Fimela.com, Jakarta Ada yang bilang uang bukan segalanya. Hanya saja uang tetaplah kita butuhkan dalam kehidupan. Mengatur keuangan, membuat rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu, mewujudkan impian melalui perencanaan finansial yang baik, rencana investasi dan membeli rumah, hingga pengalaman terkait memberi utang atau berutang pasti pernah kita alami. Banyak aspek dalam kehidupan kita yang sangat erat kaitannya dengan uang. Nah, dalam Lomba Share Your Stories September 2020: Aku dan Uang ini Sahabat Fimela semua bisa berbagi tulisan terkait pengalaman, cerita pribadi, kisah, atau sudut pandang terkait uang. Seperti tulisan berikut ini.
***
Oleh: Made Megawaty
Hai, sebut saja nama saya Bunga. Tapi ini pembukaan dari artikel berita kriminal, ya. Hanya saja saya memang penggemar bunga. Mulai bunga plastik atau artificial, tanaman bunga hidup sampai bunga bank alias uang. Iya serius saya penggemar uang, lho. Nih saya ceritakan bagaimana tertariknya saya sama uang.
Sejak Usia SD Saya Sudah Menyukai Uang
Sejak usia SD kelas tiga, saya sudah hobi berjualan. Saya membeli penghapus legendaris yang kotak-kotak putih dengan aneka gambar dan atasnya warna hijau itu lho. Nah penghapus yang saya beli dulu itu harganya 50 rupiah saja per buah. Lantas saya jual 75 rupiah pada teman-teman di kelas saya.
Gambar yang saya tawarkan sesuai dengan kesukaan teman yang menjadi target saya prospek. Misal anak yang suka main boneka saya tawarkan penghapus bergambar boneka cantik atau Teddy Bear. Anak laki-laki yang suka bermain bola saya tawarkan penghapus bergambar bola, dan begitu juga dengan yang lain. Karena saya mengenal mereka cukup dekat, kan teman sekelas yang setiap hari bertemu.
Dari keuntungan jualan penghapus itu, saya tabung. Ditambah modal yang saya ambil dari uang jajan saat itu sebesar 600 rupiah seminggu, saya meningkatkan kualitas barang dagangan saya karena teman-teman semua sudah punya penghasilan kotak putih itu.
Saya membeli penghapus yang lebih bagus, dengan aneka bentuk dan wangi buah atau bunga. Belinya pun sudah bukan di toko dekat rumah lagi, tapi di toko buku besar. Diantar oleh papa atau mama yang jadi mentor dagang saya saat itu. Beliau memang pebisnis dan mengajarkan saya cara dan trik berdagang.
Penghapus yang saya jual pun laris manis walau saya jual lebih mahal karena memang bentuknya unik dan wanginya enak. Teman-teman saya beli lebih dari satu untuk dikoleksi katanya. Saya sih senang saja karena berarti dagangan saya laku.
What's On Fimela
powered by
Masa Pubertas pun Saya Semakin Akrab Dengan Uang
Saat SMP, saya mengamati bahwa teman-teman mulai menggemari kosmetik, membaca majalah Gadis Aneka, Kawanku dan mendiskusikan tren kecantikan. Saya pun tercetus ide untuk berjualan produk kecantikan. Saya pilih untuk berjualan cat kuku atau kiteks. Kenapa kuteks? Ya karena saya senang melihat warna-warni.
Modal awal kuteks saya dapatkan dari memecahkan celengan saya. Lalu saya titip tolong belikan kuteks 1 box beraneka warna ke teman kakak saya yang suka ke pasar baru.
Setelah kuteksnya saya terima, masing-masing warna saya oleskan di kertas HVS putih dan saya beri label nama yang spektakuler agar menarik. Misal warna hijau metalik saya beri label “Elephant Zamrud” (nama ini nyontek dari artikel majalah yang memajang baju warna hijau mirip warna kuteks saya), lalu warna pink saya beri label nama “Tangerang Pink” karena saat itu nge-fans sama Power Rangers, dan begitu juga dengan warna-warna yang lainnya. Biar lebih menarik dan tampak keren saja menurut saya.
Uang adalah Sahabat Tumbuh Kembang Saya Hingga Dewasa
Minat saya berjualan dan menghasilkan uang berlanjut hingga saya kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi salah satu universitas di luar kota. Menjadi anak kost dan jauh dari orang tua mengharuskan saya untuk memutar otak bagaimana cara bertahan hidup yang baik dan benar serta tetap bermoral. Hehe karena kalau hanya bertahan hidup tanpa memperhatikan moral pun banyak sekali caranya ya kan?
Uang bulanan yang orangtua saya berikan hanya cukup untuk makan selama sebulan. Saat itulah saya timbul ide untuk berjualan catatan kuliah. Catatan itu berisi omongan-omongan dosen yang bisa menjadi kisi-kisi saat ujian yang tidak tertulis secara jelas di diktat asli perkuliahan. Jadi semacam footnote.
Saya berkolaborasi dengan sahabat yang kebetulan juga suka mencatat omongan dosen-dosen kami. Catatan itu kami ketik dengan komputer kami yang dulu masih sebesar televisi, bukan laptop. Kemudian kami bentuk format kecil, kami cetak, dan jilid sederhana di tempat fotokopi yang banyak terdapat di lingkungan kampus kami. Jadi berbentuk semacam buku saku yang mudah dibawa dan kemudian jadi primbon saat mau ujian.
Tidak hanya itu, ketika liburan lebaran dan saya lama tinggal di rumah, kesempatan itu saya gunakan untuk membuka bisnis baru. Saya bongkar celengan lagi untuk kemudian dijadikan modal usaha sarung Cover Dental Unit. Satu setnya terdiri dari sarung Dental Unit, taplak meja dan slubber atau tatakan dada untuk pasien. Benda-benda ini sangat kami perlukan ketika praktik sebagai koas Dokter Gigi.
Bahan saya beli kiloan di pusat toko bahan dekat rumah agar lebih murah, kemudian saya jahitkan di tukang jahit langganan dibekali model awal Cover Dental Unit yang pernah saya beli tapi harganya lumayan mahal. Saya buat dengan bahan yang lebih ekonomis agar nantinya saya bisa jual dengan harga cukup terjangkau agar teman-teman yang uang bulanannya terbatas seperti saya juga bisa ganti-ganti cover dan lebih semangat praktiknya. Alhamdulillah dagangan saya lumayan laris pada saat itu.
Wanita dan Uang adalah Satu Tim
Making money is my hobby. Bahkan saat ini ketika saya sudah belasan tahun praktik mengajar dokter gigi, saya masih suka berjualan. Mulai dari menjual kosmetik, barang rumah tangga dan fashion, logam mulia, dan lain-lain. Kemampuan mengelola bisnis dimentori olah orang tua dan dilatih sejak kecil memungkinkan saya untuk memiliki 3 tempat taktik dengan dental set dan alat milik sendiri dari hanya dimodali orangtua satu set pada awal ketika lulus kuliah.
Hal ini merupakan kebanggaan untuk saya secara pribadi sebagai sebuah pembuktian bahwa kita wanita bisa menghasilkan uang dan mengelola uang itu sendiri.
Jangan tanya penolakan-penolakan yang saya alami saat berdagang dulu. Banyak sekali, namanya juga menawarkan dagangan, pastinya ada yang berminat ada yang tidak, bahkan ada yang cuek saja. Tapi hal itu tidak membuat patah hati dan membuat hati kita semakin kuat.
Ada masa di mana tabungan saya hilang entah ke mana atau tiba-tiba kosong dan beberapa tahun kemudian baru kakak saya mengakui kalau dia yang mengambilnya. Pokoknya banyak deh pengalaman, baik yang enak maupun yang tidak enak. Semua adalah proses belajar. Membuat kemampuan dan pengalaman kita tumbuh dan berkembang.
Intinya sebagai wanita banyak sekali hal yang bisa kita capai. Wanita tidak identik dengan makhluk matre yang hanya tahu menghabiskan uang suami. Wanita dibekali oleh Tuhan dengan perasaan yang lebih peka.
Kita dapat mengamati, menggunakan kepekaan kita mengenai kebutuhan atau minat lingkungan terhadap sesuatu di sekitar kita. Wanita itu diciptakan dengan otak dan kemampuan multitasking. Jadi wanita bisa banget kok menghasilkan uang dan mengelola keuangan kita sendiri.
Pada nantinya juga kita yang akan mengelola keuangan keluarga toh. Hilangkan stigma bahwa tugas wanita hanya dapur, sumur, kasur. Wanita dapat menguatkan keuangan keluarga sekaligus menjadi pengayom bagi anak-anaknya.
Uang yang kita hasilkan dengan keringat sendiri akan lebih terasa berharganya sehingga pengelolaannya juga akan lebih tepat guna. Kita jadi bisa beramal dengan uang sendiri dan saya yakin proses mendapatkan hasilnya juga akan diganti dengan keberkahan oleh Sang Maha Kaya. Bukan mengenai jumlahnya. Kepercayaan diri, eksistensi, mengembangkan kemampuan, menikmati prosesnya serta kemampuan menghadapi penolakan akan menjadi tabungan kekuatan hati dan keinginan kita untuk menjadi manusia dengan versi yang lebih baik dari sebelumnya.
Mari semua wanita, pupuk percaya diri kita. Aktifkan radar kepekaan kita pada lingkungan, dan gali serta latih potensi kita sesuai bakat dan minat. Wanita suka uang itu banyak, tapi wanita yang bisa menghasilkan dan mengelola uang itu luar biasa.
#ChangeMaker