Fimela.com, Jakarta Saat ada seseorang yang sedang kesulitan secara finansial dan meminta bantuan kita, kadang kita tak tega untuk membiarkannya begitu saja. Apalagi bila orang itu adalah seseorang yang dekat atau sudah kita kenal dengan baik, entah kerabat atau sahabat, kita bisa dengan senang hati memberi utang atau pinjaman. Wajar bila kita ingin membantu meringankan kesulitan orang lain semampu kita, karena saat kita kesulitan pun pastinya kita bakal butuh bantuan orang lain.
Cuma masalahnya kalau si pengutang malah tidak tahu diri. Saat kita sudah memberi keleluasan atau kemudahan soal pelunasan utang, tapi yang berutang malah bersikap seenaknya, rasanya jelas tidak menyenangkan. Setiap kali ditagih, eh si pengutang malah balik marah-marah ke kita. Duh, sungguh sebal dan jadi bingung sendiri kalau seperti ini.
Kadang Kesabaran Juga Ada Batasnya
Mungkin di antara kita pernah mengalaminya. Kita sudah berbaik hati memberi utang pada seseorang. Si pengutang pun menyatakan kesanggupannya untuk melunasinya dalam kurun waktu tertentu. Kemudian, kita menagihnya lalu dia meminta tambahan waktu dan kita memberikan tambahan waktu. Hanya saja hal itu kemudian terjadi berkali-kali. Kita terus memberi kebebasan dan keleluasan untuknya. Sampai ketika kita sudah kehilangan kesabaran, kita menagihnya. Bukannya mendapat jawaban baik-baik, kita malah diomeli dan dimarahi. Kalau sudah begini, kesal juga sih.
Sungguh tidak mudah menghadapi pengutang yang "bandel". Kita dihadapkan pada banyak dilema. Mau merelakan dan mengikhlaskannya tapi nominal uangnya juga tidak sedikit. Mau memberi kebebasan dan kelonggaran lagi, tapi sikap si pengutang sudah kelewatan. Mau menghadapinya dengan sabar, eh yang diberi kesabaran malah "makan hati". Kalau sudah begini, memang perlu langsung bicara serius empat mata. Perlu segera dicari solusi bersama dan disepakati bersama.
Ada Baiknya untuk Lebih Hati-Hati Memberi Utang
Masalah utang dan memberi utang bisa jadi hal yang sangat pelik. Karena utang, sebuah pertemanan bisa rusak. Karena utang, ikatan persaudaraan bisa hancur. Bahkan nyawa bisa melayang karena sebuah utang.
Sebelum kita memberi utang, ada baiknya memang kita berpikir dua hingga tiga kali sebelum meminjamkan uang. Kalaupun memberi utang, tak ada salahnya untuk membuat perjanjian resmi hitam di atas putih. Kita tak pernah tahu bagaimana seseorang bisa berubah karena persoalan utang. Seseorang yang bisa berubah seakan seperti orang lain setiap kali utangnya ditagih.
Semoga kita terhindar dan dijauhkan dari tipe pengutang yang bandel, ya. Jangan sampai hidup kita jadi ikut berantakan karena seorang pengutang yang malah marah-marah setiap kali ditagih kewajibannya untuk membayar utang.
#ChangeMaker