Fimela.com, Jakarta Isu kenaikan suhu permukaan bumi yang menyebabkan perubahan iklim dan perubahan alam, seperti kebakaran hutan, masih juga menjadi polemik. Belum lagi menurunnya kuantitas air dan kepunahan spesies. Masalah sampah plastik pun masih menjadi pusat perhatian.
Untuk itu, Procter & Gamble (P&G), salah satu perusahaan consumer goods berkskala global kembali berkomitmet untuk menetralisasi dan mengurangi tingkat emisi karbon sebanyak 50 persen pada 2030 mendatang. Dalam satu dekade ke depan, P&G di seluruh dunia akan mengurangi separuh emisi gas rumah kaca pada proses produksi, serta meningkatkan eifisiensi energi.
Caranya, dengan membuat kemasan produk yang 100 persen bisa didaur ulang dan menggunakan 100 persen listrik terbarukan secara global. Untuk itu, P&G akan mengurangi penggunaan air dan palm oil serta menerapkan proses produksi dan operasional usaha yang eco-friendly.
Hingga Agustus 2020, setengah dari target komitmen ini sudah terlampaui, dengan mengurangi 25% efek rumah kaca, 21% penggunaan energi, dan meningkatkan kesadaran mendaur ulang kemasan bekas hingga 92%.
P&G di Indonesia
Di Indonesia, P&G juga melaksanakan hal yang sama untuk menjaga kelestarian alam dan bumi. Selama lebih dari 30 tahun, P&G Indonesia memastikan setiap aktivitas mempertimbangkan aspek lingkungan. Mulai dari produksi, packaging, supply produk, pemasaran, dan lain-lain
P&G Indonesia menerapkan prinsip responsible consumption dengan program perbaikan berkelanjutan seperti efisiensi penggunaan air dan energi di pabrik.
“Pabrik P&G di Karawang telah tersertifikasi Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) dari US Green Building Council sejak berdiri di 2012 hingga sekarang dan akan menerapkan prinsip yang sama untuk pengembangan pabrik kedepannya. Jika tidak ada aktivitas pergerakan di dalam ruangan, sensorakan mendeteksi dan lampu otomatis mati. 21% dari air yang digunakan untuk keseluruhan produksidi pabrik dan untuk kegiatan operasional merupakan hasil daur ulang,” ujar Senior Director P&G Indonesia Bharath Seshadri.
Dalam proses produksi, plant Karawang tidak lagi memakai solar sebagai bahan bakar mesin boiler, tetapi telah beralih menggunakan gas bumi dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang memiliki emisi CO2 yang jauh lebih rendah dibanding solar.
#Changemaker