Saat Hanya Suami yang Berpenghasilan, Istri Perlu Pintar-Pintar Mengelolanya

Endah Wijayanti diperbarui 23 Sep 2020, 10:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada yang bilang uang bukan segalanya. Hanya saja uang tetaplah kita butuhkan dalam kehidupan. Mengatur keuangan, membuat rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu, mewujudkan impian melalui perencanaan finansial yang baik, rencana investasi dan membeli rumah, hingga pengalaman terkait memberi utang atau berutang pasti pernah kita alami. Banyak aspek dalam kehidupan kita yang sangat erat kaitannya dengan uang. Nah, dalam Lomba Share Your Stories September 2020: Aku dan Uang ini Sahabat Fimela semua bisa berbagi tulisan terkait pengalaman, cerita pribadi, kisah, atau sudut pandang terkait uang. Seperti tulisan berikut ini.

***

Oleh: Mehilda Rosdaliva

Uang sangat dekat dengan kebutuhan hidup manusia. Kita semua tahu bahwa dengan uang kita bisa mendapatkan barang atau jasa yang kita butuhkan atau sekedar inginkan, namun yang perlu kita ingat adalah semua itu terbatas.

Pelajaran ekonomi adalah pelajaran yang paling mudah, terbukti semua orang tanpa sekolah tinggi pun tahu tentang uang. Aku adalah ibu rumah tangga dengan satu orang anak. Suamiku bekerja sebagai aparatur sipil negara. Meskipun sebagian besar kewajiban terpikul di atas pundak suami, misalnya mencukupkan belanja setiap bulan, tapi istri mempunyai kewajiban pula, yang beratnya sama dengan kewajiban suami, yaitu mengatur belanja bulanan. Bahkan lebih baik lagi kalau bisa sisa dan bisa untuk tambahan investasi yang bisa digunakan pada saat situasi terdesak atau darurat.

Kalau setiap hari menyimpanan sehelai benang, tentu lama-lama menjadi sehelai kain. Setiap hari simpan uang Rp1.000 satu bulan uang menjadi Rp30.000 dan itu sudah bisa untuk membeli tiga tanaman jeruk (limau, nipis, purut) yang satu tahun kemudian sudah bisa dipetik untuk kebutuhan dapur selamanya. Mantap, kan!

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Mengatur Keuangan dengan Bijak

Ilustrasi menabung/copyright shutterstock

Belanja adalah aktivitas rutin para perempuan, baik membelikan anak kuncir rambut, membeli susu anak, hingga rajin membeli jamu awet muda. Belanja itu kebendaan. Aku adalah seorang istri dan ibu sekarang, bagaimana caraku menyemarakkan rumah tangga dengan perencanaan keuangan yang baik itu yang selalu menjadi ujian hidup asli selepas menuntut ilmu di daerah kasunanan dan kasultanan. Tertata, runtun, dan elok itu adalah tiga kata yang wajib dimiliki para putri keraton. Aku harus sanggup seperti itu juga di keratonku, di rumahku. Putri keraton lebih rendah kedudukannya daripada seorang sultan atau raja. Seseorang yang lebih banyak haknya tentu lebih banyak pula kewajibannya.

Uang bagiku bagai instrumen musik. Mau kita bawa nada tinggi atau rendah terserah. Syukur atas berapa pun yang diterima. Aku bersyukur menghirup udara tidak pakai uang, memandang anakku menangis dan tertawa, merasakan manis, asin, asam, pahitnya makanan dan minuman, masih melihat tanah disekitar rumah dan bebas mengambilnya untuk dibuat bercocok tanam.

Uang bagiku adalah kecukupan. Mau kita cukupkan segini atau segitu. Bisa! Yakinlah seberapa pun benda dan keperluan yang kita rencanakan untuk sebulan penuh cukup. Kalau tenang, pasti kita dapat melihat hikmah di balik setiap perkara. Always put yourself in others' shoes. 

Kalau dimisalkan penghidupan di dalam rumah tangga dengan tonil, adalah suami menjadi pemain, istri di belakang layar yang bertugas menjaga turun naiknya layar, lampu-lampu dan jalan cerita. Atau seumpama sebuah kapal, suami adalah kapten dan si istri menjadi penjaga mesin. Uang bisa kuatur sedemikian rupa tapi uang tidak bisa mengaturku. 

#ChangeMaker