Fimela.com, Jakarta Manajemen ASI perah wajib diketahui oleh para ibu bekerja demi menghasilkan ASI yang berkualitas dengan kuantitas yang tinggi. Manajemen ini meliputi langkah demi langkah ibu bekerja menghasilkan ASI, mulai dari pengaturan jadwal pumping, tata cara penyimpanan, hingga cara memberikan kepada Si Kecil.
Melalui manajemen ASI perah yang baik, diharapkan ibu juga bisa lebih efektif dan efisien dalam memberikan program ASI eksklusif. Simak beberapa tips manajemen ASI perah untuk ibu bekerja berikut ini.
1. Analisa kebutuhan ASI bayi
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menyebutkan bahwa kebutuhan minimum ASI bayi setiap harinya, dapat dihitung berdasarkan berat badan (BB) bayi x 100 ml.
Artinya, jika berat badan bayi 5 kilogram, maka jumlah ASI yang dibutuhkan minimal 500 ml setiap harinya. Jumlah minimum ini tentu tidak bisa dijadikan patokan satu-satunya, sebab kuantitas ASI juga dipengaruhi oleh banyak faktor lain, misalnya bayi yang sedang sakit tentu saja membutuhkan ASI lebih banyak dari rata-rata.
Dengan mengetahui berapa jumlah minimum kebutuhan ASI bayi, ibu bisa lebih mudah menentukan seberapa banyak mengelompokkan ASIP untuk dikonsumsi setiap harinya.
2. Pumping dengan waktu yang rutin
Produksi ASI berjalan dengan sistem supply and demand. Semakin sering dikeluarkan, baik secara direct breastfeeding ataupun pumping, maka semakin banyak juga ASI yang dihasilkan.
Untuk itu, perlu menentukan jam-jam terbaik untuk pumping, misalnya setiap 3 jam sekali. Lakukan secara rutin agar hormon prolaktin di dalam tubuh tersistem memproduksi ASI secara teratur.
Jangan lupa untuk tetap pumping di malam hari karena pada waktu ini, hormon penghasil ASI justru sedang bekerja maksimal.
3. Simpan ASI dengan aman
Sebelum menyimpan ASIP di freezer, pastikan selalu mencatat tanggal dan jam pemerahan ASI. Tentu saja agar Moms tidak bingung menjadwalkan ASIP mana yang lebih dulu diberikan.
Ibu bisa menggunakan kantong ASI atau botol ASI. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Botol ASI tentu saja bisa dipakai berulang, namun saat dibawa di cooler bag tentu saja lebih berat dan cukup memakan tempat saat disimpan di freezer.
Sementara kantong ASI, jauh lebih efektif untuk dibawa di cooler bag, tidak memakan tempat saat disimpan, namun hanya sekali pakai.
4. Pemberian ASIP pada bayi
Saat akan memberikan ASIP, ibu bisa mencairkannya terlebih dahulu dengan merendamnya di air hangat. Bisa juga menggunakan air hangat yang mengalir. Disarankan untuk tidak menghangatkan ASIP beku dengan microwave, kompor atau penghangat sejenis karena dikhawatirkan bisa merusak nutrisi ASI.
Setelah ASIP mencair, ibu bisa memberikannya ke bayi melalui feeder cup atau botol. Jangan sampai suhunya terlalu panas karena bisa membahayakan bayi.
5. Jangan biarkan ASI terbuang sia-sia
Saat pumping, direct breastfeeding ataupun saat berada di dekat bayi, mungkin ibu akan merasakan let down reflex atau ASI yang menetes terus-menerus. Daripada terbuang sia-sia, sebaiknya Moms menampungnya untuk kemudian disimpan sebagaimana ASIP yang lainnya. Penting juga bagi ibu untuk memilih penampung ASI dengan bahan yang aman, baik bagi kulit payudara ataupun untuk kesehatan. Standarisasi BPA free dan food grade silicone tentu saja wajib dipenuhi.
Jika memungkinkan, juga bisa memilih penampung ASI yang praktis digunakan bahkan bisa memudahkan untuk tetap melakukan aktivitas lainnya, misalnya saja MOOIMOM Silicone Breast Pump. Alat ini bisa digunakan bersamaan saat sedang pumping ataupun direct breastfeeding. Bahkan bisa juga digunakan saat sedang membaca buku, menonton televisi, hingga duduk di meja kerja.
Penampung ASI dengan kapasitas 120 ml dengan corong silikon yang sangat lembut, tentu saja proses menampung ASI tidak akan menimbulkan rasa sakit.
#Changemaker