Fimela.com, Jakarta Penyebaran virus COVID-19 kini semakin meningkat di sejumlah daerah dan bahkan negara lainnya. Kenaikan jumlah pasien membuat tenaga medis kewalahan bahkan sejumlah rumah sakit kekurangan ruangan untuk merawat para pasien.
Selain itu, peningkatan jumlah angka kematian yang disebabkan virus ini juga terus meningkat. Bahkan tenaga medis turut gugur karena terinfeksi virus corona dari pasiennya. Ini terjadi tidak hanya di Indonesia, bahkan dunia pun mengalami hal serupa. Banyak tenaga medis yang memiliki risiko tertular virus ini. Seperti berita baru-baru ini, seorang dokter residen muda telah meninggal karena virus COVID-19 setelah 2 bulan melawan penyakit tersebut.
Melansir dari people.com (23/9), Adiline Fagan yang berusia 28 tahun ini berada di tahun kedua residensi di sebuah rumah sakit di Houston, Texas, di mana dia bekerja di unit OB/ GYN. Fagan, yang bersal dari Central New York, dibawa ke ruang gawat darurat pada 8 Juli dan dinyatakan positif COVID-19. Dia ditempatkan di ruang karantina, di mana kondisinya semakin memburuk.
Alami Pendarahan Hebat, Nyawa Fagan Tak dapat Diselamatkan
Saudari Fagan, Maureen mengatakan bahwa, Fagan saat itu jatuh sakit setelah bekerja. Ketika tes mengatakan bahwa dia terinfeksi virus corona, maka ia dirawat di unit gawat darurat rumah sakit. Ketika kondisinya semakin memburuk, Fagan ditempatkan di ventilator pada tanggal 3 Agustus. Malam itu, keadaan mulai tidak stabil, dokter mengatakan bahwa dia tidak dapat merespon ventilator dengan baik. Maka dokter mengambil langkah akhir untuk menempatkan Fagan pada mesin ECMO yang mengoksigenesi darah.
Pada saat itu, Maureen mengatakan bahwa saudara perempuannya harus menggunakan ventilator selama 6-8 minggu. Pada tanggal 19 September, ayah Fagan, Brant, membagikan pembaruan tentang kondisi Fagan. Ia mengumumkan bahwa Fagan telah meninggal. Fagan ditemukan tidak responsif oleh perawatnya pada malam sebelumnya dan dibawa untuk menjalani CT scan, yang menunjukkan bahwa dia mengalami pendarahan otak yang parah.
Ahli bedah saraf mengatakan , kesempatan untuk hidup mungkin lebih kecil, tetapi Fagan akan memiliki beberapa keterbatasan kognitif dan sensorik yang parah jika dia dapat bertahan, ujar dokter Brant. Semua orang sangat terharu oleh kejadian tersebut yang dirasakan dokter dan sejumlah perawat. Sistem vaskular pada Fagan juga telah diserang oleh virus yang mengakibatkan pendarahan. Mereka menghabiskan menit yang tersisa dengan berpelukan, menghibur dan berbicara dengan Fagan hingga detik terakhir ia pergi untuk selamanya.
Cek Video di Bawah Ini
#Changemaker