilangan uang dan jangan pernah menyebarkan keresahan ini secara gamblang kepada orang terdekat kita meskipun sedang kekurangan, karena tanpa menyampaikannya pun semua sudah memahami. Selama masih berusaha dan masih mendapatkan rezeki meskipun kecil, tetaplah bersyukur karena dengan sikap dan mental positif akan membawa suasana hati dan orang sekitar kita lebih nyaman dan penuh harapan. Aku yakin masa pandemi tidak menyenangkan ini akan berakhir dengan baik agar kehidupan kembali normal dan penuh keceriaan serta merasakan kenyamanan seperti dahulu lagi.

 

#ChangeMaker