Fimela.com, Jakarta Pada bulan April 2020, Save the Children mengadakan Penilaian Cepat Kebutuhan (Rapid Need Assessment/RNA) Dampak COVID-19 di 32 provinsi, dengan melibatkan 11.989 orang tua melalui data primer dari survey online dan 4.698 guru melalui data sekunder.
Hasil survey ini dilengkapi dengan dari berbagai sumber terpercaya seperti gugus tugas COVID-19, BPS, kementerian, universitas, serta sumber lainnya. Adapun lingkup yang dikaji adalah kapasitas, risiko, dan kerentanan, khususnya yang berdampak besar terhadap anak-anak di Indonesia.
Dua point penting dari survey tersebut adalah anak-anak tuna grahita mengalami kesulitan memahami informasi dan panduan kesehatan. Anak tuna netra lebih berisiko terkena COVID-19 karena berjalan dengan cara menyentuh permukaan benda-beda disekitarnya.
"Kami mengusahakan agar akses PJJ baik itu berupa materi pengajaran maupun akses internet bisa dijangkau oleh keluarga dengan anak disabilitas. Namun itu masih menjadi tantangan buat kami di lapangan," ujar Aswin Wihdiyanto dari Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khusnul Khuluq, seorang aktivis disabilitas dari Kerjadibilita mengatakan, sebelum Covid-19 pun kelompok penyandang disabilitas sudah mendapat banyak tantangan untuk memasuki dunia kerja. Namun bukan berarti tidak ada sama sekali kesempatan untuk mereka memasuki dunia kerja, karena masih ada usaha yang masih bisa dilakukan untuk bisa meningkatkan peluang mereka memasuki dunia kerja.
What's On Fimela
powered by
Fakta permasalahan anak-anak dengan disabilitas selama pandemik
Fakta permasalahan seputar tantangan yang dialami oleh anak-anak dengan disabilitas selama pandemik ini terutama dalam aspek pendidikan, pengasuhan, dan kesiapan kerja bagi anak muda dengan disabilitas ini sebagai berikut:
1. Sebanyak 80,9 % (1.361) orang dengan disabilitas mengalami dampak negatif Covid-19. Dari total responden, hanya 60,55 % (1.019) individuyang memperoleh informasi memadai mengenai Covid-19 dan protokol pencegahannya (Jaringan Difabel Indonesia (JDI)).
2. KPAI: ada 27 anak dari panti sosial dan penyandang disabilitas ganda yang terpapar Covid-19 per 22 Mei 2020.
3. 67.97% responden anak dengan disabilitas menyatakan sulit mengikuti pembelajaran online (JDI)
4. Anak dengan disabilitas intelektual merupakan kelompok responden yang paling rendah tingkat aksesibilitasnya terhadap pembelajaran online.
5. 7.97% anak dengan disabilitas menyatakan sulit mengikuti pembelajaran online. 95,75%* peserta didik penyandang disabilitas diSekolah Luar Biasa (SLB) berada di zona rawan. (PusdatinKemendikbud dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
#changemaker