Fimela.com, Jakarta Di tengah pandemi Corona yang masih melanda dunia, perekonomian Indonesia kini sedang terancam mengalami resesi. Dilansir dari Forbes (23/9/20), resesi merupakan kegiatan ekonomi yang mengalami penurunan signifikan selama berbulan-bulan, bahkan bisa juga hingga bertahun-tahun.
Resesi ini membuat perekonomian suatu negara berjuang mati-matian. Dampaknya bagi masyarakat ada banyak, seperti banyak orang yang akan kehilangan pekerjaan, penjualan perusahaan berkurang, dan output negara menurun.
Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) saat ini sudah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 minus 2,9 hingga minus 1,0 persen. Artinya, dilansir dari Liputan6, Indonesia kini akan masuk ke dalam jurang resesi.
“Kementerian Keuangan melakukan revisi forecast pada bulan September ini, yang sebelumnya kita memperkirakan untuk tahun ini adalah minus 1,1 hingga positif 0,2 persen. Forkes terbaru kita pada bulan September tahun 2020 adalah pada kisaran minus 1,7 hingga minus 0,6,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam APBN Kita, Rabu (23/9/2020), seperti dikutip dari Liputan6.
Ancaman resisi ini mungkin membuat banyak orang sedikit panik. Apalagi, resesi terjadi di tengah pandemi Corona yang masih melanda. Untuk memahaminya lebih jauh, berikut 3 fakta penting tentang resesi.
1. Dana Cadangan
Selain PHK, kemungkinan yang akan terjadi ketika Indonesia resesi adalah daya beli masyarakat yang menurun. Karena itu, harga-harga akan terasa lebih mahal. Sebelum resesi terjadi, penting sekali untuk berhemat dan mengelola keuanganmu dengan baik. Meski berinvestasi itu penting, namun jangan lupa juga untuk menabung demi dana cadangan yang bisa dengan cepat kamu cairkan, jika sewaktu-waktu diperlukan.
2. Depresi Ekonomi
Resesi memang bisa saja berlangsung selama berbulan-bulan, atau bahkan beberapa tahun. Namun, jika resesi berlangsung selama 3 tahun atau lebih, keadaan ini dinamakan dengan depresi ekonomi, dimana resesi ektrem terjadi dan menyebabkan penurunan GDP riil minimal 10 persen.
3. PSBB Jakarta
Liputan6 menulis, para ekonom menilai PSBB bakal memperparah jurang resesi. Ekonom Piter Abdullah mengatakan, tanpa pengetatan PSBB resesi sudah diyakini akan terjadi, apalagi dengan adanya PSBB.
“Tanpa pengetatan PSBB resesi sudah diyakini akan terjadi. Apalagi dengan PSBB,” ujarnya kepada Liputan6.
Piter juga mengatakan, jika resesi ini berlangsung hingga akhir tahun, dampaknya akan sangat besar terhadap perekonomian Indonesia.
“Pertanyaannya, akan berapa lama pengetatan ini berlangsung? Kalau lama, misal hingga akhir tahun, dampaknya akan besar. Ekonomi Akan benar-benar kembali terpuruk. Penyaluran kredit Akan kembali terhenti,” pungkas Piter.
#ChangeMaker