Penggemar Harry Potter dan Transgender, Perempuan Ini Ingin Beri Pesan pada J.K Rowling

Annissa Wulan diperbarui 17 Sep 2020, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Dana Aliya Levinson sangat menggemari serial buku Harry Potter, sedang dirinya sendiri adalah transgender. Mengetahui bahwa J.K Rowling memberikan komentar tentang kaum trans tidak lantas membuat Dana merasa biasa saja.

Ketika masih kecil, Dana sangat feminin. Dalam keluarganya, orangtua Dana menerima hal tersebut, mereka liberal dan mengira bahwa Dana akan tumbuh menjadi seorang gay.

Menjadi seorang transgender tidak ada dalam pikiran mereka. Memasuki masa SD, Dana menjadi sasaran perundungan dari teman-temannya.

Ia diintimidasi secara fisik dan verbal karena feminitasnya. Pejabat sekolah tidak melakukan apapun.

Di usia ke 6, Dana dipanggil homo dan ia masuk SD dengan hanya 1 atau 2 orang teman. Jauh sebelum dirinya mengetahui tentang transgender, isolasi dan penganiayaan mental dan fisik ini membuat nilai Dana jatuh.

 

 

2 dari 3 halaman

Dana sempat berpikiran untuk bunuh diri

Ilustrasi LGBT. Sumber foto: unsplash.com/Sharon McCutcheon.

Beberapa tahun kemudian, Dana berpikir untuk bunnuh diri. Saat itu, beberapa malam berturut-turut, ia terbangun di tengah malam, ketakutan pergi ke sekolah keesokan harinya, dan mengalami penyiksaan lagi.

Orang yang paling menerima keadaan Dana adalah sang kakek. Kakeknya tidak pernah mempermalukannya, tidak pernah mengharapkan Dana untuk menjadi siapapun, kecuali dirinya sendiri.

Di usia Dana yang ke 12, sang kakek meninggal mendadak, Dana kehilangan orang yang sangat berarti untuknya. Di tahun yang sama, buku "Harry Potter and the Sorcerer's Stone" dirilis.

Dana merasa dekat dengan cerita isolasi dan pelecehan yang dialami Harry Potter. Saat itu, Dana telah menjadi gay dan belum ada bayangan tentang transgender, karena menurut tontonan yang pernah disaksikannya, transgender digambarkan sebagai lelucon, objek seks, dan orang-orang terpinggirkan.

Lalu, tubuh Dana mulai berubah dan ia tidak kuasa menahan perubahan tersebut. Dana mengatasinya dengan narkoba dan alkohol saat ia baru berusia 12 tahun.

3 dari 3 halaman

Dana merasa sangat terkait dengan cerita Harry Potter

Ilustrasi LGBT. Sumber foto: unsplash.com/Yoav Hornung.

Satu-satunya hal yang konstan dalam hidup Dana selain rasa sakit, adalah Harry, Hermione, dan Ron. Di usia yang ke 20, Dana mengalami depresi karena tekanan hidup dalam kebohongan, sampai ia berada di titik penyadaran bahwa dirinya memiliki 2 pilihan, transisi atau bunuh diri.

Dana memilih yang pertama. Jadi, ketika Dana mengetahui tentang komentar J.K Rowling, tidak mengherankan bahwa ia merasa sakit hati.

Dana merasa bahkan tidak bisa menjelaskan rasa sakitnya. Namun, bagi Dana, setiap orang memiliki hak istimewa atas tubuh mereka sendiri dan tidak harus berjuang agar orang lain mengakui validitas keberadaan mereka.

Sebagian besar kekerasan terhadap perempuan transgender didasarkan pada gagasan bahwa jenis kelamin mereka tidak nyata, bahwa mereka dianggap menipu, atau berpura-pura menjadi seorang perempuan. Dana sangat berterima kasih kepada Harry Potter karena telah membantunya melewati kegelapan. Bagaimana menurutmu, Sahabat FIMELA?

#ChangeMaker